Home / Historical / Bara Dendam Sang Prabu Boko / Bab 86: Hadiah Sang Putra dan Ancaman Cundrik di Pangurakan

Share

Bab 86: Hadiah Sang Putra dan Ancaman Cundrik di Pangurakan

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-11-02 22:47:15

Pagi tiba di Keraton Medang, membawa sinar mentari yang seolah menolak kegelapan malam yang penuh darah. Mahamentri I Halu Pangeran Balaputeradewa terbangun dalam keheningan yang semestinya tenang, namun segera panik ketika telinganya menangkap suara Mayang Salewang terisak dan muntah-muntah dari bilik air. Ia bangkit, hati dilanda kecemasan.

"Dayang! Cepat kemari!" Balaputeradewa beranjak dari ranjang dengan wajah pias, melangkah cepat menuju sumber suara. "Mayang, ada apa gerangan, Adinda? Suaramu... mengapa kau terdengar begitu tersiksa?"

Dayang yang berpengalaman, yang bertugas merawat Mayang, segera menghadap dengan sigap. "Ada yang bisa saya bantu, Gusti Mahamentri? Kondisi Gusti Ayu tampak tidak baik."

"Periksalah Mayang sekarang!" perintah Pangeran dengan suara tegang, "Aku sangat khawatir! Ia muntah-muntah dan wajahnya pucat pasi."

Dayang itu segera menghampiri Mayang Salewang dan memeriksanya dengan seksama, mengamati setiap tanda yang terlihat. Setelah beberapa saat, Dayang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 88: Pelarian, Pengakuan, dan Prediksi Kehancuran

    Keheningan yang mencekam di Alun-Alun Pangurakan, yang sebelumnya mengikat ribuan pasang mata dalam penantian cemas, sontak buyar oleh intonasi perintah yang lantang dan tak terbantahkan. Adalah Tumenggung Alap-alap, seorang pejabat tinggi yang mengemban kehormatan atas warisan leluhur Sanjaya yang agung, yang menjadi motor penggerak aksi ini. Dengan gestur yang tegas namun penuh kehati-hatian, ia segera menginstruksikan prajurit-prajurit Sanditaraparan untuk melepaskan belenggu dari pergelangan tangan Mpu Rahagi dan wanita di sisinya, Srigunting, simbol kemurahan hati yang tak terduga dalam drama pelik ini.Sementara sorot mata tertuju pada adegan pembebasan tersebut, sebuah pergerakan diskret nan strategis terjadi di garis belakang Pasukan Elite Sanditaraparan. Empat ekor kuda pilihan, dengan bulu berkilauan dan tenaga yang masih prima, secara tiba-tiba muncul dari antara kerumunan prajurit, seolah menjadi bagian dari bayangan yang tak terjangkau.Kehadiran kuda-kuda ini adalah isya

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 87: Pengkhianatan Mayang dan Dampak Ajian Gendam Lali Jiwa

    Hawa di Pangurakan, tempat kompleks istana sementara Medang berdiri agung, tiba-tiba menipis, diwarnai keheningan pekat yang mematikan. Cahaya obor dan bulan yang sebelumnya menari-nari, kini tampak membeku di tengah ketegangan yang menyelimuti segenap yang hadir. Para prajurit berjaga dan para pembesar kerajaan yang tadinya berdiskusi santai, kini terpaku, mematung bagai arca. Napas tertahan di setiap kerongkongan, menyaksikan drama pengkhianatan yang tak pernah terbayangkan akan terjadi di jantung kerajaan.Mayang Salewang, yang selama ini dikenal sebagai Madu Jingga, Permaisuri muda Pangeran, berdiri dengan sikap teguh, tak ada sedikit pun keraguan di raut wajahnya. Ia perlahan namun pasti menggiring Mahamentri I Halu Pangeran Balaputeradewa mundur. Cundrik mungil namun mematikan di tangannya menempel erat di tenggorokan Pangeran, mengancam urat nadinya dengan setiap gerakannya. Sorot matanya tajam, memancarkan determinasi baja yang menyembunyikan badai emosi yang berkecamuk dalam

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 86: Hadiah Sang Putra dan Ancaman Cundrik di Pangurakan

    Pagi tiba di Keraton Medang, membawa sinar mentari yang seolah menolak kegelapan malam yang penuh darah. Mahamentri I Halu Pangeran Balaputeradewa terbangun dalam keheningan yang semestinya tenang, namun segera panik ketika telinganya menangkap suara Mayang Salewang terisak dan muntah-muntah dari bilik air. Ia bangkit, hati dilanda kecemasan."Dayang! Cepat kemari!" Balaputeradewa beranjak dari ranjang dengan wajah pias, melangkah cepat menuju sumber suara. "Mayang, ada apa gerangan, Adinda? Suaramu... mengapa kau terdengar begitu tersiksa?"Dayang yang berpengalaman, yang bertugas merawat Mayang, segera menghadap dengan sigap. "Ada yang bisa saya bantu, Gusti Mahamentri? Kondisi Gusti Ayu tampak tidak baik.""Periksalah Mayang sekarang!" perintah Pangeran dengan suara tegang, "Aku sangat khawatir! Ia muntah-muntah dan wajahnya pucat pasi."Dayang itu segera menghampiri Mayang Salewang dan memeriksanya dengan seksama, mengamati setiap tanda yang terlihat. Setelah beberapa saat, Dayang

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 85: Kegelisahan Mayang dan Kebenaran yang Tersembunyi

    Kamar peristirahatan Mahamentri I Halu Pangeran Balaputeradewa merupakan perwujudan kemegahan arsitektur istana Medang, dipenuhi ukiran-ukiran rumit yang merefleksikan kisah-kisah kepahlawanan dan mitologi Hindu-Buddha. Pilar-pilar berlapis perunggu berdiri tegak, menopang atap kayu ulin yang berukir relief dewa-dewi, sementara harum dupa cendana yang membara di sudut ruangan sedikit pun tidak mampu mengusir udara berat dan dingin yang mencekam. Sebuah kegelisahan yang nyaris kasatmata melayang di setiap sudut ruangan, seolah merefleksikan gejolak hati sang istri Mahamentri Mayang Salewang.Dekrit Agung dari Baginda Maharaja Samarattungga telah termaktub dengan tinta emas dan disegel dengan stempel Kerajaan: hukuman mati bagi Mpu Rahagi, Kepala Walaing, dan putrinya, Srigunting, adalah keniscayaan yang tak terbantahkan. Di luar kamar yang megah itu, para pengawal dan abdi dalem telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan cekatan, mengawal tahapan-tahapan prosesi hukuman yang akan seg

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 84 Dekrit Maharaja: Bumi Hangus dan Kegelisahan Pengantin Baru

    Pagi membayang di Keraton Medang di Poh Pitu, namun suasana masih diselimuti aura kelam dan berat. Noda darah kering yang semalam bercampur aduk dengan confetti pernikahan di pelataran masih terlihat jelas, menjadi saksi bisu akan penghianatan yang mengoyak keheningan malam sakral. Aroma amisnya besi berkarat bercampur asap sisa pembakaran yang tak kunjung hilang, membaur dengan kepulan kemenyan yang dihidupkan untuk menyingkirkan pengaruh buruk.Di tengah ketegangan yang pekat itu, Maharaja Samarattungga berdiri tegak di singgasananya dalam balairung agung, memancarkan amarah yang dingin, membeku, namun mematikan. Pemberontakan yang dipimpin oleh Walaing dan Wasa Mandala tepat di malam perhelatan pernikahan sang Mahamentri I Halu adalah penghinaan tertinggi, bukan saja terhadap Keraton, melainkan terhadap kewibawaan agung dinasti Sailandra yang selama ini dihormati."Aku perintahkan!" suara Maharaja Samarattungga menggelegar, memenuhi seisi ruang dewan yang sedari tadi diliputi kehen

  • Bara Dendam Sang Prabu Boko   Bab 83: Kekhawatiran Rakai Panaraban dan Kabar dari Tumenggung Alap-alap

    Watak Panaraban terasa damai, jauh dari hiruk pikuk politik Keraton Medang yang senantiasa bergolak. Di kediaman utama, pendopo agung yang memancarkan ketenangan arsitektur khas Jawa, Rakai Panaraban menatap istrinya, Dyah Ayu Manohara, dengan kehangatan dan rasa syukur yang mendalam. Kehadiran Dyah Ayu Manohara telah membawa nuansa tentram ke dalam kehidupannya yang sering kali diselimuti kekhawatiran akan takdir wangsa.Sementara itu, di ruangan terpisah yang telah disiapkan secara khusus, Mpu Kumbayoni telah ditempatkan di tempat tidur yang nyaman. Lukanya yang menganga kini dirawat dengan cermat oleh tabib kerajaan Panaraban, sementara para abdinya yang setia berjaga di ambang pintu. Laturana, Megarana, dan Wiyuhmega, yang menyertai Manohara dalam perjalanan melelahkan itu, juga mendapatkan tempat peristirahatan yang layak, guna memulihkan diri dari keletihan."Aku sungguh merasa lega atas kepulanganmu yang selamat, Diajeng," ujar Rakai Panaraban, suaranya mengandung kehangatan tu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status