Share

13. B. Klinik Aborsi

Kamu tahu Parni kenapa?"

"M...tidak tahu, Bu."

"Kamu yakin?"

"Iya, Bu. Cuma Mbak Parni kemarin sempat pingsan, kata dokter kurang darah," terang Luna sedikit berbohong.

"Oh, mungkin saja. Ya sudah, nanti sore gajiannya ya. Sedang saya masukkan ke dalam amplop," ujar Bu Farida.

"Alhamdulillah. Baik, Bu. Terimakasih, saya pamit ya, Bu." Luna tersenyum keluar dari ruangan Bu Farida, lalu berjalan menghampiri Parni hang sedang duduk di kursi plastik sambil mengiris bawang putih.

"Mbak, nanti sore kita gajian," ujar Luna menepuk lembut pundak Parni.

"Oh ya, alhamdulillah." Parni ikut tersenyum lega. Lalu menarik kursi yang kosong untuk diberikan pada Luna. Keduanya kini duduk bersampingan, sambil memandang ke luar. Belum ada tamu lagi, sehingga mereka masih bisa sedikit bersantai.

"Ga terasa Mbak Parni sudah satu bulan bekerja di sini ya. Betah ga Mbak?"

"Iya, ya. Tidak terasa," jawab Parni hambar. Otaknya kembali mengingat,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status