Hiro bahkan mati dibunuh dengan satu pukulan oleh seorang pria dari Yanura yang tampaknya terluka parah? Ini ... bagaimana bisa? Meskipun mereka merasa mustahil, kenyataannya sudah ada di depan mata mereka."Kabur!" Entah siapa yang berteriak, tiba-tiba para ahli Sakura mulai berlarian keluar dari tambang, bagaikan anjing yang kehilangan rumah."Mau kabur?" Afkar hanya tersenyum dingin mendengar itu, lalu mencabut Pisau Naga Es dari tubuh pria bermata kuning yang sudah terjatuh. Dengan niat membunuh yang menggelegak di dalam dirinya, dia langsung menerjang ke arah mereka, seperti harimau yang menyerbu kawanan domba.Lima menit kemudian ....Afkar membersihkan darah di pisaunya dengan mengelapnya pada baju salah satu mayat yang berserakan.Saat ini, para ahli Sakura sudah berubah menjadi potongan tubuh yang tergeletak di tanah. Mereka semua hanya berada di tingkat pembangunan fondasi. Jelas, mereka sangat rapuh di hadapan Afkar. Seperti yang Afkar katakan, meskipun hanya memiliki sediki
Para ahli dari Sakura yang berada di bawah pimpinan Hiro memandang ke dalam tambang yang penuh dengan bekas-bekas pertarungan yang mengerikan. Wajah mereka menunjukkan senyum dingin yang mengejek. Terutama ketika melihat ke arah Afkar, tatapan mereka seolah-olah sedang melihat mangsa empuk."Ternyata kamu?" Begitu melihat Afkar, ekspresi Akira berubah menjadi terkejut. Segera setelah itu, kemarahan dan kebahagiaan yang mendalam pun muncul di wajahnya.Melihat reaksi Akira, Hiro pun bertanya dengan nada heran, "Eh? Akira, kamu kenal sama dia?"Akira mengangguk sambil menggeram dengan penuh kebencian, "Namanya Afkar. Dia sudah bunuh beberapa ahli dari Sekte Pedang Bayangan. Dia itu orang yang ada di daftar target utama kami. Nggak disangka, kita malah bertemu dengannya di sini."Meskipun Akira adalah penasihat Hiro, dia juga merupakan ahli dari Sekte Pedang Bayangan. Sekte Pedang Bayangan dan Sekte Sakado memang memiliki hubungan yang erat, mirip seperti hubungan antara Keluarga Rajendra
Dalam sekejap, darah memercik ke mana-mana. Setengah bilah Pisau Naga Es menancap dalam-dalam ke tenggorokan pria bermata kuning. Sepasang mata pria itu membelalak dengan dipenuhi ketakutan, penyesalan, kebencian, dan kegilaan yang mendalam.Di momen ini, Afkar tanpa ragu melepaskan Pisau Naga Es miliknya. Kini, senjata spiritual itu terjebak di tenggorokan pria bermata kuning, bahkan tertanam erat dan tak bisa ditarik keluar.Tidak bisa dipungkiri, kekuatan mutlak seorang pesilat tingkat kelahiran jiwa masih terlihat jelas. Meskipun jurus kesembilan Retakan Langit mampu menembus pertahanan pria bermata kuning itu, ternyata Afkar belum bisa memenggal kepalanya dalam satu tebasan.Bam!Tepat saat Afkar bergerak mundur, sebuah serangan tapak yang padat dan penuh kekuatan dilontarkan oleh pria itu. Dia memadatkan seluruh tenaga terakhirnya di telapak tangannya. Itu merupakan serangan balasan dari pria bermata kuning terhadap Afkar sebelum kematiannya.Untungnya, Afkar menghindar cukup cep
Ekspresi pria bermata kuning itu kini berubah menjadi serius. Di sepasang matanya, terlihat jelas ada kekhawatiran dan rasa takut.Sebelum bertemu dengan Afkar, pria bermata kuning sama sekali tidak menyangka bahwa "orang lemah" di tingkat inti emas bisa memberikan tekanan dan ancaman sebesar ini kepada seorang pesilat tingkat kelahiran jiwa.Pria bermata kuning itu bisa merasakan bahwa serangan Afkar terus berkembang bagaikan bola salju. Setiap serangannya menjadi makin brutal dan mengerikan. Serangan keenam sudah cukup untuk melukainya!Hanya saja, pemuda ini seperti monster yang tak bisa mati. Meskipun setiap kalinya selalu terluka parah, dia tetap menunjukkan kekuatan tempur yang luar biasa.Afkar menatap pria bermata kuning itu. Matanya penuh dengan semangat pertempuran. Dia bertanya sambil tersenyum jahat, "Apa kamu takut?""Sialan! Takut apanya? Anak Muda, biar kulihat sampai kapan kamu bisa bertahan." Pria bermata kuning itu mengumpat dengan marah, lalu menyerang Afkar dengan e
Di sisi lain, wajah pria bermata kuning itu kini berubah serius. Kali ini, dia terlihat mundur tiga langkah, seolah-olah merasa terkejut.Sebagai seorang ahli tingkat kelahiran jiwa yang hebat, dalam pertarungan dengan seorang ahli tingkat inti emas tahap awal, dia bisa-bisanya merasakan guncangan pada energi tubuhnya.Kekuatan elemen tanahnya sepertinya tertekan oleh serangan Afkar. Itu menyebabkan energi tubuhnya bergejolak dan terdiam. Efek penekanan elemen atributnya makin terasa. Selain itu, dia juga merasakan bahwa setiap serangan Afkar menjadi makin berat dan brutal. Bahkan bisa dibilang, luka yang diderita Afkar sebagian besar disebabkan oleh kekuatan balik dari serangannya sendiri.Pada saat ini, Afkar memuntahkan darah. Ekspresinya berubah menjadi penuh kebencian. Dia berbicara dengan nada jahat, "Ini sudah serangan keenam. Kenapa? Kamu sudah mundur? Hehe. Aku ragu kamu bisa bertahan sampai seranganku yang kesembilan!"Setelah berkata begitu, kali ini Afkar justru menyerang l
Melihat sikap Afkar dan merasakan tekanan serta semangat bertarungnya, pria bermata kuning itu tersenyum sinis dan meremehkan. Seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon terbesar di dunia kultivasi.Pria bermata kuning berseru, "Dengan tingkat inti emas tahap awal, kamu bahkan berani bermimpi untuk melawan seorang pesilat tingkat kelahiran jiwa? Meskipun kamu punya potensi luar biasa, itu tetap saja cuma angan-angan belaka. Anak Muda, aku akan menghancurkan harapan kosongmu dengan keunggulan mutlak. Siap-siaplah untuk mati!"Usai pria bermata kuning berkata demikian, cahaya kuning tanah bersinar di atas tongkat logam panjangnya, lalu dia lagi-lagi menyerang ke arah Afkar.Namun, Afkar tidak gentar. Dengan kekuatan tanah murni dan petir yang menyatu dalam dirinya, serangannya memelesat dengan kecepatan luar biasa dan langsung menyerbu ke arah pria bermata kuning itu.Untuk serangan pertama, Afkar langsung menggunakan jurus pertama dari Retakan Langit. Tidak hanya itu, serangannya juga