Share

Bab 3

Author: mic.assekop
last update Last Updated: 2023-03-20 12:21:06

“Sesuai aplikasi, Mas!” ucap Grace Santika, lalu dia naik ke boncengan belakang.

Tujuan dari Kambang Iwak ke Grand Garden, salah satu perumahan top di Palembang. Perjalanan menempuh waktu sekitar lima belas sampai tiga puluh menit. Cukup lama karena biasanya jam-jam seperti sekarang jalanan dipadati kendaraan.

“Pulang kerja, Mbak?” tanya Stefan sambil membuka kaca helm. Angin menderu-deru menampar-nampar wajahnya.

“Iya pulang kerja. Rencananya mau ketemuan sama seseorang. Tapi tidak jadi. Barusan aku ditipu.”

“Kenapa bisa ditipu?”

“Cowok itu menguras habis saldo di salah satu dompet digitalku. Sepertinya ponselku habis disadap.”

“Nanti akan aku bantu!”

Grace tak salah dengar. Si ojol ini bisa bantu apa? Bantu doa atau apa? Grace malah tak menggubris omongan Stefan.

Sesampainya di rumah, Grace membayar ongkos delapan belas ribu kepada Stefan. Namun, pria tampan itu belum mau pergi dan malah memberikan tawaran bantuan.

“Pasti Mbak memberikan data pribadi. Berapa uang yang dia ambil?”

“Lumayan sih. Dua belas juta.”

Stefan meminjam laptop Grace, lalu duduk di beranda rumah. Grace sedikit pun tidak yakin kalau si ojol ini bisa mengembalikan uangnya. Bagaimana mungkin?

Stefan kemudian meminta nomor ponsel pria itu. Setelah itu dia menginstal sebuah software rancangannya sendiri yang serba bisa di laptop Grace. SigmaX nama programnya. Layar laptop Grace menampilkan kode-kode aneh berupa bahasa pemrograman yang sulit dimengerti.

Bang!

“Ini wajah orangnya!”

Grace manggut pelan tak percaya. “Benar. Kok bisa kau tahu?”

“Aku sudah menemukan IP Adress Joko Sontoloyo ini. Dia sekarang berada di Kenten. Sebuah kos-kosan sepetak.”

Stefan menanyakan kepada Grace, kira-kira si Joko mau dibawa ke sini atau cukup uangnya kembali. Mendengar pertanyaan itu, Grace malah gelagapan dan bingung mau jawab apa karena masih saja dia tidak menyangka.

“Hm. Ya sudah. Yang penting uangku kembali.”

“Sip!” Stefan mengacungkan jempol.

Stefan mengobrak-abrik firewall milik Joko, lalu langsung membuat semua sistem komputernya menjadi down. Selanjutnya Stefan mengambil alih ponsel milik Joko hanya dengan perantara laptop Grace.

“Benar ini nomor ponsel dompet digitalmu?”

“Ya, benar.”

Bang!

“Sudah masuk?”

“Alhamdulillah. Terima kasih banyak, Mas Ojol.”

Sekarang Joko tidak akan bisa beraksi lagi karena Stefan sudah menanamkan virus di komputer dan ponsel milik Joko. Kemudian, Stefan memasang sistem keamanan di laptop dan ponsel milik Grace agar tidak kembali diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Serius kau cuma Ojol? Jika mau, akan aku rekomendasikan kau di perusahaan tempatku bekerja.”

“Boleh. Kau bekerja di posisi apa memangnya?”

“Aku Sekretaris. Sekali lagi terima kasih banyak.” Grace memberikan uang dua ratus ribu buat Stefan sebagai tanda rasa terima kasih.

...

Setelah mengucapkan salam, Stefan pun masuk. Mengejutkan, Stefan membeli makanan kesukaan keluarganya untuk meluluhkan dan memperbaiki hubungan dengan mereka.

“Surprise!” Stefan sumringah sambil meletakkan semua bungkusan di atas meja ruang keluarga.

“Jangan bilang pada kami kalau kau habis mencuri,” sentak Bobby yang tengah menyelonjorkan kakinya di atas sofa.

“Palingan abis minta-minta,” timpal istrinya yang tengah asyik menonton tv.

“Aku tidak mau makan makanan haram,” cibir Robert yang tengah asyik bermain game.

“Aku tidak mau makanan dari pria sepertimu!” nyinyir Luchy yang tengah asyik bermain media sosial.

“Suamiku, jangan kau nodai keluargaku dengan makanan yang tidak jelas sumbernya. Mana mungkin kau ngojek dalam waktu tiga jam bisa dapat duit sebanyak itu.” Bahkan istrinya sendiri sampai meremehkan.

Stefan melepaskan sweater abu-abunya yang kusam terkena debu, lalu mengelap wajahnya yang kotor dan berminyak, terus menjawab kepada mereka, “Aku tadi habis menolong seorang wanita yang habis disadap ponselnya. Jadi uang pemberian darinya aku beli ini semua.”

Bobby berdiri, lalu menatap Stefan lurus-lurus. “Rupanya kau hanya lancar berbicara walaupun ngawur. Kau belum sembuh dari penyakit gilamu. Jika kau masih seperti ini, kau akan kami masukkan ke dalam rumah sakit jiwa.”

“Masuk kamar sana!” bentak ibu mertuanya.

Lionny mengawasi wajah Stefan yang tidak terlihat murung sedikitpun sehabis dimaki-maki. Suaminya malah tak berekspresi lalu masuk ke dalam kamarnya. Meski muak dan kesal, Lionny masih punya hati karena bagaimanapun Stefan tetap suaminya.

Namun, orangtua dan adik-adiknya tak akan membiarkan Lionny respect terhadap Stefan sedikit pun. Mereka akan tetap bersikeras agar Stefan mati atau menyerah sendiri. Parahnya, mereka sering membuat cerita palsu ketika ditanya oleh Kakek Sanjaya, dengan mengatakan bahwa mereka tetap merawat dan menjaga Stefan dengan baik, tanpa ada unsur kebencian apa pun. Begitulah.

Nyatanya, bisa dilihat sendiri seperti apa mereka memperlakukan Stefan di rumah, sedikit saja mereka tak menghargai Stefan. Bobby memerintahkan kepada Lionny agar membuang semua pemberian Stefan ke kotak sampah, karena mereka tak sudi mau memakannya.

Ketika semua penghuni rumah pada tidur, diam-diam Lionny masuk ke kamar tidur Stefan. Dia menawarkan makan malam kepada Stefan.

“Apa orang tua dan kedua adikmu suka pemberianku?”

Lionny membisu. Wanita cantik berambut terurai panjang ini masih saja mengawasi wajah Stefan. Di dalam kepalanya masih tersimpan banyak tanda tanya, kira-kira Stefan masih hilang ingatan atau memang sudah sembuh seratus persen.

Lionny hanya menyisakan kwetiau, kemudian bermaksud mengajak makan bareng Stefan. Dia ingin menguji kesembuhan Stefan. “Kau beli di mana, Stefan?”

“Tempat makan favoritmu tentunya, Sayang. Kwetiau A Ling.”

“Memangnya, kita berapa kali makan di sana?”

“Sepuluh kali. Sekitar empat atau lima tahun lalu.”

Lionny tersentak. “Apa yang aku minum?”

“Selalu jus mangga. Kalau aku, selalu pesan jus alpukat.”

Lantas Lionny membuka lemari, lalu menaruh semuanya isinya di atas kasur. “Kau ingat semua penghargaan ini?”

“Sertifikat ini aku dapatkan ketika ikut seminar di kampus pas masih semester satu. Piagam ini setelah menang kontes mengatasi bug di game RoyalX. Medali ini menang di kejuaraan buat software antivirus. Medali ini aku dapatkan pas juara dua buat game. Piala ini .... Medali ini ....” Lebih dari dua puluh penghargaan diceritakan satu per satu oleh Stefan.

Lionny lantas merengkuh Stefan dan menciuminya berkali-kali. Wanita manis itu menangis, sampai tersedu-sedu. Selama ini dia berpikir bahwa Stefan tidak akan pernah sembuh, tapi semua dugaan itu salah, sekarang dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan bahwa suaminya telah sembuh dan normal.

Pagi harinya Lionny dengan wajah berseri-seri mengabarkan kepada ayah, ibu, dan kedua adiknya, mengatakan bahwa Stefan telah sembuh.

Ayahnya malah melengos. “Dokter sudah memvonis dia akan hilang ingatan seumur hidup.”

“Ayah, silakan lihat sendiri dan ajak dia bicara. Dia sudah normal. Sekarang, izinkan dia bekerja di perusahaan Ayah.”

“Tidak akan! Stefan pernah menolak tawaran kakekmu untuk bekerja di salah satu perusahaan Sanjaya Group, tapi dengan sombongnya dia menolak. Apalagi melihat kondisinya sekarang, bisa apa dia di perusahaan Ayah? Bersih-bersih saja tidak bisa.”

Stefan sudah siap dengan setelan ojolnya, sweater tak bermotif, celana chinos, sepatu kets, dan helm SNI murahan. Motor matic butut dinyalakannya dan dipanaskan sebentar.

Siang harinya, ketika sedang sibuk mengurus orderan, Grace mengirim chat kepada Stefan, menceritakan bahwa ada beberapa karyawan di kantor yang ponsel mereka disadap. Ada yang sampai rugi tiga puluh juta. Kemungkinan besar si hacker akan meretas sistem keamanan perusahaan karena dengan modal data karyawan si hacker akan gampang menembus sistem tersebut. Jika terjadi, perusahaan akan mengalami kerugian besar. Oleh karena itu, Grace mengharap bantuan dari Stefan si Ojol, eh, si Hacker.

Stefan menelepon Grace. “Di mana kau bekerja?”

“Di PT Sanjaya Sawit."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 124

    Bobby Sanjaya duduk berhadapan dengan Stefan. Martin dan David berdiri di belakang Bobby. Sedangkan Lionny duduk di kursi tak jauh dari mereka.Stefan berkata, “Martin, David, saya selalu mempercayakan banyak urusan kepada kalian berdua. Hingga menjadi saksi pernikahan saya pun, kalian tetap menjadi yang terpercaya.”Martin dan David mengangguk penuh patuh.Tiba-tiba suasana di dalam ruangan cukup tegang.Stefan memandang Bobby dengan tatapan sungguh-sungguh. “Saya dan Lionny saling mencintai, Tuan Sanjaya. Berikan kami izin agar kiranya kami berdua bisa kembali menjalin hubungan sah suami istri kembali serta membangun rumah tangga yang baik.”Stefan bilang juga pada Bobby bahwa untuk ke depannya dia tidak ingin hubungan rumah tangganya diganggu lagi apalagi sampai dipisahkan seperti tempo lalu. Stefan sudah memberi ruang agar Sanjaya Group bisa bangkit, bahkan memberikan berbagai bantuan. Oleh karena itu, penyesalan Bobby harus dibayarkan segera, dan kata maaf jelas tidak cukup jika

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 123

    Jika saja Bobby tidak tolol dan egois, tentu bisnis Keluarga Sanjaya tidak akan terpuruk. Ribuan rasa penyesalan tertampak jelas di wajahnya yang mengendur. Bobby berkata lembut penuh penyesalan, “Ayah gagal menjadi pemimpin bagi kalian.”Lionny menyeka air mata di pipinya, lalu berkata, “Lupakan semua kesedihan, Ayah. Sekarang Ayah harus berbenah. Lanjutkan perjuangan mendiang kakek Sanjaya.”Stefan memotong segera, “Cukup. Kita tidak banyak waktu. Sekarang, mulai lagi!” titahnya tegas.Robert mendekat ke meja Stefan. Dia menunduk hormat dan berkata, “Aku salah. Maafkan aku.” Diteruskan pula oleh Luchy dan Chyntia.Lalu giliran Bobby. Sembari membungkuk sedikit Bobby berkata lirih, “Stefan, maafkan semua kesalahanku. Maafkan aku dan keluargaku.”Lionny tertegun. Melihat kedua orang tua beserta adiknya sangat merendah di hadapan Stefan seperti tidak ada harga diri, Lionny sangat tidak tega. Namun, langkah Stefan sudah tepat, dengan itu semoga mereka berempat sangat jera.Tuan Stone me

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 122

    “Kau tahu apa konsekuensi jika menolak, Tuan Stone?” ancam Stefan.Tuan Stone sedikit mendongakkan kepala dan menjawab lirih, “Bagaimana kalau dikurangi separuh, Tuan CEO? Cukup lima belas juta saja. Saya masih bisa kalau segitu.” Tetap ada keraguan terpancar di raut wajah Tuan Stone. Bibirnya bergetar tatkala mengucapkannya karena di dalam kepalanya sedang bertengkar sendiri, lebih baik menolak jika bisa.Stefan mengalihkan pandangnya ke Bobby. “Cukup untuk satu perusahaan Sanjaya Group saja. Atau mungkin nanti suatu saat Tuan Stone akan kembali memberikan penawaran. Kita tahu bahwa Tuan Stone bukanlah orang asal-asalan yang gampang memberikan keputusan.”Lima belas juta dollar? Sebuah perjudian besar bagi Tuan Stone, jika judi 50:50, tidak untuk investasi nanti, baginya kemungkinan profit hanya dua puluh persen. Tuan Stone siap rugi.Tuan Stone ketar-ketir dan berharap agar kiranya Stefan tidak berbicara panjang lagi terkait investasi. Dia tidak mau hari-harinya makin buruk. Jika bi

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 121

    Sanjaya Group saat ini memang sedang sangat terpuruk. Salah satu cara untuk mengembalikan keadaan seperti dahulu meskipun dalam waktu yang tidak sebentar adalah dengan menerima suntikan dana dari investor.Pasca perseteruan antara Sanjaya Group dan Stefan tempo lalu, jelas berdampak sangat serius bagi perusahaan milik Bobby. Jika Sanjaya Group ingin kembali bangkit, jelas mereka harus segera melakukan sesuatu.Namun, sejauh tidak ada ada satu pun investor yang datang serta tidak ada juga satu pun bank yang mau meminjamkan uang kepada mereka. Alasannya, karena Sanjaya Group diprediksi sulit akan kembali membaik. Sudah separah itu.Stefan punya ide. Penawaran gila yang biasanya diberikan oleh Tuan Stone, coba Stefan berikan kepada Bobby, kira-kira, apa reaksi Bobby ketika mendengar tawaran tersebut? Jika Tuan Stone memberikan penawaran kepada Luchy atau bahkan Chyntia, demi memperbaiki perusahaan, apakah Bobby merelakannya? Lihat nanti, apa Bobby masih waras?Bobby, Chyntia, Robert, dan

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 120

    “Martin, kunci pintunya!” titah Stefan. Lalu, Stefan beranjak dan langsung mencekik leher Tuan Stone. Saking kuatnya, Tuan Stone sampai berdiri dari duduknya. “Kita bertemu lagi ha?! Kau pikir, aku dan calon istriku bakal lupa dengan dirimu?!” Stefan sangat marah.Stefan dengan sangat tegas tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone. Dia juga akan memberi tahu kepada perusahaan-perusahaan di Jakarta dan lainnya untuk tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone.Martin sudah siap seandainya Tuan Stone memberikan perlawanan kepada Stefan. Sedikit saja Tuan Stone menyenggol, pecah kepala Tuan Stone, biar otak busuknya keluar.Stefan memberi kode kepada Lionny agar segera beranjak. Setelah Stefan melepaskan cekikannya, Lionny langsung melepaskan sebuah tamparan keras.PLAK!“Sebuah balasan dari Lionny Fransisca Sanjaya!” Lionny menyeringai marah. Meski emosi, tetap cantik.Terasa pedas di pipi Tuan Stone. Dia mengerang. Lalu ada darah segar mengalir di bibirnya. Saat ini, Tuan

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 119

    Tuan Stone gelagapan. “Stefan? Kau?” Seketika wajahnya memucat pasi. Bergidik badannya begitu yakin bahwa CEO Nano-ID saat ini yang dilihatnya merupakan pria yang kemarin di taman itu.Di dalam ruangan hanya ada Tuan Stone, Stefan, Martin, dan Lionny. Sementara Mike berada di luar. Dia sibuk memperhatikan para wanita dan mulai menyeleksi.Stefan menegakkan bahu, tersenyum, dan berkata ramah, “Silakan duduk, Tuan Stone. Bukankah Anda ke datang ke mari untuk membicarakan soal bisnis? Ayo kita mulai!”Lionny juga tersenyum ramah seolah-olah kemarin sore tidak terjadi apa-apa. Padahal di hatinya, Lionny sangat benci dengan orang tua tidak tahu diri ini. Jika mencongkel biji mata orang tidak berdosa dan tidak kena hukum pidana, sudah dari tadi dia akan mencocol kedua biji mata Tuan Stone agar segera berhenti memilih-milih wanita yang bakal ditidurinya.Stefan tidak gegabah dan seolah-olah dia dan Tuan Stone belum pernah bertemu sebelumnya. Stefan menyambut kedatangan Tuan Stone dengan begi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status