Sambil menunggu update bab terbaru. Bisa baca juga cerita saya yang lainnya. 1 . Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya (tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (tamat) 3. Maaf, Aku Pantang Cerai (ongoing)
"Mana ada saldo sebanyak itu, mbak. Dirumah makannya saja kangkung, tempe dan ikan asin. Bermimpi belanja sebanyak itu."Ucapnya mengejek kali ini semua orang tertawa. membuat seorang pria yang mungkin supervisor atau manager menghampiri anak buahnya."Ada apa Desi?"Gadis itu tampak cemas lalu menyerahkan kartu bapak. Pria itu mencoba menggesek karena kasir bilang mesin tidak berfungsi, pria itu tersenyum dan meminjam mesin di sebelah."Maafkan kami mesin mengalami kerusakan. Sekarang sudah bisa melakukan pembayaran."Aku tersenyum dan menatap mbak Ana yang tampak pucat, mungkin dia tidak menyangka aku bisa belanja sebanyak itu. Dia masih tidak percaya, saat dua orang pria membantu membawakan belanjaan kami ke mobil Dania."Belanja bulanan selesai selanjutnya kau bisa beli motor atau mobil, Ris. Jadi orang kaya jangan terlihat miskin yang miskin aja pura-pura kaya, kau yang kaya pura-pura miskin."Dania berkata cukup keras meski berada tepat di depan mbak Ana. Membuat wanita itu tamp
"Anak-anak lihat kalian suka coklat dan buah kan. Sini kalian boleh ambil tapi makan di sini saja."Dengan kasar aku buka bungkus bingkisan yang mereka bawa. Lalu meletakkan semua makanan dan buah itu keatas meja, seperti dugaanku kedua anak itu berebut seperti tidak pernah di beri jajan oleh ibunya."Eh ...mau kemana? Kalau makan duduk. Kalau tidak nanti bibi ambil, dan menyimpannya kedalam lemari kalian tidak boleh minta."Aku menahan agar kedua anak itu tidak lari kebelakang, biar mbak Ana penasaran lihat taman belakang rumah ini."Mereka masih anak-anak, Ris. Biarkan melihat rumah kita."Deg ...aku terkejut lalu menatap mas Bayu. Bisa-bisanya dia bilang rumah ini rumah kita, berarti dia merasa punya hak di rumah ini."Rumah kita kapan kau beli rumah ini, Bayu? Bapak beli rumah ini tidak pernah menerima sepeserpun uang darimu. Jangankan uang, merasakan makanan yang kau beli saja belum pernah."Bapak duduk dan menatap mas Bayu yang tampak gugup. Kami menarik napas melihat kejadian se
"Aku tidak akan pergi dari sini. Mulai hari ini di mana istriku berada, maka suaminya akan ikut. Kecuali kau pulang bersamaku sekarang juga."Bapak tertawa saat mendengar ucapan mas Bayu begitu juga dengan ibu. Mereka kompak sekali sambil menunjuk wajah mas Bayu yang terlihat mulai heran."Baru kali ini aku dengar suami yang mengikuti istri. Dimana-mana istrilah yang mengikuti suami, Bego. Sudah sana pergi, kalau tidak bersiaplah menerima pangilan dari pengadilan agama. Sepertinya lebih baik Risma menjanda saja dari pada terus bersamamu."Bapak menunjuk pintu pagar, agar mas Bayu segera pergi dari rumah kami. Tapi mas Bayu tampaknya berkeras tidak mau pergi, itu membuat bapak jadi sangat marah.Dengan cepat bapak menghampiri mas Bayu. Menarik kerah bajunya lalu melempar keluar dari pintu pagar. Bapak memang kalem dan terlihat lembek, tapi dulu dia guru silat jangan melawan kalau dia sedang marah."Sudah di suruh pergi baik-baik bandel. Sekarang terserah kalau mau menunggu disini, kami
"Jadi begini kelakuanmu, Risma. Kau sengsarakan keluargaku tapi kau senangkan keluarga orang lain."Aku dan Rani terkejut disaat mengeluarkan banyak oleh-oleh untuk keluarga Rani. Mas Bayu dan keluarganya datang dan langsung marah-marah, begitu melihat kami mengeluarkan banyak barang dari dalam mobil."Memangnya kenapa kalau aku senangkan Rani? Di sini keluarganya yang selalu memberiku makanan enak, di saat kau tidak memberiku nafkah. Lagian dia calon adik iparku, selama ini dia yang tau kondisi keluargaku yang sebenarnya bukan sepertimu...buta."Aku tersenyum saat melihat mereka menatap, oleh-oleh yang ada dalam plastik toko kue terkenal di kota ini. "Tentu saja dia baik karena tau kau kaya. Kalau tidak mana mungkin dia sudi menjadi adik iparmu, Mbak."Nina menatap Rani dengan tatapan menghina. Seolah berkata kalau Rani gadis matre."Mbak tolong pegang sebentar."Rani menyerahkan plastik yang ada di kedua tangannya. Kemudian dia mendekati Nina dan menamparnya dengan keras. Mendapat t
Sebelum naik ke mobil aku dengar Nina tertawa dan mengejek Rani. Terlihat dia sangat senang melihat Rani hendak menangis."Kasihan, gagal jadi menantu orang kaya. Udah terima nasib makanya jadi orang jangan sok pintar dan sok hebat."Melihat Rani lari masuk ke dalam rumah tak hanya Nina yang tertawa. Mas Bayu dan ibunya juga ikut tertawa, sambil berlalu meninggalkan rumah Rani.Aku menatap sedih kearah Rani dan orang tuanya. Tapi bapak juga tidak bisa disalahkan saat mendengar Rani terlalu banyak tau, sementara itu hanya di ketahui keluarga dekat saja."Sampai rumah hubungi Dino dia harus menjelaskan semuanya. Bagaimana bisa orang yang belum menjadi keluarga, sudah tau banyak rahasia kita."Bapak tampak kecewa begitu juga ibu tadi sempat terlihat dia mulai menyukai Rani tapi sekarang dia tak lagi bicara menandakan kekecewaan dalam hatinya terlalu besar dan menyakitkan. Tentu dia akan merasa takut kalau Dino akan condong ke Rani sekarang."Iya nanti sampai rumah Risma hubungi Dino. Bapa
Bu Gendis tampak marah, dia tidak rela anaknya di permalukan seperti itu. Apalagi oleh wanita seperti Risma pula."Kau marah saat aku bicara kebenaran tentang anakmu. Tapi kau diam saat anakmu mengatakan hal yang buruk kepada menantumu, Bu. Sudahlah sebentar lagi kita tidak akan ada hubungan apapun, aku memilih berpisah meski bapakku memberi anakmu kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.Sepertinya dia tidak berniat memperbaiki diri pun, dia hanya berusaha menguasai harta orang tuaku saja. Maaf aku pergi dulu mau belanja menikmati hidup Indah, cukup dua tahun aku memikirkan bayar hutang yang kalian punya."Risma melengang pergi meninggalkan keluarga Bayu yang makin kebingungan. Tadi ibu Bayu yang punya ide makan di tempat yang sama dengan Risma. Kebetulan tadi mereka melihat Risma masuk ke tempat ini, dengan kalap mereka memesan makanan sebanyak mungkin. Pikir mereka bisa memaksa Risma untuk membayar makanan mereka semua."Kalian mau bayar cash atau pakai kartu debit? Silahkan menuj
Wanita itu tidak menjawab, dia masih sibuk memasukan barang yang ada di dalam lemari kedalam plastik. Membuat Bayu marah, merampas plastik dari tangan ibunya lalu memasukan kedalam kulkas dan lemari lagi."Apa yang kau lakukan Bayu? Itu mau ibu bawa pulang, kau bisa minta lagi ke Risma. Dia tidak akan menolak permintaanmu, kami butuh makanan setelah uang ibu di ambil semua tadi."Bayu terdiam mencoba meredam amarahnya, tapi dia sedang lelah dan ibunya seolah tidak perduli. Membuatnya benar-benar marah besar di buat wanita yang melahirkan dirinya."Cukup, ibu kembalikan semuanya dan sekarang juga tinggalkan rumahku. Apa ibu tidak tau aku sudah hancur mau apalagi sekarang?"Mendengar ucapan Bayu membuat ibunya terkejut. Selama ini bayu menuruti semua permintaannya, tapi kini kenapa dia berubah menentang kemauannya."Jangan bilang kau mulai durhaka kepada ibumu, Bayu? Tak akan bahagia hidupmu, setelah menyakiti hati ibu yang melahirkan kau ke dunia ini."Bu Gendis menatap sinis. Dia meras
"Risma, ada yang mengetuk pintu gerbang! Coba lihat siapa yang datang!"Risma bergegas keluar saat mendengar ibunya berteriak dari dapur. Sedang dia tengah menjemur baju yang baru siap dia cuci, begitu membuka pintu, dia melihat keluarga Bayu dengan formasi lengkap minus Bayu tentunya."Kalian mau apa kemari? Aku dan mas Bayu akan bercerai tunggu saja surat dari pengadilan."Risma berusaha kembali menutup pintu, tapi teriakan bu Gendis membuatnya berhenti untuk menutup pintu."Karena itu kami mau membicarakannya denganmu. Percayalah kau tidak akan rugi mendengarkan penawaran kami."Mendengar kata penawaran, Risma paham kali ini pasti tidak jauh dari soal uang. Dia jadi ingin tau apa yang di inginkan keluarga bayu darinya. Dia keluar dan membuka pintu gerbang, dengan percaya diri Bu Gendis dan anak-anaknya mengikuti masuk ke dalam rumah keluarga Risma.Mereka menghirup aroma sedap masakan ibu Risma. Sepertinya itu membuat mereka menjadi lapar, meski sudah makan tadi dari rumah."Risma p