Share

Bab 4

Kepergok Di Hotel

"Siap laksanakan"

"Tapi aku mau hanya kamu yang menyeledikinya, tanpa ada satupun anggotamu yang ikut! Hanya kamu" Kevin menutup sambungan teleponnya dan kembali bersama Vania

Bram dengan sigap membuka pesan yang masuk ke ponselnya berisi berbagi lokasi yang dikirimkan Kevin

"Saya ada kepentingan, kalau ada yang tanya bilang saja saya keluar sedang mengurus sesuatu" Bram berpesan pada anggotanya kemudian pergi menenteng kunci mobilnya

"Baik, Pak" ucap Sigit, anggota yang sedang bertugas di kepolisian tingkat daerah

Bram bergegas keluar dari kantor berjalan menuju kendaraannya terparkir. Sebelum ia melajukan mobilnya, terlebih dulu berganti pakaian untuk melancarkan aksi penyamarannya.

"Sebenarnya siapa sih orang yang mau diselidiki, sepertinya Kevin ingin aku merahasiakannya, apa ini orang yang sama, wanita yang kemarin viral bersamanya?"

Pikiran Bram berselancar jauh, menyingkap berbagai alasan dan motif dari penyelidikan yang diperintahkan padanya.

Ia membuka ponselnya, melajukan mobilnya sesuai arahan gpz yang dikirim Kevin. Tempatnya cukup dekat dari kantor jadi tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di sana.

Sesuai arahan, mobil Bram memasuki area hotel berbintang lima. Ia menuju parkiran, saat berkeliling mencari tempat parkir, dilihatnya sebuah mobil berwarna merah. Bram mencocokkan dengan plat yang disebutkan Kevin, cocok.

Ternyata mudah untuk mencari mobil ini. Namun ia lupa, apa yang harus dilakukan dengan yang punya. Bram memandangi mobil incarannya, seperti mengenalnya, tapi lupa siapa yang punya.

Tak berpikir panjang, Bram mengambil ponsel yang ada dalam saku pinggangnya untuk menelepon salah satu rekannya yang bertugas di bagian lalu lintas, mengecek siapa pemilik mobil yang sedang diselidikinya.

Sementara ia tetap berada di dalam mobil, menunggu kabar dari rekannya tentang kejelasan informasi yang sedang dibutuhkan.

Ponselnya pun berdering, segera Bram menerima panggilannya.

"Halo Andik, gimana sudah dapat?"

"Sudah, pemiliknya atas nama Liliana Wiryawan"

Bram terkaget mendengar nama istri Kevin disebutkan oleh rekannya.

"Liliana Wiryawan?" ia mengulang lagi untuk memastikan bahwa pendengarannya masih bagus atau salah dengar

"Iya betul, disini tertera nama Liliana Wiryawan"

"Oke, makasih bantuannya ya bro" ucap Bram seraya langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Kenapa Kevin menyuruhku untuk menyelidiki istrinya? Ada apa ini? Benar saja, aku tak asing melihat mobil ini! Dia di hotel sedang apa, bersama siapa? Pasti maksud Kevin menyuruhku untuk ini"

Tak perlu berlama-lama, Bram keluar dari mobilnya. Ia segera bertanya ke security untuk melihat cctv yang ada di hotel itu. Setelah melalui perdebatan yang alot, Bram terpaksa memperlihatkan kartu saktinya sebagai anggota kepolisian, barulah diperbolehkan untuk melihat cctv yang berada di bagian lantai dasar gedung.

Dengan ditemani salah satu security, Bram melihat cctv yang memperlihatkan bahwa yang keluar dari mobil itu adalah orang yang dikenalnya. Dilihatnya secara rinci dari awal mereka memasuki ke hotel ini menuju restoran untuk makan. Nampak mesra diantara keduanya.

Beberapa menit kemudian, selesai makan berjalan bergandengan tangan menuju receptionist, seperti hendak memesan kamar.

"Nggak bener ini, aku harus memberitahu Kevin secepatnya" Bram mengeluarkan ponsel yang ada dalam saku celananya, hendak memotret dan merekam gambar yang ada di cctv dan mengirimkannya pada Kevin agar percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Apa yang hendak Bapak lakukan? Disini tidak boleh merekam atau mengambil foto kecuali ada surat tugasnya dari kepolisian secara resmi" tegur security yang mengantar Bram menuju ruang cctv, cukup pintar juga orang ini dalam berpikir. Bram tak mau kalah, ia terus mencoba agar bisa mendapatkan bukti untuk dikirimkan pada Kevin

"Gini Pak, orang yang sedang saya cari ini, yang telah masuk dalam hotel ini adalah salah satu anggota keluarga orang yang berpengaruh di kota ini. Hotel ini bisa ia beli, bahkan 50 hotel seperti ini ia bisa bangun sekaligus, bahkan menghancurkannya sekalipun, sesuatu yang mudah baginya! Jangan salahkan saya, kalau saya tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar disini, pekerjaan anda yang menjadi taruhannya!" ancam Bram dengan tegas

Security dan operator yang ada disitu saling berpandang satu sama lain.

"Baiklah, Pak, tapi jangan sampai ada keributan disini. Kalau urusan Bapak sudah selesai saya harap Bapak bisa pergi dari sini. Saya tidak ingin Pak Direktur mengetahuinya" security itu akhirnya memperbolehkan karena merasa takut dengan ancaman yang Bram ucapkan

Setelah Bram berhasil mengambil foto dan merekamnya sedikit, ia langsung mengirimkan pada Kevin dan memintanya untuk datang ke hotel secepatnya.

Bram berpura-pura untuk kembali dalam mobilnya, saat di lift ia bertemu dengan seorang pemuda yang memakai seragam karyawan hotel.

"Kamu karyawan di hotel ini?" tanyanya sembari memperlihatkan id card pada orang itu

"I-iya Pak, ada apa ya?"

Bram membisikkan sesuatu di telinganya, setelah selesai ia mengeluarkan dompet mengambil dua lembar uang kertas seratus ribuan padanya

"Beres, Pak, nanti saya bisa menemui Bapak dimana?"

"Di parkiran mobil, paling pojok kiri dekat pintu keluar, mobil fortune warna putih"

Karyawan hotel itu memberi kode dengan mengacungkan jempolnya kemudian pas di lantai satu, ia keluar. Bram masih harus naik di lantai dua karena area parkir hanya ada di lantai dua dan lobi.

"Nama yang Bapak sebutkan tadi ada di kamar 526, lantai 5" secepat kilat ia mampu mendapatkan informasi yang begitu penting

"Sini aku minta no teleponmu, siapa tahu lain kali aku membutuhkan bantuanmu lagi" pinta Bram pada pemuda itu

Diam-diam Bram membayar salah satu karyawan hotel untuk mencari tahu dimana letak kamar yang dipesan oleh Liliana dan Farel.

Mereka pun saling bertukar nomor telepon, kemudian pemuda itu masuk lagi ke dalam hotel. Sementara Bram masih setia menunggu Kevin datang.

Tak lama kemudian Kevin datang, Bram lebih dulu melihat mobil Kevin yang mewah memasuki area parkiran. Bram keluar dari mobilnya dan menghampiri Kevin.

"Dimana mereka Bram?" dengan wajah kesal, Kevin keluar dari mobilnya dan kini telah menyingsingkan lengan kemeja panjangnya hingga sampai siku menanyakan keberadaan istri dan adiknya

"Ada di lantai 5" jawab Bram dengan rasa takut, Kevin pembawaannya tenang tapi garang saat melihat ada tanda pengkhianatan dimatanya

Mereka pun naik ke tempat yang dituju. Tepat berada di depan kamarnya Kevin dan Bram berdiri.

"Ketok pintunya Bram, tutup lubang pengintainya!"

"Tok, tok, tok.. Permisi room service"

Bram pun menuruti perintahnya. Ditutupnya lubang pengintai dengan telapak tangannya sebelah kiri, diketuknya pintu dengan persendian punggung tangan kanannya dengan mengaku sebagai pelayan ruangan.

Orang yang berada didalam ruangan itu pun percaya dan membukakan pintunya sebatas tubuhnya saja.

Tanpa pikir panjang, dan melihat siapa yang ada di dalam, Kevin yang berada di sebelah pintu mendorongnya dengan begitu kuat sampai orang yang berada di dalam terjengkang terjerembab ke lantai.

"Jadi begini kelakuan kalian di belakangku hah? kamu adikku Farel, teganya kamu merebut istri kakakmu sendiri? aku memang bajingan, tapi kamu lebih anjinx daripada aku, cuih"

Kevin menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, mengumpat ke adiknya yang telah tega berkhianat dengan meludahinya.

"Dan kamu, wanita tak tahu diri, kamu dibayar berapa sama dia? kamu menuduhku selingkuh, tapi kamu sendiri yang selingkuh sama iparmu! otak kamu dimana?"

Kevin mendekat ke kasur, dijambaknya rambut panjang Liliana, diseretnya hingga terlihat tubuhnya yang sedang tak berbusana ke arah Farel.

"Aww, sakit.." rintih Liliana

"Vin, lepaskan Liliana! kamu urus saja perusahaanmu yang hampir bangkrut itu! Nggak usah urusin kita. Aku sama Liliana saling cinta"

"Deg.." mendengar pernyataan Farel yang mengakui bahwa mereka berdua saling cinta bagaikan sebuah panah Siwa yang terlepas menghujam hati. Kevin melepaskan cengkraman tangannya pada rambut wanita yang pernah dikasihinya, namun kini mengkhianatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status