แชร์

Bayang Cinta sang Tuan
Bayang Cinta sang Tuan
ผู้แต่ง: Chiavieth

Chapter 1

ผู้เขียน: Chiavieth
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-02 08:57:19

“Itu bukan urusanku, kalian punya hak apa memintaku untuk melunasi hutang-hutangnya!”

“Huh! Kamu pikir bisa menghindar dari kami, tandatangani surat ini dan segera angkat kaki dari rumah ini! Jangan paksa kami berbuat lebih kasar lagi!”

bentak pria bertubuh gempal itu dengan tidak sabaran.

Felicia diam tidak bergeming, tangannya meraba-raba dokumen yang sempat di lemparkan orang itu padanya. Meskipun berhasil menemukannya, bagaimana caranya menandatangani? Sementara kedua matanya tidak dapat melihat.

Felicia sangat resah, berkali-kali dia memasang pendengaran menunggu Anne, putri tunggalnya datang. Bisa-bisanya orang-orang ini datang untuk menagih hutang suaminya yang pergi puluhan tahun lalu dan tidak pernah pulang.

“Hei! Tunggu apa lagi, kami lelah jika harus menunggu, cepat tanda-tangan jika ingin keluargamu aman.” tangan Felicia bergetar memegang pulpen, dia bingung entah dimana dia akan membubuhkan cap tangannya sekarang.

“Ibu…” Sungguh Felicia merasa beruntung. Akhirnya Anne yang dia tunggu muncul juga.

“Ada apa ini?” Gadis cantik berusia 19 tahun itu memandang heran orang-orang berpakaian preman yang berdiri dengan sorot mata tajam di depan teras rumahnya. “Ibu…”

“Mereka…” baru ingin menjawab, ucapan Felicia dipotong oleh salah seorang preman tadi.

“Kami datang sesuai arahan ayahmu untuk mengambil rumah ini dan membayar semua hutangnya.”

“Hutang? Ayah?” Anne mengernyit, dia melihat Felicia dengan bingung. “Tapi kami tidak tahu apa-apa tentang ini, dan anda bilang ayahku? Selama ini aku tidak merasa punya ayah, apalagi melihat sosoknya.”

Perkataan Anne di respon dengan seringai oleh para preman itu. “Aku tak peduli! Ayahmu sudah mengatakan ini dan sekarang, kalian harus angkat kaki dari rumah ini!”

Bentakan kasar itu membuat seorang tetangga yang baru tinggal di sebelah rumahnya tiba-tiba muncul, lalu mendatangi kediaman Anne dan ibunya. “Maaf, bukan maksud ikut campur, sebenarnya ada masalah apa ini?”

“Kak Raffaele…” Anne sungguh malu dengan situasinya sekarang.

“Anne, kamu tak apa?”

“Siapa kamu? Berani datang dan ikut campur kemari, mau jadi pahlawan?” gertak pria itu dengan kasar.

Raffaelle ingin melawan, namun Anne menahan dari belakang seolah memberi kode agar Raffaele tak meladeni orang-orang itu.

Anne takut preman-preman itu akan mengeroyok mereka. “Kak Raff. Maaf, kau datang kemari pada saat situasi kami sedang tidak baik, aku sendiri tidak tahu siapa mereka, tiba-tiba saja mereka...”

“Hei, ini bukan waktunya memperlihatkan sandiwaramu yang tak berguna itu!” Lagi-lagi preman itu berteriak dengan beringas.

“Kenapa kalian menindas seorang gadis? Apa kalian banci?”

Anne melihat Raffaele dengan ragu, sedangkan pria bertubuh kekar itu menyeringai, kemudian mendekati Raffaele.

“Nyalimu boleh juga, tapi apa boleh buat, kami sudah terlanjur menyita rumah ini, dan kau harus bawa mereka meninggalkan kediaman ini sekarang juga.” Pria bertato di lengan kirinya itu menyenggol lengan Raffaele dengan kasar sebelum mengajak gerombolan teman-temannya menerobos masuk ke rumah itu dengan paksa.

“Hentikan!” semua orang diruangan itu terfokus pada sosok Raffaele.

“Hei! Kau tidak punya urusan dengan kami, lebih baik kau pergi saja. Kami hanya mau menagih hutang?”

“Hutang? Sebutkan nominalnya.”

“Kak Raff…” Seakan tahu maksud pria itu, Anne menggeleng pelan.

“Kau tidak sedang bercanda kan?” Pimpinan preman itu menaikkan sebelah alisnya, memastikan ucapan Raffaele. Kemudian pria beringas itu mengetuk layar ponsel dan memperlihatkan sesuatu yang terpapar di layar pipih itu pada Raffaele

“400 ratus juta?”

Anne membelalak mendengar jumlah yang menurutnya tidak sedikit. Itu sama sekali tidak sebanding dengan uang tabungannya selama setahun ini. Sedangkan dirinya baru mengetahui kalau ayahnya ternyata punya hutang sebanyak itu.

“Bagaimana? Jika sanggup, cepat keluarkan uangnya sekarang!”

Ini gawat! Bagaimana cara Anne membayarnya sekarang? Preman itu sudah menagih dengan paksa.

“Berikan nomor rekeningnya.”

“Kak Raff…” Sungguh, Anne tak menyangka pria itu berani menanggung resiko demi menyelamatkannya, sementara Anne sendiri belum terlalu akrab dengan tetangganya tersebut.

Tak peduli seberapa paniknya Anne, namun pria itu meresponnya dengan senyum sambil mengotak-atik ponselnya. “Selesai…”

Gerombolan preman itu terkejut, belum lima menit berjalan suara notifikasi sudah berbunyi. “Kenapa kalian belum pergi juga? Bukankah saldonya sudah kukirim?”

Pria dengan bekas luka sobekan diwajahnya itu sempat gelagapan memeriksa bukti transaksinya untuk memastikan.

Sedangkan Raffaele yang ternyata sudah membaca judul besar pada map coklat yang dipegang Felicia, segera mengambil dokumen tersebut dan merobeknya di hadapan para pria kekar itu. “Ini sudah tak di perlukan lagi, semuanya sudah selesai kan?”

Pimpinan preman itu menyeringai, lalu mengajak kawannya pergi dari sana.

Anne bernafas lega melihat punggung-punggung mereka yang mulai menjauh. Kemudian langsung memeluk erat ibunya. “Tenanglah ibu, semua sudah berlalu, kita tidak akan beranjak sedikitpun dari sini.”

Air mata haru keluar begitu saja, Felicia menolehkan wajahnya ke arah lain sambil meraba-raba. “Anne, kita sudah berhutang budi pada orang lain, bagaimana cara kita membalasnya?”

Anne dia sudah merepotkan tetangganya. “Maaf kak Raff, kami sudah membawamu masuk ke dalam masalah kami. Tapi, sebenarnya kami sama sekali tidak tahu soal hutang itu…”

Felicia ikut masuk dalam suasana hati putrinya. Sungkan, malu semuanya bercampur aduk.

Melihat reaksi yang berlebihan ibu dan anak itu, Raffaele memberi kode, menggelengkan kepala agar gadis itu tak meneruskan ucapannya. “Tak apa, aku hanya menganggap kamu dan ibu sebagai bagian dari keluargaku.”

“Masuklah, Anne akan menyeduhkan teh hangat di dalam.”

Mendengar tawaran ibunya pada Raffaele, membuat Anne agak sungkan. Bagaimana pun, dia cukup malu membawa seorang pria masuk ke rumah mereka. Tapi, suara Felicia kembali terdengar. “Anne, cepat layani tamu kita!”

Anne tak bisa menolak lagi, di tambah pula dengan kesediaan Raffaele yang setuju saja dengan ajakan itu hingga menyusul mengikuti Anne masuk ke ruang tamu. “Maaf jika aku sudah merepotkanmu dan ibumu…”

“Tidak.” Felicia ternyata mendengar suara Raffaele padahal bicaranya sangat lambat.

Wanita paruh baya itu berjalan dengan tongkat kayu penunjuk arah jalannya. Kemudian duduk begitu mencapai kursi sofa tua.

“Kami minta maaf karena sudah merepotkanmu, jika bukan kau merah bagaimana nasib kami sekarang, terima kasih atas bantuannya tadi. Nak Raffaele.”

“Sudahlah ibu tidak perlu sungkan…” balas Raffaele.

Pandangannya beralih pada gadis cantik berkulit kuning langsat dan stelan berhijab yang muncul dengan nampan dan meletakkannya di meja. “Silakan kak Raff, di rumah hanya ada cemilan kecil ini. Dan, tentang tadi, aku punya sedikit tabungan dan akan membayar angsurannya.”

Mendengar itu Raffaele tersenyum sungkan. “Tak perlu, simpan saja uangnya. Anggap saja kita adalah keluarga. Melihat ibu kamu, aku jadi ingat diriku yang tak punya ibu.” ekpresi Raffaele berubah sendu.

Anne tak berani bertanya ia daripada membuat pria itu semakin sedih. Dia melihat wajah ibunya yang teduh dan masih ingat bagaimana dirinya selama ini hidup dan tinggal berdua.

“Oh ya, Anne. Kamu tak penasaran dengan ibuku?” ujar Raffaele memecah keheningan.

Anne merasa lidahnya kelu.

Raffaelle menyesap minumannya sedikit, lalu berbicara. “Sejak kecil aku hanya tinggal dengan ayah, aku di didik keras agar menjadi yang dia inginkan.”

Anne manggut-manggut, “Mungkin beliau tak ingin kamu di tindas orang lain.”

“Tapi aku lebih berpikir kalau ayahku itu orang yang egois, jika bukan ulahnya, ibuku takkan sakit-sakitan hingga dia meninggal, bahkan adik perempuanku yang masih bayi juga harus menyusul ibuku pergi.”

Anne terdiam saat mendengar kisah pendek masa lalu Raffaele yang kelam.

“Kami turut berduka.” Felicia saat itu langsung berdiri mendekati Raffaele dan memeluknya. “Sering-seringlah datang kemari, anggap Anne adikmu, dan aku ini ibumu.”

Wanita paruh baya itu menepuk-nepuk punggung Raffaele secara berulang.

“Terima kasih Bu.”

Mereka mengobrol tanpa tahu waktu. Bahkan Raffaele sampai membantunya memasak makan malam dan makan bersama saat hari sudah mulai gelap.

Hingga cahaya bulan muncul barulah Raffaele pamit pulang dan Anne mengantarkannya sampai ke pintu. Felicia juga menyusul dan berbicara.

“Sering-seringlah kemari dan mencicipi masakan Anne.”

"Ibu..." Wajah Anne langsung bersemu merah menahan malu.

"Loh, kenapa? Lagipula ibu lihat Raffaele juga menikmati masakanmu."

"Tapi kenapa ibu..."

Raffaelle langsung memotong ucapan Anne. "Ibu benar, mungkin kedepannya aku akan datang lebih sering lagi untuk makan. Kau tidak keberatan kan?"

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Bayang Cinta sang Tuan    Kenapa kak Nicho bisa disini?

    "Kak Nicho? Kenapa kamu bisa—” ucapannya terputus saat pria itu melemparkan sebuah syal rajut pada wanita yang pakaiannya compang-camping dan bahkan tanpa hijab yang menutupi kepalanya.“Diamlah, segera pakai itu. Kamu rela auratmu dilihat orang lain?” Anne tak menepis kata-kata pria itu dan melakukan apa yang di katakannya, hingga rambutnya kini tak terlihat lagi. “Makasih banyak, kalau bukan kamu aku nggak tahu gimana nasibku nanti.”“Ini hanya suruhan mama, jadi kamu jangan berpikir yang nggak-nggak. Lagian kamu nggak usah banyak omong deh, aku juga nggak bakalan tersanjung dengan kata-katamu.”“Aku berterima kasih serius, bukan untuk memuji atau menyanjung orang lain. Tapi, aku heran kenapa kamu bisa sampai kesini? Padahal tempatnya kan terpencil.” “Apa itu penting? Cukup diam saja di kursimu jangan banyak omong!”Menerima bentakan itu Anne mendengus.“Sombong sekali! Kamu kira aku bicara padamu karena punya maksud lain? Jelas nggak lah ya. Aku ini udah punya suami…” “Suami man

  • Bayang Cinta sang Tuan    Aku harus tau dimana mereka

    Pukul 06.00 pagi, silau matahari membuat Anne mengernyit dan membuka mata dengan paksa, namun ruangan yang ditempeli banyak poster atletik dan binaragawan membuatnya heran. “Aku,,, dimana?”Melihat kondisi tangan dan kakinya yang sedang terikat di atas tempat tidur, Anne terus meronta mencoba melepaskan ikatan itu, namun kagaduhan yang dia sebabkan membuat seseorang membuka pintu dan muncul dengan tawa seringai. ‘Raffaelle? Bukannya dia…’ Sayangnya, dia tak bisa m3mak1 atau bahkan memarahi pria itu karena saat ini mulutnya masih disumpal dengan selotip hitam tebal. Pria itu berjalan mendekat, membuat jantung Anne berdetak keras sekaligus panik bercampur trauma. Apalagi tanpa diduga dia menarik paksa penutup mulut Anne hingga meninggalkan rasa sakit.“Apa-apaan kamu?” Anne akhirnya bisa menegur pria itu dengan sesuka hati meski posisinya belum bisa bergeser dari sana. "Memangnya kamu bisa apa? Sendirian di kamar usang, apa kamu masih berani melawan? Suamimu bahkan juga nggak peduli

  • Bayang Cinta sang Tuan    Anne tak sadarkan diri

    Uhukk! Uhukk! Kekagetan itu membuat Anne tak bisa menahan untuk langsung bertanya. “Bibi, bukannya tadi cuma–” Wanita itu terkekeh. “Anne, apa kamu merasa Mardian kurang tampan dan berjiwa dingin?"Melihat Anne menggeleng sungkan, Audiya kembali bicara. "Kalau aku masih muda pasti akan langsung memilih Mardian. Kamu mungkin nggak tahu kalau sebenarnya putraku itu sangat berkualitas untuk wanita sepertimu.”Anne meringis, lalu melihat sekilas pada pria yang sedang dipromosikan padanya dan mendengar Audiya menyambung kata-katanya. “Mardian punya dua adik laki-laki yang sedang bekerja di luar negeri, satu-satunya orang yang menemaniku di rumah hanya dia.”Merasa sedang dibicarakan, Mardian ikut bergabung dengan ibu dan Anne untuk menyela pembicaraan mereka. “Kalian membicarakanku? Pantas aja kuping ku panas.” Dia lalu melihat pada Anne dan mulai mengutarakan sesuatu. “Oh ya, aku lupa kasih tahu sesuatu. Setelah acara ini mungkin kita akan jarang bertemu, apalagi aktivitasku diluar cuku

  • Bayang Cinta sang Tuan    Yakin?

    “What? Kamu serius Ann?” Nadine memekik keras saking dirinya kaget.“Suaramu jangan terlalu keras, aku nggak mau mereka dengar dan malah banyak tanya.”Nadine langsung mengatup rapat bibirnya, lalu melihat telunjuk yang mengarah pada bocah kembar yang bermulut bijak itu, kemudian dia berbicara dengan suara pelan. “Lalu responmu apa?”“Mana mungkin aku mau…”“Kenapa kamu menolaknya?” “Hei, kamu masih waras kan? Aku nggak mau jadi perusak rumah tangga orang yang sudah punya anak dan istri. Lagian, soal pernikahan harus di dasari dengan perasaan kan? Sedangkan aku nggak punya rasa apapun lagi sama Nicho.” Nadine menarik nafas dalam-dalam, "Nyonya Kyra sebenarnya orang baik.”"Yah, tapi bukan berarti aku tolak permintaannya mentah-mentah. Aku kasih alasan yang masuk akal dan bilang kalau aku udah punya tunangan dan akan menikah dalam waktu dekat ini.” Ckckck… “Alasanmu luar biasa. Kamu ini single parents Ann, siapa yang percaya dengan kata-katamu barusan? Kamu kira bisa bebas begitu sa

  • Bayang Cinta sang Tuan    Balik lagi ke Nicho gih!

    Teka-teki lagi? di ruangan itu semua orang dibuat penasaran. Pasalnya, Kyra pasti akan mengajukan hal yang aneh-aneh setiap dia ulang tahun. Tapi Anne tampak tenang dan melanjutkan makannya tanpa berpikir hal lain. “Apaan sih ma? Jangan bikin kami penasaran dong!” desak Nicho yang tak ingin penasaran lebih lama lagi.Kyra melirik semua orang di meja makan secara bergantian, lalu mendehem ketika memulai bicara. “Nicho, kamu pasti tahu sekarang mama nggak muda kayak dulu lagi kan? Siapa tahu aja di umur 56 tahun ini mama tiba-tiba pergi untuk selamanya.”Sontak Damian memukul meja. “Apa yang sedang kamu katakan? Kita ini jelas seumur, jangan bikin orang ketakutan. Lagian kita juga nggak tahu kapan ajal kita.” Mendengar teguran suaminya Kyra tersenyum datar. “Memang benar, tapi bukankah di umur segini kita mesti banyak-banyak beramal kan?” Pandangannya beralih pada Anne yang masih terbengong di depan meja. “Anne, mama akan serahkan villa di kota Barat daya padamu.”“Apa?” Ternyata Jeny

  • Bayang Cinta sang Tuan    Kalian penasaran?

    “Tante…” Seorang anak kecil dengan pita-pita lucu di rambutnya, berlari menggapai Anne di ruangan makan. Itu membuat semua orang bingung, ‘Bagaimana Ketrin bisa kenal dengan wanita itu?’Tapi, berbeda dengan Nicho yang sudah tahu hal itu akan terjadi, dia hanya mengurut alis tanpa berkomentar. Sedangkan Kyra kini menatap cucunya menanyai. “Ketrin, kamu kenal dimana sama tante Anne?”Gadis itu tersenyum dengan polos. “Ini loh Grandma, dia tante yang aku ceritakan itu…” Kyra menutup mulutnya kaget. “Jadi… ya ya ya, Grandma mengerti sekarang, ternyata dunia ini memang sempit ya. Grandma nggak nyangka kalian baru kenal bisa langsung dekat.” Wanita paruh baya itu melirik Jenya yang kelihatan kesal di seberang mereka. Itu membuat Jenya semakin sebal dan berencana mengalihkan itu. “Ketrin, temani mama keluar sebentar buat ambil sesuatu di jok mobil…” Tapi gadis itu malah menggeleng. “Nanti saja ma, aku mau ajakin Tante Anne ke dalam dulu.” Tanpa disetujui, gadis itu menarik tangan Ann

  • Bayang Cinta sang Tuan    Enggak mau berdebat lagi

    Merasa dianggap remeh seorang anak kecil, Nicho berusaha meredam emosinya lalu berjongkok dan menatap bocah itu. “Hei kids, kamu anaknya Anne?”Bocah itu melipat tangannya dengan angkuh. "Untuk apa kamu tanya mommyku?"Nicho tak mungkin merespon kasar pada anak kecil, jika dia marah itu akan lebih dianggap remeh lagi oleh bocah itu. “Jadi dia mommy-mu? Kalau begitu bisa panggil dia sekarang?” Dua alis Nicho yang tebal itu sedikit terangkat.“Mommy sedang mandi, lagipula dia masih lelah setelah sibuk seharian."Nicho tersenyum dingin, dia melirik wanita dewasa yang sejak tadi hanya diam disamping bocah itu.“Joshua? Nadine? kenapa kalian berdiri di pintu?” Gawat! Nadine melebarkan matanya panik dan berencana menutup pintu dengan paksa, namun detik itu Anne malah keluar setelah mengambil hijabnya dan melihat mantan suaminya berdiri kaku di depan pintu. “Apa yang kamu lakukan disini?”“Anne...” di situasi itu, Nicho berusaha menahan diri untuk tetap stabil. “Maaf, kedatanganmu kemari t

  • Bayang Cinta sang Tuan    Darimana saja?

    “Jenya, kamu darimana saja? Kenapa baru datang?” Sapaan Nicho malah disambut dengan dengusan kasar dan bentakan dari istrinya.“Jangan banyak tanya, cepat bantu aku bawa semua barang-barang ini ke kamar!”“Tapi…” Nicho mengeraskan rahangnya berniat memarahi sang istri, jika bukan karena Ketrin yang sangat antusias melihat Jenya datang, mungkin situasinya akan berbeda. Sementara Nicho membiarkan putrinya menikmati momen ibu dan anak bersama Jenya, tapi saat melihat jok belakang mobil dan berencana menuruti sang istri untuk membantunya, mata Nicho membulat. “Jenya, barang sebanyak ini isinya apa saja? Isi kamar masih penuh dengan kotak-kotak belanjaanmu kemarin yang bahkan belum dibuka.”Jenya berbalik sambil berkacak pinggang. “Apa urusannya denganmu? Suka-suka aku mau beli apa, lagipula bukan hanya kamu yang cari uang.” Nicho tak berkomentar lagi, menurutnya Jenya terlalu boros kalau soal uang. Lemari dikamarnya sudah berisi sana sini. Lalu jika semua dus ukuran besar ini dibawa mas

  • Bayang Cinta sang Tuan    Mama akhirnya pulang

    "Ketrin, kemana kamu sebenarnya?” Tak terhitung lagi sudah berapa kali Nicho mengusap kasar wajahnya setelah berputar kesana kemari menyetir mobilnya.Saking tak fokusnya dengan hal lain, Nicho bahkan tak sadar bahwa mobilnya hampir saja menyerempet mobil SUV di didepannya. Jika dia tidak segera mengerem, masalah baru malah akan muncul. Hufft!Hampir saja dia putus asa sampai berniat menelpon polisi, namun saat menyalakan ponsel seseorang menelepon. “Ya ada apa?”Raut mukanya terlihat berharap, setelah mendengar si penelpon berbicara, “Oke, tetap di situ sampai aku datang.” Di zaman ini, ada banyak kasus penculikan anak, terlebih Carla, putri Nicho satu-satunya termasuk kategori anak yang menggemaskan, memikirkan itu cepat-cepat Nicho mengemudi tanpa berpikir.Rasa cemas itu membuat Nicho cepat sampai di depan sebuah mansion berpagar mewah, dan melihat dua asistennya sudah mendatangi rumah itu dan masuk dengan paksa hingga suara pekikan terdengar dari arah ruang tamu. Kegaduhan yang

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status