Share

Kamu serius?

Penulis: Chiavieth
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 06:56:58

"Nicho! Kamu tidak sedang bercanda kan? Pernikahan itu serius!"

Di ruang keluarga Nicho meminta restu pada orang tuanya untuk melamar seorang gadis.

“Keputusanku sudah bulat, Pa. Dari awal aku sudah berniat, setelah resmi dapat jabatan di perusahaan papa, aku akan langsung melamarnya!”

Kedua orang tua Nicho saling pandang, "Memangnya siapa gadis yang kamu maksud itu? Kami bahkan belum pernah melihatmu mengenal seorang wanita selain Sherin..."

"Jika benar dia, jangan harap kami setuju." Lanjut Kyra, sang Mama.

"Pokoknya Mama sama Papa tenang aja, yang jelas bukan wanita itu. Aku sengaja siapin kejutan ini buat kalian dan pasti akan langsung setuju dengan gadis pilihanku itu." Nicho tersenyum dengan penuh percaya diri.

Sedangkan pasangan suami-isteri itu saling mengangkat bahu.

"Belum tentu juga dia mau sama kamu!" Bella adiknya tiba-tiba muncul dan berkomentar, semua mata melihatnya seolah setuju dengan pendapat Bella.

Nicho menggertakkan gigi, "Jangan sok tahu kamu, soal perasaan aku bisa jamin dia akan menyetujuinya."

Sesuai rencana yang sudah terniat,

begitu orang tuanya setuju Nicho akan menyegerakan niatnya untuk mendatangi rumah Anne dan membuat kejutan untuknya.

"Nicho, kamu siap?"

Nicho mengangguk meski rasa takut di tolak itu ada. Namun, sejak pertemuannya dan kecelakaan kecil yang terjadi di kafe Darklight, dia sudah menemukan sinyal yang tak diragukan lagi dari Anne.

Memasuki pagar besi rumah gadis yang akan dia lamar, satu keluarga itu langsung menuju pintu masuk dan mengetuknya. "Permisi..."

Sesaat tak ada respon, Nicho mengetuk untuk yang kedua kalinya sampai seorang wanita paruh baya membukanya.

"Permisi..." Rasyid lebih dulu mengetuk pintu hingga seorang wanita membukanya.

"Maaf Bu, apa Anne ada?”

Wanita paruh baya bertongkat itu mengangguk, "Masuk dan duduklah, tempat ini terlalu kecil jadi tolong maklumi.”

Caranya bicara agak asing, itu membuat kedua orang tua Nicho mengernyit heran. “Kenapa bicaranya dingin sekali, seolah nggak senang dengan kehadiran kita?”

Ssttt! Damian mengode agar tak bersuara keras. Mereka lalu melihat putranya seolah meminta pengertian.

“Kudengar Ibunya Anne tunanetra Ma, makanya nggak menyapa kalian tadi karena yang bicara tadi cuma aku.” Nicho berbisik pelan.

“Tapi–”

Suara gaduh terdengar seperti orang sedang berdebat, wanita bertongkat tadi muncul disusul oleh sosok gadis yang dikaguminya.

"Kak Nicho..."

"Anne..." Satu keluarga yang telah menantinya di kursi sofa langsung berdiri sambil tersenyum.

"I-ini..."

Gadis itu melirik Nicho seakan meminta penjelasan.

"Kenalkan, ini Papa sama Mama aku."

Anne merasa sungkan saat menerima uluran tangan dari mereka yang tampak seperti orang berada. Ini sangat jauh berbeda dari dirinya yang hanya gadis biasa. "Om, Tante mau minum apa? Biar saya bikin--"

"Tidak usah repot-repot, kebetulan tadi dirumah barusan aja minum teh." sahut Kyra, wanita yang berdandanan rapi itu berbasa-basi.

"Benar nggak mau Bu? Kami jadi sungkan kalian sudah jauh-jauh datang kemari." Felicia ikut berkomentar saat tahu akan kehadiran mereka.

Mereka tergelak. "Sungguh Bu, lagipula kedatangan kami kemari hanya untuk--"

Kyra sengaja melirik Anne sambil tersenyum. "Kamu yang dimaksud anak saya?"

Anne melihat ibunya dengan bingung, sementara Felicia tampak datar saja tanpa ekspresi. Ini cukup menjadi pertanyaan Anne dengan reaksi ibunya.

"Maaf om, tante. Ini sebenarnya saya punya salah ya?"

Lagi-lagi mereka tergelak melihat gadis yang tanpa tahu tujuan kedatangan mereka. "Anu, sebenarnya begini..."

Anne dan Felicia menyimak obrolan tamunya sambil berkedip.

Meski Nicho berhadapan dengan calon mertuanya, dia tanpa basa-basi menyebutkan tujuannya. Tapi, dilihat dari reaksinya, ibunya Anne tampaknya agak keberatan.

"Pak, Bu kenapa harus anak saya? Di luar sana banyak gadis yang jauh lebih baik dari Anne.” perkataan Felicia seperti berujung.

Meski mudah bagi Nicho untuk menjawabnya, tapi lidahnya kelu. Dia melihat pada orang tuanya seolah meminta bantuan.

"Kami minta maaf tentang ini, tapi Nicho bilang dia sudah bernazar ingin menjadikan anak ibu sebagai istrinya.”

Nicho menyimpan wajahnya malu saat orang tuanya memperjelas semuanya dengan gamblang.

Sementara Anne melirik pria yang akan mempersuntingnya sambil berpikir. 'Aku tau ini bukan ide bagus, tapi jika aku segera menikah, keh4m1lanku tidak akan dicurigai. Mereka sudah pasti menganggap bayi dalam rahimku sebagai dar4h daging Nicho.’

Tiba-tiba pipi Anne merona merah, ditambah lagi calon mertuanya kelihatan ramah dan menyukai dirinya.

"Gimana nak, kamu mau menikah dengan Nicho? Kami lihat, kalian cukup serasi. Benar kan Pa?" Kyra, calon mertuanya meminta pendapat suaminya yang langsung setuju.

"Ya, kami yakin dengan begini Nicho akan mandiri di kemudian hari."

"Ehemm!" Felicia tiba-tiba berdehem dengan wibawanya, dan mengalihkan perhatian mereka. “Maaf Pak, Ibu saya ingin menyela sedikit. Tapi, sepertinya tentang ini kami harus berdiskusi dulu. Jadi mohon berikan kami waktu setidaknya tiga hari, lagipula keadaan saya juga begini. Jika harus berpisah, rasanya agak berat.”

Nyali satu keluarga itu mendadak ciut, Nicho sendiri tahu itu salahnya yang tidak memberitahu ini dari awal. Namun, dia tetap memahami keterkejutan Anne dan ibunya dengan kedatangan mereka yang terlalu mendadak.

"Emm, baiklah mungkin itu saja tujuan kami kemari. Kami juga masih harus pergi ke suatu tempat. Kalau begitu kami permisi dulu Bu, tiga hari lagi kami akan kembali sesuai permintaan ibu."

Begitu satu keluarga tamunya itu pergi, Anne yang masih memperhatikan punggung-punggung tamunya yang perlahan menghilang tiba-tiba menerima tatapan sengit dari ibunya.

“I-bu…”

“Diakah pria yang melakukannya padamu?"

"Bu-bukan Bu. Dia pria baik, kami sudah kenal lama dan berteman semasa kuliah..."

"Benarkah?” Raut wajahnya masih mencurigai Anne, “Jika begitu siapa yang melakukannya?!”

Anne terperanjat saat ibunya tiba-tiba membentak sambil memukul meja. Bibirnya bergetar, tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya.

"Kamu mencintai pria tadi?" Ibunya bertanya lagi setelah diam beberapa saat.

"I-itu, aku memang menyukainya Bu, tapi bukan dia pria yang mengambil masa depanku.” Anne berkata lirih, dia tak bisa menahan air matanya yang sudah terbendung dipelupuk mata.

Namun, tidak disangka Felicia akan menangis dengan keras dan langsung memeluknya. "Asal kamu tau, ibu sangat tak ingin kehilanganmu nak. Kenapa kamu malah mengalami hal berat ini sendirian?”

“Ibu…” Mata Anne ikut sembab melihat wajah terpukul ibunya. Dia balas memeluk wanita yang melahirkannya itu dan menangis bersama.

"Anne..." Setelah beberapa saat akhirnya Felicia mengeringkan sisa air matanya. “Sekarang dengarkan ibu baik-baik, kalau memang kamu mencintainya, maka menikahlah. Lagipula keadaanmu sudah begini, namun kamu harus tetap bisa jaga diri dan merahasiakan aibmu agar tak berefek buruk kedepannya.”

“Tapi bagaimana…”

Saat Anne mencoba bicara, Felicia menaruh jarinya di bibir Anne. “Jadilah istri yang baik, layani suamimu, hargai orangtuanya seperti kamu hargai ibu…” ucapannya terputus tatkala menahan tangis yang masih belum lepas. Tapi, sebagai orang tua dia berusaha menutupi itu. “Jangan pikirkan ibu, bukankah ibu sudah terbiasa sendirian dirumah? Kamu selalu pergi bekerja, sedangkan ibu selalu jaga rumah tiap hari kan?”

Anne masih diam menunduk, merasa dirinya sangat egois. "Maafkan aku Bu."

"Tapi, tidakkah kamu merasa Raffaelle menjauhi kita?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bayang Cinta sang Tuan    End

    “Jessi, apa yang kamu lakukan?”Joshua segera berlari menghampirinya.Tetapi saat berusaha meraih pisau itu dari Jessica, tiba-tiba gadis itu menjerit keras dan menjatuhkan pisaunya. “Argh!”Melihat Jessica berjongkok, Nadine bahkan Raffaele mendatanginya untuk menenangkan. Tetapi Jessica kian mengamuk. “Lepaskan aku! Kenapa kalian menghalangiku?” Nadine gelagapan melihat Jessica terus meronta."Tante, kenapa kamu bodoh sekali? mau-maunya diajak menikah sama psikopat itu!” PLAK!Jessica meringis memegangi pipinya setelah jarinya menunjuk tajam ke Raffaele. Tetapi itu membuatnya semakin kesetanan. "Dasar psikopat, psikopat bucin!"BUGH!Tidak terima dikatakan itu Raffaele bahkan meninjunya dan bersarang di bibir Jessica hingga darah segar mengalir di sudut bibirnya. Jessica terisak pelan, lalu pandangannya terlihat mengabur dan terjatuh ke lantai. Jessica pingsan!“Apa yang kamu lakukan padanya?”*"Gimana?"Nadine mendatangi dokter Ryan dan berharap mendapat kabar baik. “Enggak ter

  • Bayang Cinta sang Tuan    Twist

    Jessica baru saja mau pergi mencari Tante sekaligus ibu angkatnya, tetapi ternyata sosok yang ingin dia temui kini malah mendatanginya lebih dulu.Tidak seperti biasanya, Nadine yang sedari dulu selalu perhatian padanya, kali ini datang dengan dingin. Dia langsung menggenggam tangan Jessica. "Jessi, bisa bantu aku?”Jessica menatap Nadine penasaran, membiarkan ibu angkatnya itu membisiki sesuatu. Tetapi dia enggan mengatakan bahwa dia sama sekali tak pernah disentuh oleh Raffaele. Lagipula, anak itu juga tak perlu tahu urusan mereka.Memikirkan ini sikap Raffaele padanya, tiba-tiba Nadine membuka mulut."Kurasa ini akan berakhir."Jessica tertegun dan mengernyit, "Ada apa tan?""Aku lelah, aku mau cerai aja ...""Apa?” Nadine ingat dengan kendala Jessica saat ini. Jadi dia terpaksa mengulang perkataannya dengan suara keras.Sebelum Nadine selesai bicara, Raffaele muncul dan langsung menampar wajahnya dengan keras.Pria itu merasa citranya sebagai seorang suami telah sirna, dia menunj

  • Bayang Cinta sang Tuan    Dia tidak mencintaiku

    Sebelum pergi, Nadine kembali menatap Raffaele dan akhirnya menanyakan hal yang tidak bisa dia pendam dalam hatinya, "Raff, kamu masih mencintai Anne?"Raffaelle merasa tingkah Nadine sangat aneh. Memangnya hanya karena menikahinya, wanita itu bisa langsung dipanggil Istri Raffaele?Akhirnya Raffaele menjawab dengan kesal, "Ini masih jam kantor, apa pekerjaanmu sudah selesai? Bukannya agensimu masih sibuk?”Pria lain biasanya akan melarang istrinya bekerja dan bahkan menyuruh mereka melepaskan pekerjaannya, tetapi Raffaele malah menyarankan dia terus sibuk. Nadine akhirnya kembali pulang, Sesampainya di rumah, Nadine melihat Jessica duduk merenung sendirian di ruang tamu. Ketika Nadine menghampirinya, ponsel di samping kasurnya tiba-tiba berdering.Dia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Nadine mengangkatnya dan mendengar suara manis seorang wanita. "Halo? Nana?”Suara ini… Nadine merasa mengenalnya. Dia menjauh meninggalkan Jessica sendirian. Membiarkan gadis itu keheranan

  • Bayang Cinta sang Tuan    Masalah belum tuntas

    "Kukira siapa datang malam-malam begini. Ada urusan apa, Nyonya Jenya?"Roy tercengang melihat penampilan Jenya saat ini. Dia merasa wanita itu sudah banyak berubah dan menjadi agak konservatif (kolot dan apa adanya)Entah kenapa, Roy tiba-tiba jadi ingin tahu apa yang terjadi padanya belakangan ini."Sebenarnya aku mau cerita sesuatu, tapi kamu mau dengar nggak?” sorot mata Jenya terlihat cemas dan merasa bersalah.Roy memicingkan matanya, seolah ingin menerawang Jenya. Namun, tatapan panas itu membuat telapak tangan Jenya berkeringat. Tetapi dia memaksakan diri untuk tetap tenang. "Nyonya Jenya, kamu mau cerita sambil berdiri di luar?"Jenya tiba-tiba melangkah maju, mendorong Roy masuk ke dalam menutup pintu dengan tangannya yang lain.Udara di dalam ruangan seketika terasa lebih tipis. Sebelum Jenya sempat bicara, Roy menganggapnya lain dan membungkam bibir merahnya dengan ciuman. “Hei, bukan ini yang aku maksud!” Jenya mengepalkan tinjunya, mendorong pria itu dengan kuat. Roy

  • Bayang Cinta sang Tuan    Depresi

    Seharusnya malam ini Ryan pulang ke rumahnya, tetapi dia masih punya tanggung jawab menjaga gadis yang dia selamatkan sampai dijemput oleh pihak keluarganya. Saat Ryan memilih mengerjakan tugas laporannya di ruang teras, suara pecahan kaca mengejutkannya dan penghuni penthouse itu. “Siapa sih yang mecahin kaca?”Pria itu melihat seorang ART nya keluar dengan tergesa untuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan di atas tanah samping teras. “Ada apa bi?”Sang ART mendongak. “Enggak tau pak, mungkin dari kamar atas. Saya langsung kesini pas dengar sesuatu yang jatuh.”Ryan menatap ke tingkat atas, “Disitu kamar yang dipakai Jessica kan?” Merasa ada sesuatu yang tidak beres, gegas Ryan berlari ke lantai atas dengan perasaan tidak tenang. Tatapannya langsung mengarah ke pintu kamar ketika tiba disana. Karena dikunci dari dalam, Ryan panik dan mulai mendobrak pintu kamar. “Jessi, apa yang kamu lakukan?” Pintu berhasil terbuka dan Ryan melihat tirai-tirai jendela yang bergerak terkena

  • Bayang Cinta sang Tuan    Masa depan hancur

    "Jessi masih nggak bisa dihubungi?” Joshua menggeleng lemas ketika di tanyain Nadine. Pasalnya, mereka sudah mencari informasi terkait menghilangnya Jessica dan baru tiba di rumah. Nadine menghela nafas, lalu duduk di sofa mengeluhkan ini. Sementara Joshua mondar-mondir, sambil terus mencoba menelpon. “Teleponnya juga nggak aktif-aktif, biasanya dia langsung jawab kalau di telepon.”“Ya tuhan, semoga aja dia nggak apa-apa. Lagian, gadis seumuran itu seharusnya udah bisa jaga diri.” Meski Nadine mengatakan itu, tapi hatinya terus dilanda kecemasan. “Jessica bukan anak nakal, nggak mungkin keluyuran berhari-hari di tempat orang.” Joshua berbicara dengan suara kecil, "Bukan itu yang Tante cemaskan, tapi baru-baru ini ada rumor tentang kasus pembunuhan berantai yang membunuh gadis-gadis muda.”Pikiran Joshua semakin kusut, ia semakin kehabisan akal dan depresi. Namun dia tidak membiarkan hal itu terjadi. “Aku harus cari Jessica. Semoga kali ini dia bisa ditemukan.” Joshua bangkit dari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status