Di dalam vila Keluarga Subroto, setelah Afkar datang, dia langsung dibawa oleh Bayu masuk ke sebuah ruang kerja.Afkar duduk sebelum bertanya, "Pak Bayu, ada urusan apa sampai buru-buru memanggilku?"Bayu menghela napas. Dia berucap sambil tersenyum pahit, "Sebenarnya cuma urusan konflik internal keluarga kami sendiri. Aduh, aku jadi malu di depanmu. Terakhir kali saat Nando datang, kamu juga ada di tempat. Jadi, mungkin kamu sudah bisa menebak sedikit."Afkar mengangkat alisnya sedikit, lalu membalas, "Ah, nggak juga. Kalau memang ada yang bisa kubantu, Pak Bayu lebih baik langsung katakan saja."Afkar memang merasa berutang budi pada Keluarga Subroto beberapa kali. Kalau bukan karena mereka, dulu perusahaan farmasi milik Felicia mungkin tidak bisa mendapatkan begitu banyak distributor besar dan selamat dari krisis.Pada pertemuan bisnis sebelumnya, Felicia bahkan hampir dilecehkan oleh Hendrik yang mengaku sebagai "cinta pertamanya". Kejadian waktu Shafa kambuh juga membuat Afkar mer
Bayu menambahkan dengan nada marah dan penuh kecewa, "Bagaimanapun, Raka masih memanggilmu Kakek Bagas lho."Bagas membalas sambil tersenyum ringan, "Bayu, kamu jangan emosi dulu. Kami di sini juga lagi berusaha keras untuk bernegosiasi sama para penjahat. Demi Raka, kami sudah melakukan segala cara. Tapi, kamu malah langsung menuduh kami seperti itu. Bukankah itu nggak pantas?""Langsung saja deh, apa sebenarnya maumu?" tanya Bayu dengan emosi.Bagas merespons, "Apa mauku? Kurasa, kamu sudah tahu jawabannya. Kami sudah repot-repot bantu kamu menyelamatkan Raka, masa kamu nggak mau membalasnya dengan sesuatu? Serahkan kunci yang ada padamu. Anggap saja sebagai bentuk terima kasih. Gimana?"Bayu balik bertanya dengan nada dingin, "Kalau aku nggak mau kasih?"Bagas menjawab, "Nggak mau? Kalau begitu, kami jadi sulit membantu. Mungkin saja para penjahat itu akan nekat, bisa-bisa malah benaran bunuh Raka. Kamu mungkin harus bersiap-siap mengurus jenazah cucumu sendiri.""Selain itu mulai s
Fauzi menyerahkan sebuah botol kecil berbentuk labu kepada Afkar sambil berpesan padanya, "Afkar, aku harus pergi dulu. Labu kecil ini sebenarnya sepasang, yang satu kutinggalkan untukmu. Kalau suatu hari kamu menghadapi bahaya besar atau masalah yang nggak bisa kamu selesaikan, cukup hancurkan benda ini.""Sekalipun aku lagi dalam masa kultivasi tertutup atau dalam keadaan putus hubungan dengan dunia luar, aku tetap bisa merasakannya. Ingat baik-baik, nggak peduli sebesar apa bahaya yang kamu hadapi atau sekuat apa pun musuhmu, aku akan membantumu menyelesaikannya!" tambah Fauzi.Afkar menerima benda itu dengan sangat terharu. Dalam matanya yang berbinar tajam, terpancar rasa syukur yang dalam. Dia benar-benar merasakan betapa tulusnya sang kakak angkat terhadap dirinya. Dia pun membalas, "Oke. Makasih banyak, Kak!"Fauzi tertawa terbahak-bahak. Sambil mengangkat buku catatan alkemis yang diberikan oleh Afkar, dia menimpali, "Seharusnya aku yang berterima kasih padamu! Kita ini berjod
Orang yang dipanggil dengan sebutan "kakak" oleh Fauzi berbicara dengan nada penuh canda dan sedikit menggoda.Mata Fauzi langsung menajam. Dia lalu menjawab dengan suara berat, "Aku mengerti!"Fauzi sendiri tidak menyangka bahwa kakaknya ternyata jauh lebih serius menanggapi masalah ini dibanding yang dibayangkannya.Sementara itu, di tempat lain.Di depan sebuah kamar, Noah berdiri sambil mendengarkan suara jeritan dan tangisan menyakitkan Freya yang terus-menerus keluar dari dalam. Di wajahnya, perlahan muncul senyuman penuh kebengisan.Saat ini, kekuatan Noah memang belum cukup untuk membalas dendam secara langsung kepada Afkar. Namun, dengan mempersembahkan mantan istri Afkar kepada gurunya sebagai mainan dan membiarkan gurunya menyiksa wanita itu sesuka hati, dia sudah merasakan kepuasan yang aneh, seolah sedang melakukan balas dendam yang sangat keji.Noah bergumam sendiri, "Afkar, anggap saja ini sebagai bunga dari utangmu padaku. Hahaha .... Cepat atau lambat, aku juga akan me
Afkar menyalurkan energi naga ke dalam sepasang matanya, lalu menatap kondisi tubuh Shafa dengan cemas.Afkar bisa melihat dengan jelas bagaimana dua ekor Serangga Benang Es itu menyusup masuk ke dalam sumsum tulang belakang anaknya, lalu mulai menyerap energi hitam yang membungkus sumsum tersebut.Proses penyerapannya memang tidak terlalu cepat, tetapi bisa terlihat jelas dengan mata telanjang bahwa serangga tersebut sedang bekerja.Berdasarkan penjelasan dari Fauzi, Serangga Benang Es ini bisa bertahan hidup di dalam tubuh Shafa selama dua tahun. Selama itu pula, serangga ini akan terus menyerap energi dingin di dalam tubuh Shafa yang menjadi sumber kutukannya.Dengan kata lain selama dua tahun ke depan, kutukan dalam tubuh Shafa tidak akan kambuh. Dia juga tidak akan mengalami efek samping apa pun.Namun setelah dua tahun berlalu, bahkan Serangga Benang Es berelemen es sekuat ini pun akan mati karena tidak tahan menghadapi serangan balik dari energi dingin kutukan ganas tersebut.Pa
Usai berkata demikian, Abikara menepuk bahu Noah sambil menambahkan dengan nada serius dan penuh makna, "Aku sudah mempertimbangkannya baik-baik. Orang seperti Afkar nggak boleh kamu bunuh!'Abikara menjelaskan, "Justru dengan membiarkan dia hidup, barulah kamu akan terus terpacu untuk berlatih keras dan menjadikannya sebagai dorongan untuk berkembang. Kalau dia mati, apa keinginanmu untuk menjadi lebih kuat masih akan sebesar ini?"Mendengar itu, Noah hanya bisa menjawab dengan gumaman singkat. Begitu melihat tatapan penuh harapan dari gurunya, dia pun mengangguk dengan sangat tegas.Saat berikutnya, Noah menggertakkan gigi dan berucap dengan penuh semangat, "Guru, kamu benar! Karena begitu benci sama Afkar, aku sampai tega menghunus pisau dan mengorbankan kejantananku sendiri. Karena itulah, aku bisa melewati malam demi malam tanpa tidur dan terus melatih Teknik Maut Disabel.""Oke. Kalau begitu, biarkan saja dia hidup. Suatu hari nanti, aku akan bunuh Afkar dengan kekuatanku sendiri