Jika sebelumnya di mata Jena, Afkar hanyalah badut yang tak pantas dipandang, kini dia benar-benar telah berubah menjadi sosok yang tak terjangkau.Aura kuat yang menyelimuti seluruh tubuh Afkar membuat Jena tak bisa menahan diri. Ada dorongan dalam hatinya untuk berlutut dan menyembahnya. Sebenarnya, ada apa ini?Jena menggertakkan gigi dan memaksa dirinya untuk menyingkirkan perasaan aneh di pikirannya. Dia lalu menatap para pria berbaju hitam itu dan membentak dengan suara marah, "Siapa kalian? Beraninya menyerbu rumah Keluarga Bahari! Sungguh nggak tahu diri! Jangan sampai aku suruh orang untuk menangkap kalian sekarang juga!"Meski situasinya jelas-jelas tidak normal, Jena yang biasa hidup seenaknya tetap saja terbiasa bersikap sombong dan tanpa pikir panjang langsung membuka mulut.Salah satu pria berbaju hitam mengerutkan alis ketika mendengar suara Jena, lalu mengulurkan tangan dari kejauhan sambil memaki, "Bawel!"Ledakan energi sejati menghantam udara. Tubuh Jena sontak tak b
Seiring terdengarnya suara Afkar, seketika suasana di sekeliling langsung riuh. Semua orang menatap ke arahnya, tetapi mereka tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ada yang bingung, ada yang kaget, dan ada pula yang menunjukkan sikap tak peduli ....Jena berujar, "Hahaha! Kalian serius percaya sama omongan Afkar si dukun gadungan itu? Musibah berdarah apa? Aku rasa dia cuma mau sok misterius biar kelihatan hebat. Coba kalian pikirkan, ini di mana? Aku berani jamin, nggak banyak tempat di seluruh Kota Nubes yang bisa lebih aman daripada rumah ini.""Kalau sampai percaya dengan omongan Afkar, kalian benar-benar sudah kehilangan akal sehat!" Begitu suara ejekan Jena terdengar, ketegangan yang sempat muncul di antara kerumunan langsung mengendur. Sebab, apa yang dikatakan wanita itu memang ada benarnya. Ini adalah rumah Komandan Garnisun Kota Nubes!Namun tepat saat suasana mulai mereda, tubuh Afkar yang sejak tadi sudah bersiaga penuh tiba-tiba menegang. Dia langsung mengangkat tangannya
Afkar sempat terkejut dan merasa tak habis pikir mendengar ucapan wanita di hadapannya ini. Gwen punya perasaan pada dirinya?Itu benar-benar di luar dugaan Afkar. Namun kalau dipikir-pikir, mungkin saja? Bagaimanapun, dia sudah dua kali menyelamatkan nyawa putri seorang komandan militer ini. Meskipun di permukaan Gwen selalu bersikap acuh tak acuh dan suka menyindir, mungkin saja diam-diam dia menyimpan ketertarikan.Hanya saja ... kalau memang benar begitu .... Afkar jadi merasa agak canggung dalam hatinya. Dia melirik ke arah Fadly yang sedang berada di dalam aula. Wanita yang disukai adik iparnya justru menunjukkan ketertarikan pada dirinya? Situasi ini sungguh bikin kepala pusing.Adapun soal wanita bernama Jena yang menuduhnya ingin naik kelas lewat pernikahan dengan Keluarga Bahari, malah membuat Afkar makin tak tahu harus berkata apa. Dia hanya bisa tertawa dalam hati. Padahal, dia sama sekali tidak punya niat apa pun terhadap Gwen."Hmm?" Jena pun mengangkat alisnya. Reaksi Af
Saat Gwen melihat Afkar tidak menunjukkan keinginan untuk banyak bicara, matanya secara tak sadar terlihat sedikit kecewa. Sebelum dia sempat membuka mulut lagi, tiba-tiba terdengar suara tawa ringan dari samping.Seseorang mendadak bertanya, "Kamu Afkar ya? Aku sering dengar Gwen menyebut namamu. Tapi setelah lihat langsung hari ini, ternyata kamu nggak sehebat yang kubayangkan. Dengan cara Gwen mengagumimu selama ini, kupikir kamu itu luar biasa banget!"Nada suara yang penuh sindiran itu membuat alis Afkar mengerut. Dia pun langsung menoleh untuk melihat siapa yang bicara. Ternyata, seorang wanita dengan penampilan menawan sedang berdiri tak jauh dari situ. Dia memakai pakaian dan perhiasan mewah, jelas berasal dari keluarga terpandang.Gwen langsung mengernyit. Dia berbicara kepada Jena Bunawan dengan nada dingin, "Jena, omong kosong apa yang kamu bicarakan?"Namun, Jena tampaknya sama sekali tidak peduli dengan teguran itu. Dia justru tertawa sinis sebelum berujar, "Gwen, aku buka
Afkar menelan ludah. Dia menatap Felicia yang terlihat menggoda dan bertanya, "Apa Penguasa Roh Jahat sudah kembali lagi?"Reaksi Felicia membuat Afkar agak bingung dan belum bisa langsung menangkap maksudnya. Saat pikirannya mulai melantur ke arah yang tidak-tidak, keberanian Felicia yang sebelumnya sudah terkumpul pun langsung menguap. Dia jadi malu dan kesal sekaligus.Tanpa banyak bicara, Felicia langsung melemparkan sebuah bantal ke arah Afkar sambil berucap kesal, "Dasar bodoh! Tidur!"Malam itu ....Bagaimanapun Afkar membujuk, Felicia tetap tidak membiarkannya menyentuhnya lagi. Namun dari sikap wanita itu barusan, Afkar tetap bisa merasakannya. Dia sebenarnya tidak benar-benar marah, hanya sedikit malu. Intinya, Afkar menikmati semuanya.Setelah urusan Shafa beres untuk sementara, hati Afkar pun terasa jauh lebih ringan. Berkat bantuannya, perusahaan Felicia pun terus berkembang dengan stabil. Semuanya sedang berjalan ke arah yang positif.Keesokan harinya.Saat sedang menyant
Felicia berucap, "Afkar, kamu keluar dulu .... Bajuku robek semua."Mendengar ucapan Felicia, Afkar justru memasang senyum nakal di wajahnya, lalu melirik tubuh Felicia yang menggoda dengan penuh ketertarikan.Sebelumnya, Penguasa Roh Jahat menggunakan tubuh Felicia untuk menggoda dirinya demi mencari celah guna menyergap Roh Naga. Oleh karena itu, pakaian yang dikenakan pun sangat minim dan ketat. Itu benar-benar bisa membuatnya mimisan.Kini, saat Afkar memeluk Felicia yang sesungguhnya dan sudah terbebas dari roh jahat, kewaspadaannya benar-benar telah hilang. Rasa panas pun segera memenuhi seluruh tubuhnya. Dia hampir saja mimisan karena terlalu bergairah."Kamu ini istriku. Kenapa malu-malu begitu?" ujar Afkar dengan tawa genit. Nadanya terdengar penuh godaan.Melihat sikap Afkar yang mulai jahil, Felicia langsung berdeham ringan dan kembali menunjukkan ekspresi dinginnya seperti biasa. Ucapannya terdengar tenang tetapi tegas ketika menimpali, "Afkar, aku bilang keluar ya keluar!