Wanita ini memang pantas menerima perlakuan seperti ini!!Bruk!Sahira yang merasakan kemarahan Afkar, langsung ketakutan dan kembali berlutut. "Tuan, ampun! Tuan, tolong ampuni aku! Aku tahu aku salah, aku benar-benar sadar dengan kesalahanku!"Afkar mendengus dingin. Kali ini dia tidak menyuruh Sahira berdiri lagi dan langsung bertanya pada Sahira yang masih berlutut di depannya, "Katakan, bagaimana kamu tahu harus datang ke Kota Nubes untuk mencari liontin giok? Dari mana kamu mendapatkan informasi itu?"Pertanyaan ini sebenarnya sudah lama Afkar pendam di dalam hati dan dia sudah cukup lama merasa khawatir karenanya. Sebab, hal ini menyangkut keselamatan seluruh keluarganya!Sahira menjawab, "Itu dari guruku, Tetua Tulang Iblis dari Keluarga Rajendra yang hidup menyendiri. Tapi, aku nggak tahu kenapa dia bisa tahu akan hal ini."Afkar memicingkan mata. "Tetua Tulang Iblis dari Keluarga Rajendra yang hidup dalam pengasingan? Selain dia, siapa lagi yang tahu?""Nggak ada! Setahuku, h
Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya mata Sahira yang tadinya tampak menakutkan, perlahan kembali menjadi seperti biasa. Detik berikutnya, wanita itu menatap Afkar dengan sorot penuh rasa takut dan kepatuhan yang mendalam.Bruk!Sahira langsung berlutut di hadapan Afkar. "Tuan!"Suaranya sama sekali tidak ada perlawanan, yang ada hanyalah kewaspadaan terhadap Afkar. Reaksinya ini adalah ketaatan dan rasa takut yang berasal dari dalam jiwa. Sahira bahkan tidak berani melawan sedikit pun.Afkar tertegun melihat pemandangan itu. Tebersit keraguan dalam matanya. Apakah Sahira benar-benar sudah berada di bawah kendalinya?Jimat Pengikat Jiwa ini ... ternyata sekuat itu.Saat itu, dia bisa merasakan adanya suatu hubungan aneh antara dirinya dan Sahira. Bahkan, dalam hatinya muncul perasaan seolah-olah cukup hanya dengan menggerakkan pikirannya, dia bisa membuat jiwa Sahira hancur berkeping-keping dan lenyap tak bersisa.Ketika Afkar mencoba merasakan kekuatan itu, Sahira yang masih berlutut d
Sahira mengatakan semua itu dengan sangat serius. Mendengar ucapannya, tatapan Afkar yang semula tenang, tiba-tiba berubah tajam. "Memasukkan serangga ke tubuh putriku? Ini yang kamu maksud sebagai cara untuk menekan kutukannya?"Sahira mengangguk pelan. "Kamu nggak tahu ya, bahwa awal mula ilmu guna-guna itu sebenarnya diciptakan untuk menyembuhkan penyakit? Kalau kamu nggak percaya, bisa tunggu sampai kutukannya kambuh lagi.""Kalau memang tidak ada efeknya, aku bisa bantu keluarkan kembali."Mendengar hal itu, sorot mata Afkar berkilat, seolah sedang berpikir keras."Kamu sama sekali nggak percaya padaku ya, Afkar?" Sahira memandangi ekspresi wajah Afkar. Nada bicaranya terdengar agak kecewa. Seakan-akan, berbagai kecurigaan dan pertahanan diri dari Afkar membuatnya merasa terluka.Detik berikutnya, Afkar menatap Sahira lekat-lekat. Di balik sorot matanya, terlihat kilatan berbahaya. "Kamu benar! Aku memang nggak percaya padamu. Semua yang kamu katakan, nggak ada satu pun yang aku p
Di dalam salah satu kamar vila, Afkar membawa Sahira masuk, lalu menutup pintu. Dia menatap Sahira dengan ekspresi datar dan berkata, "Menurutmu lucu memecah belah rumah tangga kami?"Reaksi Felicia yang begitu tenang dan datar, bagi Afkar, itu adalah bentuk kekecewaan terhadapnya. Oleh karena itu, saat ini dia benar-benar menahan amarahnya terhadap Sahira.Sahira hanya tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan sinis, "Kenapa? Apa aku salah ngomong? Lagi pula, kalian memang harus bicara berdua, 'kan? Masa kamu mau ngomong soal kutukan di tubuh anakmu di depan anakmu sendiri? Atau di depan istrimu?"Afkar mendengus dingin, lalu mengibaskan tangannya dan menatap Sahira dengan sorot penuh harap, "Di telepon, kamu bilang bisa menekan kutukan dalam tubuh anakku. Kamu punya cara apa?"Sahira mengangguk ringan. "Benar, aku memang punya cara untuk menekan kutukan itu. Tapi sebelumnya harus aku jelaskan, aku nggak bisa menyembuhkannya. Aku cuma bisa membantu meringankan rasa sakitnya saat kutuk
"Sayang, kamu ...."Felicia melirik Afkar sekilas dan tersenyum, lalu berkata, "Nggak ada apa-apa! Aku cuma mau belajar masak sendiri untuk Shafa, memangnya nggak boleh? Lagian bukan untuk kamu juga, kenapa ekspresimu seperti itu? Huh ...."Afkar hanya bisa menggumam pelan, lalu tertawa canggung. Namun dia merasa, malam ini Felicia agak aneh. Tatapannya ke Shafa tampak jauh lebih penuh kasih sayang dari biasanya. Terhadap dirinya juga ....Makan malam itu pun dihabiskan dalam suasana yang entah mengapa terasa begitu hangat.Felicia memasak seporsi besar tumis telur tomat. Hidangan itu habis tak bersisa dimakan oleh Afkar dan Shafa, sehingga membuat Felicia diam-diam merasa tersentuh. Dia tahu, sebenarnya masakannya belum terlalu enak.Saat Afkar hendak membereskan meja makan, gerakannya mendadak terhenti dan alisnya pun berkerut. Dia menoleh ke arah Felicia, matanya berkilat beberapa kali, lalu mengumpat dalam hati, 'Masalah datang lagi!'Hubungannya dengan Felicia baru saja sedikit me
"Sayang, ini ...." Afkar memandang meja makan dengan ekspresi agak aneh, lalu bertanya ke Felicia dengan hati-hati.Saat ini, wajah cantik presdir wanita itu sedikit memerah, tampak agak canggung. Dia melotot ke arah Afkar dengan ekspresi dingin dan menegur, "Jangan banyak omong, makan saja!"Sepiring besar tumis tomat telur itu jelas-jelas dibuat untuk porsi tiga orang. Selain itu, ada sepanci besar nasi yang dimasak dengan penanak nasi. Namun, kelihatannya airnya terlalu banyak sehingga seperti bubur yang agak kental.Adapun tumis tomat telurnya, sekilas dari luar masih tampak cukup normal.Afkar tersenyum kaku, lalu memberi isyarat kepada Shafa. "Ayo makan, Shafa. Cobain masakan Mama Felicia."Sambil berkata begitu, dia memberanikan diri seperti hendak menuju medan perang, mengambil sesendok tumis tomat telur."Eh?" Namun, detik berikutnya, Afkar berseru kaget. Walaupun rasanya agak hambar, masakan ini sama sekali tidak horor!Dengan tatapan penuh kejutan, dia memandang Felicia. Dia
Tidak ada yang terlalu menarik, tetapi ada satu benda yang langsung menarik perhatian Afkar. Itu adalah sebuah jimat yang sepertinya menggunakan kain khusus. Keseluruhannya berwarna abu perak, memancarkan fluktuasi energi yang aneh.Jimat Perintah Jiwa!Setelah meneliti cukup lama, Afkar akhirnya mengerti fungsi benda ini. Ekspresinya pun berubah beberapa kali.Jimat Perintah Jiwa ini ternyata mampu mengendalikan jiwa orang lain, bahkan orang yang masih hidup!Asal kekuatan mental pengguna lebih kuat daripada target, jimat ini bisa langsung efektif. Setelah mengendalikan jiwa lawan, orang itu akan menjadi budak dari si pengguna. Dengan hanya satu pikiran, pengguna bisa menghancurkan jiwa target kapan saja.Tak bisa dipungkiri, efek dari jimat ini membuat Afkar bergidik ngeri. Jimat Perintah Jiwa ini benar-benar kejam dan jahat. Sulit dibayangkan, betapa putus asanya orang yang jiwanya dikendalikan seperti itu."Kekuatan mentalku lebih kuat daripada ahli tingkat inti emas biasa. Kalau a
Di telepon, nada bicara Murad terdengar sangat tidak baik. Ada sedikit rasa kesal dan frustrasi.Afkar sempat termangu. "Pak Murad, ada apa ini?"Murad mendengus dingin. "Afkar, menurutmu ada apa? Kamu ini keterlaluan sekali ya? Benar, aku memang mengandalkanmu untuk mengobati penyakitku, jadi terpaksa harus menjaga nyawamu.""Kalau kamu dalam bahaya, aku pasti mengirim orang untuk melindungimu. Tapi, aku nggak punya kewajiban untuk melindungi orang lain!" jelas Murad dengan tidak puas.Afkar akhirnya paham apa yang terjadi, rupanya ini gara-gara sebelumnya dia meminta Murad mengirim ahli di atas tingkat inti emas ke Desa Langga untuk melindunginya. Namun, setelah tahu ayah mertuanya mengalami masalah, Afkar buru-buru pulang duluan.Saat para ahli dari Keluarga Hasyim tiba di Desa Langga, Afkar sudah tidak ada di sana. Jadi, mereka hanya mengawal Rose dan Lena."Pak Murad, aku ada sedikit masalah waktu itu, bukannya sengaja menipumu. Begini ceritanya ...." Afkar pun menjelaskan semuany
Mendengar itu, Bayu tak kuasa menghela napas. "Kalau saja ada cara ...."Mata indah Aruna berkilat. Dia menatap kakeknya dan bertanya, "Kakek mau minta bantuan Afkar? Tapi ... apa dia benar-benar mampu?"Bayu termenung selama beberapa detik, lalu menyahut dengan tidak yakin, "Aku juga nggak tahu. Tapi, kamu lihat sendiri kekuatan yang ditunjukkan Afkar tadi, 'kan?""Kalau nanti Keluarga Subroto dari Bumantra benar-benar melawan kita, mungkin ... satu-satunya orang yang bisa membantu kita cuma Afkar.""Anak muda itu selalu memberiku perasaan aneh, seakan-akan nggak ada yang mustahil baginya."Aruna mencebik. "Apa penilaian Kakek terhadapnya nggak terlalu tinggi?"Bayu tersenyum tipis dan menghela napas. "Mungkin saja, kita lihat saja nanti. Hmph! Kalau aku harus memilih, aku lebih rela menaruh secercah harapan pada Afkar daripada membiarkan rencana kakakku berhasil!"....Sementara itu, setelah keluar dari rumah Keluarga Subroto, Nando dan Kevin langsung naik ke mobil Audi A8L edisi ter