Share

Lelaki Pemuas

Setelah kejadian di kamar pribadi Jimmy Alvaro, Daffin mulai tertarik untuk berpikir serius mengenai perempuan yang tanpa sengaja ia temui. Florist Scarletta, gadis manis itu menarik perhatiannya seketika. Bukan hanya karena memiliki tampilan fisik bagus, tetapi langkah berani yang diambil saat kekacauan terjadi.

“Jadi, dia sedang mencoba melindungi perasaan Jimmy, tapi laki-laki itu justru terlihat begitu marah. Ada apa dengan mereka?” gumamnya masih berusaha menemukan jawaban atas semua keganjilan yang ia lihat, “gadis itu menyukai suami Evilda, aku sangat yakin dengan tatapannya saat memandang pria arogan yang super sombong. Namun, kenapa Jimmy lebih marah pada Flo?”

Pria itu kembali mengernyit, ia segera mengeluarkan benda pipih canggih dari balik saku celana. Daffin memperbesar gambar di layar, sapuan lembut lidah pada bibir atas menunjukkan keseriusan dalam memerhatikan foto. Tidak terfokus pada bagian tubuh tanpa busana, ia justru mengamati detail wajah.

“Cantik, manis, menawan, menggemaskan, dan menyedihkan. Semua berpadu sekaligus.” Daffin kembali bergumam sembari tersenyum lucu, teringat dengan pertemuan pertama kali mereka.

Takdir unik yang langka, pertemuan paling berkesan. Muncul di kala dirinya sedang bekerja, Evilda merupakan prioritas utama dari lima belas nama yang membayar dirinya sebagai teman berkencan. Satu-satunya klien eksklusif, membayar dengan nominal tinggi dalam satu pertemuan.

Memberikan kepuasan dan sentuhan lembut, dua hal yang belum pernah diberikan sang suami. Kehidupan pernikahan kalangan atas selalu berdasarkan konsep perjodohan, bukan atas asas mencintai. Menaklukkan Evilda bukan perkara mudah, wanita sombong dengan pesona Cleopatra itu memang layak ditiduri.

“Apa kamu sedang mengabaikanku sekarang?” Kalimat tanya ini menyadarkan dirinya akan keadaan sekitar, dia sampai lupa jika sekarang sedang bekerja.

Gadis manis yang muncul dari kamar mandi mampu menyingkirkan akal sehat dari tempatnya, termasuk mengabaikan pelanggan yang bergerilya sendiri. Dia tengah berada di ruang khusus bagi pelanggan VIP, tempat bebas beraksi. Kali ini Daffin bersama Tere, salah seorang anggota dewan yang tak memiliki catatan buruk di masyarakat.

“Sayang, singkirkan ponsel itu. Aku sudah sangat menginginkanmu.” Rengekan manja ini disertai tangan terparkir di paha kanan Daffin, mengelus lembut menuju area terlarang.

Namun, pria tampan tersebut geming, dan masih lebih menyukai menatap layar ponsel pintar miliknya. Rupanya Tere tak berhenti sampai di sana, ia merapatkan diri. Memberikan satu sapuan di leher dengan liar, basah.

Daffin goyah, melepas begitu saja handphone yang ia pegang. Pria itu mulai membalas, mengimbangi permainan sang anggota dewan. Keduanya dibelai mesra oleh nafsu, berlenggak-lenggok liar tanpa peduli situasi.

Tangan Daffin terangkat, mengibas pelan ketika salah seorang pelayan masuk. Memberikan kode untuk mengunci pintu, ia harus menuntaskannya. Menghentikan kegilaan wanita bersuami ini.

“Puaskan aku, Sayang.” Racauan Tere mulai mengganas, Daffin sampai kehilangan keseimbangan ketika sang wanita mendorong kasar dan menarik paksa kemeja yang ia kenakan.

Terdengar bunyi sesuatu menyentuh lantai, ia melirik. Kancing menggelinding. Sudah di batas ingin rupanya, ia harus profesional.

Daffin membuang ingatan tentang Flo, tetapi tetap saja bayangan gadis itu menari-nari dalam ingatan. Justru, setiap adegan yang mereka lalui bersama mulai bermunculan, dan dia tersihir oleh gadis 19 tahun. Benar-benar di luar prediksi.

‘Sial’ Daffin mengumpat dalam benak, ia sama sekali tak bergairah.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Tere masih berupaya memancing hasrat sang pria, memberikan gigitan-gigitan kecil di dada bidang Daffin.

Gelengan pelan diberikan, ia memang sedang kalut. Namun, pekerjaan tetap utama. Daffin harus fokus, bukan saatnya mengecewakan klien.

Suara pintu terbuka memaksa dirinya menghentikan aksi. Tere tampak gelagapan, hampir wanita itu mengumpat. Niatnya urung ketika melihat siapa yang dipersilakan masuk, ia membenahi pakaian sambil membelakangi sosok tak diundang.

“Sangat sopan sekali, dasar pengusaha tak tahu aturan!” gerutu Tere meraih blazer hitam di atas meja, menutupi bagian tubuh yang terekspose gratis.

Rumor tentang Jimmy Alvaro bukan isapan jempol belaka, pria itu benar-benar tidak memiliki sikap manis. Namun, untuk apa dia menerobos masuk dan membuat keributan saat dirinya merasa tak memiliki urusan dengan sang pengusaha? Tere mulai meringis saat mengingat sesuatu, Star Hotel merupakan bagian dari Palapa Group.

“Kalian mengganggu privacy pelanggan!” kecam wanita yang terlihat kesal karena kepalang tanggung dengan suasana ingin yang menggebu, setidaknya Jimmy muncl setelah ia selesai menyalurkan hasrat.

“Mau menuntut?” balas Jimmy tak acuh, tatapannya hanya tertuju pada Daffin yang sudah duduk bersandar tanpa mengenakan pakaian kembali.

“Kita bisa bertemu di pengadilan dan biarkan semua orang tahu sifat asli Anda.” Jimmy masih melontarkan kalimat sadis sekali lagi, tidak peduli dengan tatap tak suka yang ditampilkan oleh Tere.

Wajah Tere merah padam, perpaduan amarah dan malu mencetak scarlet indah pada pipi wanita berbodi sintal tersebut. Mulutnya terkunci rapat ketika Jimmy memerintahkan agar dia dikeluarkan dari ruangan tersebut, para pengawal tidak mengenal kompromi meski dirinya seorang wanita. Tetap bersikap kasar tanpa menunjukkan sedikit belas kasihan.

“Tak usah menyeretku, aku bisa keluar sendiri!” sentaknya kesal dengan tatap masih memancarkan amarah, tetapi segera menunduk saat Jimmy memberikan balasan serupa.

Giliran dua pria dewasa yang terkunci dalam ruangan, saling lempar tatap serius sembari menghadiahkan praduga dalam kebungkaman. Daffin menunggu si pembuat keributan membuka mulut, butuh penjelasan terkait sikap tak sopannya. Bagaimana pun, pekerjaan menjadi kacau berkat sang pengusaha.

“Katakan tujuan Anda mengusik pekerjaan orang lain? Jelas ini melanggar kode etik, tidak profesional.” Daffin mengucapkan dengan tenang, masih pada tahapan sopan mengingat identitas seorang Jimmy Alvaro.

Bahkan, ia menggunakan bahasa formal terhadap tamunya. Hanya saja, sikap Jimmy sedikit angkuh, tampak jelas ukiran arogansi dalam diri yang mencoba memberi sekat pembeda di antara keduanya. Spasi nyata antara si kaya dan Tunasusila.

Bagi Jimmy, laki-laki di depannya hanya makhluk tanpa rasa malu yang menjual diri pada wanita kaya. Sudah sejak lama ia mencium aroma kebusukan sang istri bersama Daffin, sang pramunikmat ini dikenal meresahkan para suami. Sebab, bentuk tubuh layaknya aktor bintang laga film Hollywood berpadu dengan wajah khas Asia terbaik.

“Jangan di sini, ikutlah bersamaku. Kita bicarakan hal serius di tempat yang lebih layak.” Jimmy menanggapi sambil berbalik sempurna, melangkah lebih dulu.

Pintu dibuka oleh pengawal terbaiknya, sementara satu orang lagi mendorong cepat punggung Daffin untuk berdiri mengikuti. Apa yang membawa Jimmy menemui dirinya secara pribadi? Sangat mencurigakan, tetapi dia masih berusaha menekan rasa penasaran ke dasar lubuk hati terdalam.

‘Apa laki-laki ini sudah menyadari perselingkuhan istrinya atau jangan-jangan …?’ Daffin hanya tergelak pelan mengingat kesimpulan yang kini terbentuk dalam benak, akan semakin menarik jika semua yang dia pikirkan benar-benar menjadi kenyataan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status