Share

Bab 4

Penulis: Rinda Nirmala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-20 20:30:28

Kepergok Di Hotel

"Siap laksanakan"

"Tapi aku mau hanya kamu yang menyeledikinya, tanpa ada satupun anggotamu yang ikut! Hanya kamu" Kevin menutup sambungan teleponnya dan kembali bersama Vania

Bram dengan sigap membuka pesan yang masuk ke ponselnya berisi berbagi lokasi yang dikirimkan Kevin

"Saya ada kepentingan, kalau ada yang tanya bilang saja saya keluar sedang mengurus sesuatu" Bram berpesan pada anggotanya kemudian pergi menenteng kunci mobilnya

"Baik, Pak" ucap Sigit, anggota yang sedang bertugas di kepolisian tingkat daerah

Bram bergegas keluar dari kantor berjalan menuju kendaraannya terparkir. Sebelum ia melajukan mobilnya, terlebih dulu berganti pakaian untuk melancarkan aksi penyamarannya.

"Sebenarnya siapa sih orang yang mau diselidiki, sepertinya Kevin ingin aku merahasiakannya, apa ini orang yang sama, wanita yang kemarin viral bersamanya?"

Pikiran Bram berselancar jauh, menyingkap berbagai alasan dan motif dari penyelidikan yang diperintahkan padanya.

Ia membuka ponselnya, melajukan mobilnya sesuai arahan gpz yang dikirim Kevin. Tempatnya cukup dekat dari kantor jadi tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di sana.

Sesuai arahan, mobil Bram memasuki area hotel berbintang lima. Ia menuju parkiran, saat berkeliling mencari tempat parkir, dilihatnya sebuah mobil berwarna merah. Bram mencocokkan dengan plat yang disebutkan Kevin, cocok.

Ternyata mudah untuk mencari mobil ini. Namun ia lupa, apa yang harus dilakukan dengan yang punya. Bram memandangi mobil incarannya, seperti mengenalnya, tapi lupa siapa yang punya.

Tak berpikir panjang, Bram mengambil ponsel yang ada dalam saku pinggangnya untuk menelepon salah satu rekannya yang bertugas di bagian lalu lintas, mengecek siapa pemilik mobil yang sedang diselidikinya.

Sementara ia tetap berada di dalam mobil, menunggu kabar dari rekannya tentang kejelasan informasi yang sedang dibutuhkan.

Ponselnya pun berdering, segera Bram menerima panggilannya.

"Halo Andik, gimana sudah dapat?"

"Sudah, pemiliknya atas nama Liliana Wiryawan"

Bram terkaget mendengar nama istri Kevin disebutkan oleh rekannya.

"Liliana Wiryawan?" ia mengulang lagi untuk memastikan bahwa pendengarannya masih bagus atau salah dengar

"Iya betul, disini tertera nama Liliana Wiryawan"

"Oke, makasih bantuannya ya bro" ucap Bram seraya langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Kenapa Kevin menyuruhku untuk menyelidiki istrinya? Ada apa ini? Benar saja, aku tak asing melihat mobil ini! Dia di hotel sedang apa, bersama siapa? Pasti maksud Kevin menyuruhku untuk ini"

Tak perlu berlama-lama, Bram keluar dari mobilnya. Ia segera bertanya ke security untuk melihat cctv yang ada di hotel itu. Setelah melalui perdebatan yang alot, Bram terpaksa memperlihatkan kartu saktinya sebagai anggota kepolisian, barulah diperbolehkan untuk melihat cctv yang berada di bagian lantai dasar gedung.

Dengan ditemani salah satu security, Bram melihat cctv yang memperlihatkan bahwa yang keluar dari mobil itu adalah orang yang dikenalnya. Dilihatnya secara rinci dari awal mereka memasuki ke hotel ini menuju restoran untuk makan. Nampak mesra diantara keduanya.

Beberapa menit kemudian, selesai makan berjalan bergandengan tangan menuju receptionist, seperti hendak memesan kamar.

"Nggak bener ini, aku harus memberitahu Kevin secepatnya" Bram mengeluarkan ponsel yang ada dalam saku celananya, hendak memotret dan merekam gambar yang ada di cctv dan mengirimkannya pada Kevin agar percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Apa yang hendak Bapak lakukan? Disini tidak boleh merekam atau mengambil foto kecuali ada surat tugasnya dari kepolisian secara resmi" tegur security yang mengantar Bram menuju ruang cctv, cukup pintar juga orang ini dalam berpikir. Bram tak mau kalah, ia terus mencoba agar bisa mendapatkan bukti untuk dikirimkan pada Kevin

"Gini Pak, orang yang sedang saya cari ini, yang telah masuk dalam hotel ini adalah salah satu anggota keluarga orang yang berpengaruh di kota ini. Hotel ini bisa ia beli, bahkan 50 hotel seperti ini ia bisa bangun sekaligus, bahkan menghancurkannya sekalipun, sesuatu yang mudah baginya! Jangan salahkan saya, kalau saya tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar disini, pekerjaan anda yang menjadi taruhannya!" ancam Bram dengan tegas

Security dan operator yang ada disitu saling berpandang satu sama lain.

"Baiklah, Pak, tapi jangan sampai ada keributan disini. Kalau urusan Bapak sudah selesai saya harap Bapak bisa pergi dari sini. Saya tidak ingin Pak Direktur mengetahuinya" security itu akhirnya memperbolehkan karena merasa takut dengan ancaman yang Bram ucapkan

Setelah Bram berhasil mengambil foto dan merekamnya sedikit, ia langsung mengirimkan pada Kevin dan memintanya untuk datang ke hotel secepatnya.

Bram berpura-pura untuk kembali dalam mobilnya, saat di lift ia bertemu dengan seorang pemuda yang memakai seragam karyawan hotel.

"Kamu karyawan di hotel ini?" tanyanya sembari memperlihatkan id card pada orang itu

"I-iya Pak, ada apa ya?"

Bram membisikkan sesuatu di telinganya, setelah selesai ia mengeluarkan dompet mengambil dua lembar uang kertas seratus ribuan padanya

"Beres, Pak, nanti saya bisa menemui Bapak dimana?"

"Di parkiran mobil, paling pojok kiri dekat pintu keluar, mobil fortune warna putih"

Karyawan hotel itu memberi kode dengan mengacungkan jempolnya kemudian pas di lantai satu, ia keluar. Bram masih harus naik di lantai dua karena area parkir hanya ada di lantai dua dan lobi.

"Nama yang Bapak sebutkan tadi ada di kamar 526, lantai 5" secepat kilat ia mampu mendapatkan informasi yang begitu penting

"Sini aku minta no teleponmu, siapa tahu lain kali aku membutuhkan bantuanmu lagi" pinta Bram pada pemuda itu

Diam-diam Bram membayar salah satu karyawan hotel untuk mencari tahu dimana letak kamar yang dipesan oleh Liliana dan Farel.

Mereka pun saling bertukar nomor telepon, kemudian pemuda itu masuk lagi ke dalam hotel. Sementara Bram masih setia menunggu Kevin datang.

Tak lama kemudian Kevin datang, Bram lebih dulu melihat mobil Kevin yang mewah memasuki area parkiran. Bram keluar dari mobilnya dan menghampiri Kevin.

"Dimana mereka Bram?" dengan wajah kesal, Kevin keluar dari mobilnya dan kini telah menyingsingkan lengan kemeja panjangnya hingga sampai siku menanyakan keberadaan istri dan adiknya

"Ada di lantai 5" jawab Bram dengan rasa takut, Kevin pembawaannya tenang tapi garang saat melihat ada tanda pengkhianatan dimatanya

Mereka pun naik ke tempat yang dituju. Tepat berada di depan kamarnya Kevin dan Bram berdiri.

"Ketok pintunya Bram, tutup lubang pengintainya!"

"Tok, tok, tok.. Permisi room service"

Bram pun menuruti perintahnya. Ditutupnya lubang pengintai dengan telapak tangannya sebelah kiri, diketuknya pintu dengan persendian punggung tangan kanannya dengan mengaku sebagai pelayan ruangan.

Orang yang berada didalam ruangan itu pun percaya dan membukakan pintunya sebatas tubuhnya saja.

Tanpa pikir panjang, dan melihat siapa yang ada di dalam, Kevin yang berada di sebelah pintu mendorongnya dengan begitu kuat sampai orang yang berada di dalam terjengkang terjerembab ke lantai.

"Jadi begini kelakuan kalian di belakangku hah? kamu adikku Farel, teganya kamu merebut istri kakakmu sendiri? aku memang bajingan, tapi kamu lebih anjinx daripada aku, cuih"

Kevin menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, mengumpat ke adiknya yang telah tega berkhianat dengan meludahinya.

"Dan kamu, wanita tak tahu diri, kamu dibayar berapa sama dia? kamu menuduhku selingkuh, tapi kamu sendiri yang selingkuh sama iparmu! otak kamu dimana?"

Kevin mendekat ke kasur, dijambaknya rambut panjang Liliana, diseretnya hingga terlihat tubuhnya yang sedang tak berbusana ke arah Farel.

"Aww, sakit.." rintih Liliana

"Vin, lepaskan Liliana! kamu urus saja perusahaanmu yang hampir bangkrut itu! Nggak usah urusin kita. Aku sama Liliana saling cinta"

"Deg.." mendengar pernyataan Farel yang mengakui bahwa mereka berdua saling cinta bagaikan sebuah panah Siwa yang terlepas menghujam hati. Kevin melepaskan cengkraman tangannya pada rambut wanita yang pernah dikasihinya, namun kini mengkhianatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 46

    Kembali Ke KotaDavid mengajak anak buahnya yang masih dalam keadaan berjaga untuk masuk ke dalam mobil setelah urusannya di tempat itu telah selesai. Merasa sedikit tenang karena bisa bertemu dengan wanitanya meski kini beban berat menumpu di bahunya. Berat jika hanya dipikirkan saja, namun sepenuh hati akan diupayakan demi bersanding dan menepati janji yang telah diucapkannya.Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Firman, David tampak sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya. Dua mobil melaju kencang setelah keluar dari pintu masuk area villa yang terletak di atas perbukitan.“Lanjut kemana lagi ini Bos?” tanya Firman tanpa canggung“Kita langsung kembali ke Jakarta! nanti jika kamu mengantuk, bergantianlah dengan yang lain, masih banyak urusan yang harus aku selesaikan! sejak Gilang mengalami kecelakaan, semua pekerjaan terpaksa harus ku urus sendiri” jawab David yang masih sibuk berkutat dengan benda pipih sejuta info miliknya tanpa melihat orang yang sedang diajaknya bicara.“Hal

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 45

    Syarat Dari SienaTampaknya Siena kini makin pintar, tak mau kecolongan untuk yang kedua kalinya. Memberikan sebuah syarat pada lawan bicaranya saat ini untuk menguji seberapa besar keseriusan ucapannya. Munafik sekali rasanya, menjalin hubungan hingga membuahkan makhluk baru dan harus mengaku tak ada lagi cinta. Bagi sebagian wanita tak semudah itu melupakannya. Dalam lubuk hati Siena yang paling dalam masih tersimpan sebuah nama yang selalu dibawa kemanapun ia pergi, meski lidah mampu berkata tidak.“Apapun syarat darimu aku terima! aku tahu, kamu ingin menguji seberapa dalam cintaku kini kan?” David, laki-laki yang sering plin plan dalam mengambil keputusan menerima apapun syarat meski Sena belum mengucapkan syarat apa, dan bisa atau tidak dia lakukan.“Kamu yakin?” Siena pun masih menguji dengan mempertanyakan kembali.“Ya! katakanlah, apa yang harus aku lakukan, akan kulakukan saat ini juga” ucap David yang tak membutuhkan penasihat pribadi untuk merebut hati Siena kembali.Kedu

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 44

    Rayuan Maut"Iya, sepertinya begitu, betul apa katamu Dev, biarkan mereka menyelesaikan urusannya sendiri. Ayo kita tinggalkan saja" ujar Aji mengajak Deva untuk masuk ke ruang keluargaDisamping rumah, dua orang yang sempat terpisah dan kini dipertemukan kembali oleh Tuhan masih sibuk beradu pendapat. Saling menyalahkan, itu sudah pasti. Bagaimana tidak, yang satu mengatakan apa yang dialaminya, satunya lagi menolak tindakannya tak seperti yang diungkapkan. Tak ada ucapan yang sama. Namun setelah selang waktu beberapa menit, sembari berpikir, memiliki persamaan. Yaitu sama2 mendapatkan berita dari Siska yang tak lain adalah istri David sekaligus sahabat seprofesi Siena.Namun tak bisa hanya berprasangka saja, semua ucapan harus disertai dengan pembuktian agar terbukti kebenarannya bukan hanya tuduhan semata.Sungguh pelik memang permasalahan dalam putaran cinta segitiga. Dimana satu pria diperebutkan oleh dua wanita yang sama-sama mengisi hatinya. Meski porsinya berbeda. "Tunggu, ta

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 43

    Perdebatan SengitDavid masih tampak bingung, rasa tak percaya pada ucapan ayahnya Siena yang mengatakan anaknya hendak bunuh diri karenanya. Tangannya mengepal, pikirannya terbang mengingat perkataan Siska yang justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang didengarnya saat ini.“Maaf, Om! aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Siena waktu itu. Aku terpaksa harus ke luar kota untuk menyelesaikan masalah pabrik yang terbakar dua hari sebelum acara pertunangan kami berlangsung” terang David menjelaskan alasan mengapa ia pergi tanpa memberi tahu calon tunangannya.“Itu yang kamu namakan cinta? pergi tanpa memberi kabar pada orang yang lebih memilihmu daripada keluarganya sendiri tapi kau campakkan begitu saja pengorbanannya” “Aku tidak pernah ada niat untuk meninggalkanya, justru Siena yang tak bisa lagi dihubungi. Siska bilang Siena akan menggugurkan kandungannya, ia sudah tak mencintaiku lagi, tapi aku tak percaya penuh padanya. Maka dari itu aku kesini ingin bertemu de

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 42

    Menepati Janji“Stop! hentikan!” teriak Deva yang sangat keras hingga membuat orang-orang yang sedang saling adu jotos mengalihkan perhatiannya pada orang yang kini saling berhadapan.Bukan tanpa sebab Deva melakukan itu, ia tak ingin ada keributan di tempat yang seharusnya tercipta rasa tenang, aman, dan damai. Terlebih lagi kedatangan orang yang mungkin sangat dinantikan oleh seseorang sejak lama.“Ternyata nyalimu besar juga ya?” sebuah sapaan yang kini menggetarkan hatinya“Sudah lama aku mencari Siena, namun nihil. Kalian berhasil menutup akses agar aku tak bisa menemuinya, iya kan?” “Simpan saja omong kosongmu itu, siapkan dirimu untuk bertemu dengan ayah dari wanita yang telah kau sakiti. Ayo tunggu apa lagi” Deva, orang yang dekat dengan Siena dan berulang kali menyuruh untuk segera memutuskan hubungan dengan pria beristri ini, menampakkan wajah juteknya seraya memberi kode agar mengikuti langkah kakinya berjalan menuju villa.“Duduk dulu disini, akan ku panggilkan Om Aji” ti

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 41

    Yang DitungguSiena dan Aji yang beranjak hendak kembali ke villa, langkah kakinya terhenti saat mendengar orang memanggilnya. Lalu tubuhnya berbalik 180 derajat menghadap pemuda yang masih berdiri di samping kendaraannya.“Apa tadi kamu memanggil kami?” tanya Aji, takut jika hanya salah dengar“Iya, Tuan” jawab Hasan disertai dengan anggukan. Keduanya mendekat ke arah Hasan kembali.“Tuan dan Nona silahkan duduk dulu di dalam, saya akan mencoba menghubungi saudara saya untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memberikan nomor Tuan Kevin” ucap Hasan yang merasa iba pada dua orang yang berasal dari kalangan atas, mencari Tuan Kevin. Ia tahu bahwa majikan yang baru dikenalnya itu pun sangat berharap bisa bertemu dengan orang ini. Entah ada permasalahan penting apa yang menjadikan orang-orang ini saling mencari satu sama lain.Hasan tak ingin mencari tahu lebih lanjut. Ia lebih memilih untuk meninggalkan mereka di dalam. Tangannya yang masih setengah basah merogoh saku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status