Bab 10
Angin dingin masuk melalui jendela kamar Michelle yang terbuka.
Handphonenya berbunyi mengganggu tidur nyenyaknya. Setengah tidak sadar, Michelle meraba mencari dan meraih handphonenya tanpa membuka matanya. Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya sambil menguap. Baru jam 5! gerutunya dalam hati lalu melihat handphonenya. Ternyata Jason!Michelle menguap lagi lalu mematikan handphonenya.
“Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?“ gumam Rudi sambil memeluk Michelle . “Jason,“ jawabnya sambil menguap lebar.“Aku harus cepat-cepat membantunya mencari baby sister agar ia tidak menggangguku lagi, inikan baru jam 5 pagi, gila!“ kata Michelle sambil merapatkan selimutnya dan mencari posisi yang enak dalam pelukan Rudi dan meneruskan tidurnya lagi.
“Sial! Kenapa hpnya dimatikan sih!?“ kata Jason dengan kesal pada dirinya sendiri. Jojo baik-baik saja. Hanya saja, dialah yang justru kesulitan untuk beristirahat. Ia tidak bisa melepaskan bayang-bayang Michelle dari pikirannya. Apa yang sedang dilakukan Michelle dan tunangannya? Jason bukan anak kecil lagi dan dia tahu apa yang akan dilakukan 2 orang dewasa yang saling mencintai terlebih lagi, dia bukan hanya pacar Michelle tapi dia adalah tunangan Michelle, calon suami Michelle! desah Jason sambil menggeram putus asa. Michelle adalah miliknya bukan milikku, gumam Jason membuang angan-angan pada dirinya sendiri. Tapi tetap saja bayangan Michelle berada di pelukan laki-laki lain, membuatnya gila! Jason menyesali diri, mengapa dulu, ia tidak pernah mencoba untuk mendekati Michelle pada saat mereka kuliah. Mengapa dia sudah bisa puas dengan memandangi Michelle dari kejauhan. Tapi mengetahui kenyataan dia benar-benar kehilangan Michelle, Jason benar-benar tidak sanggup untuk memikirkannya! Hatinya sakit bila mengingat hal itu! Kepalanya berdenyut-denyut saat memikirkan Michelle telah memilih pria lain! Mengapa Michelle begitu menarik hatinya? Jason mengerang putus asa. Michelle memiliki pesona yang luar biasa. Dia cantik, sungguh sangat cantik dan kecantikannya itu berbeda dengan semua gadis yang dikenalnya. Bisa dibilang dia memiliki kecantikan yang memikat. Jason tidak pernah bosan memandang dan berbincang dengan Michelle. Aku, Jason Casanove telah jatuh cinta kepada wanita yang salah! desah Jason. Ia merasa begitu tertekan! Michelle sudah bertunangan. Dan ia merasa, Michelle begitu mencintai tunangannya dan bukan dia. Jason menghela napas panjang berulang kali. Michelle adalah miliknya …, miliknya…, milikku …, gumamnya lagi. Michelle adalah milikku..., milikku… .Jason baru bisa tertidur ketika mengingat Michelle adalah miliknya.
Jason kecewa melihat Michelle datang kerumahnya bersama Rudi. Ia senang, saat Michelle meneleponnya dan berkata akan datang kerumahnya untuk menengok Jojo.
Ia langsung bergegas menelepon managernya untuk membatalkan semua kegiatan dan bersiap-siap menyambut kedatangan Michelle. Jason berusaha menjadi tuan rumah yang baik namun tetap saja aura kekecewaan terpancar jelas di wajahnya. Rudi menangkap kekecewaan yang terpancar jelas di wajah Jason begitu melihatnya masuk ke dalam rumahnya. Ia merasa berada di atas angin membayangkan perasaan Jason saat ini. Ia tersenyum dan mengecup lembut belahan rambut Michelle memberi peringatan kepada Jason bahwa Michelle adalah miliknya! Tangan Jason mengepal dan berusaha menahan emosinya. “Ini Jojo! Ganteng yah?“ kata Michelle dengan bangga menunjukkan Jojo kepada Rudi. Rudi mengangguk sambil mengusap kepala Jojo. Jason tidak senang melihat pemandangan didepannya. Mereka seperti sebuah keluarga harmonis! Dan Jason merasa tidak senang. “Halo jagoan, kita mandi yuk!“ ajak Michelle dengan gembira. Jojo terlihat senang melihat kehadiran Michelle. Sebelum sempat Jason menawarkan bantuan, Rudi sudah menduluinya.“Aku akan membantumu,“ katanya seraya melirik ke arah Jason.
“Terima kasih,“ kata Michelle tersenyum sangat manis kearah Rudi. Jason tambah tidak menyukai Rudi. “Yah, anggap saja rumah sendiri,“ sindir Jason kepada Rudi. Rudi tersenyum penuh kemenangan. “Sial!“ umpat Jason. “Jadi, kau seorang model?“ kata Rudi membuka pembicaraan. “Begitulah,“ sahut Jason dengan malas menanggapi. “Pasti repot bagimu untuk mengurus anakmu sendirian.“ “Belum bisa dipastikan, dia adalah anakku,“ kata Jason dengan tajam. Jason sudah memulai proses DNA untuk menguatkan perkataannya tetapi rupanya prosesnya begitu lama, tidak secepat yang Jason inginkan. Ia menahan diri untuk tidak memperkeruh keadaan. Ia menghela napas lagi. Rudi tertawa menyindir.“Kau tahu, matanya mirip sekali denganmu!“ kata Rudi sambil tersenyum mengejek.
“Apa kau berniat mencari keributan?!“ sahut Jason dengan kesal. Emosinya terpancing. Rudi menanggapi kemarahan Jason dengan senyuman puas. “Kalian kenapa sih? Kok tegang begitu?! Sayang…?“ tanya Michelle tidak mengerti saat melihat Rudi dan Jason.“Jason hari ini, aku mau mengajakmu ke Yayasan Santa Anna untuk mencari seorang pengasuh untuk Jojo.”
Michelle mengusapkan minyak kayu putih pada dada, punggung dan kepala Jojo.
“Ada kau,“ ucap Jason dengan frustrasi. “Hei, hei…! Sebenarnya sih, aku bersedia saja membantumu tapi aku juga punya kehidupan, karir, terlebih lagi, aku tidak mau melewatkan kebersamaanku bersama Rudi. Kau tahu, dia hanya menyisakan 3 minggu untuk bisa menghabiskan waktu denganku!“ kata Michelle sambil merengut manja dan memandang Rudi. Rudi mengecup jemari Michelle. Jason merasa ingin melompat dari tempatnya berdiri dan menghajar Rudi agar menjauh dari Michelle. Michelle bingung melihat sikap Rudi dan Jason. Rudi begitu berlebihan menunjukkan kemesraan mereka di depan orang lain dan Jason seperti orang yang emosional ketika memandangi Rudi. Michelle tidak mau ambil pusing dengan sikap aneh mereka berdua. Mereka seperti anak kecil! katanya dalam hati sambil geleng-geleng kepala. “Aku merasa tidak nyaman kalau ada orang asing tinggal di rumahku.“Jason menghela napas.
Rudi tidak percaya, Jason mengatakan hal itu! “Kalau kau tidak melakukannya, kurasa hal ini akan merugikan kita berdua, Jason. Kau tahu itu! Aku punya kesibukan dan kau juga. Aku tidak bisa selalu ada ketika Jojo membutuhkan aku, sementara aku juga tidak bisa tinggal diam. Aku khawatir dengan keadaan Jojo, aku takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan Jojo tanpa bantuan dan pengawasan tenaga ahli. Maka akan sangat membantu jika kau mempekerjakan pengasuh bayi untuk membantu merawat anakmu paling tidak, sampai kau menemukan Tina atau wanita yang akan mendampingimu nantinya.“ Aku mau kau yang mendampingiku, menjadi istriku, Michelle! Bukan wanita lain! Jason berteriak dalam hatinya. Michelle seolah bisa merasakan kegundahan Jason. Dahinya mengerut, menepis prasangka yang ia tangkap dari sikap Jason. Jason mengalah dan akhirnya ikut menemui Suster Kepala untuk membicarakan kepentingan mereka. Mereka rupanya belum beruntung. Baby sister yang diharapkan membantu Jason, rupanya sedang kosong. Dalam hati, Jason merasa lega. Rudi memasang muka masam. Michelle mencoba mengingatkan Suster kepala agar segera menghubunginya begitu tenaga ahli sudah tersedia, mereka sanggup memberikan bayaran yang lebih dari tarif biasanya. Michelle menemani Jojo sampai tertidur. Ia merasa beruntung, Jojo bukanlah bayi yang suka merajuk. Ia begitu tenang dan menggemaskan. Setelah Jojo bermain sebentar dan diberi susu, sekarang Jojo sudah terlelap. Michelle berhati-hati beranjak dari tempat tidur Jason. Baru kali ini, Michelle mengamati kamar Jason. Hatinya berdebar keras karena memasuki kamar pribadi seorang pria yang nyaris tidak dikenalnya. Kalau bukan karena Jojo, ia pasti enggan masuk ke dalam kamar Jason! Kamar Jason begitu mengambarkan kepribadian Jason yang hangat dan yang pasti romantis. Ia juga melihat lilin aroma terapi tergeletak di meja riasnya. Pasti ia pakai itu untuk merayu teman kencannya dan Michelle percaya, meskipun Jason tidak merayu teman kencannya, mereka dengan senang hati menemani Jason. Michelle tersenyum sendiri. Dia tidak menyangka sekarang bisa mengenal Jason dengan baik. Entah kenapa kenyataan itu membuat ia merasa gugup mengingat ia sudah bertunangan dan ia yakin, ia sangat mencintai Rudi, tunangannya. Tapi berada bersama Jason memberikan keindahan sendiri baginya, sudah lama ia tidak pernah berbincang begitu lepas dengan lawan jenisnya selain Rudi dan karena memang, selama ini hatinya tidak pernah tergerak untuk menjalin hubungan dengan pria lain selain Rudi. Semua ini karena Jojo! Ia sayang dengan Jojo. Mungkin hal inilah yang menyatukan komunikasi diantara mereka berdua. Michelle cepat-cepat beranjak keluar dari kamar Jason. Rudi merasa tidak nyaman melihat tunangannya keluar masuk ke dalam kamar laki-laki lain, yang jelas-jelas sangat menyukainya. Ia merasa harus membahas hal ini dengan lebih serius dengan Michelle, tekadnya dalam hati. Ia lega begitu melihat Michelle keluar dari kamar Jason tanpa Jojo. “Jojo sudah tidur,“ katanya memberitahu Jason. “Sayang, sebaiknya kita pulang sekarang,“ kata Rudi, berbisik mesra di telinga Michelle. Michelle mengangguk setuju. Jason mendengus kesal. “Kau tidak apa-apa Jason?“ tanya Michelle merasa aneh dengan sikap Jason yang terlihat uring-uringan. “Yah, aku tidak apa-apa. Hanya saja aku merasa lebih tenang jika kau ada di sini bersamaku.“ Rudi tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia meninju rahang Jason dengan kesal. Michelle segera melerai melerai Rudi dari Jason dan berdiri di tengah-tengah mereka. Dia tidak pernah melihat Rudi bersikap begitu kasar, itu sangat tidak sesuai dengan kepribadiannya! Dan kini dia melihat Rudi dan Jason berusaha untuk mencari peluang saling menyakiti.“Yah, Tuhan! Tolong hentikan, kalian berdua!“
Michelle berteriak dengan marah. Tubuhnya gemetaran menahan emosi.
“Maaf Jason, sebaiknya kami segera pulang. Kau akan segera belajar menjadi seorang ayah dan aku yakin kau pasti bisa menjadi ayah yang baik bagi Jojo. Apalagi Jojo adalah bayi yang tidak rewel, “ kata Michelle dengan cepat dan berpamitan. Ia menarik tangan Rudi untuk ikut pulang bersamanya.Terima kasih kepada para pembaca yang sudah membaca sampai tamat karya saya 'Bayi Dadakan', semoga kalian suka yah. Ciri khas novel saya emang nggak panjang-panjang babnya karena itu silahkan baca semua novel saya yang di GoodNovel yah. Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada editor in house saya, kak Mutiara dan juga kepala editor GoodNovel. Tanpa kalian saya tidak bisa merilis tulisan-tulisan saya. Sebagai penulis baru awalnya saya kurang percaya diri mengekspos tulisan saya, karena semua karya yang saya buat itu dengan satu tujuan yaitu menyenangkan hati saya ketika membaca ulang tulisan saya. Saya juga suka membaca kisah romantis, untuk itulah saya menulis kisah yang sesuai dengan apa yang saya inginkan. Salah satu cirinya tidak panjang bab. Di aplikasi lain hal ini mungkin akan menghambat tapi saya bersyukur bisa menemukan GoodNovel sebagai salah satu platform
Bab 33 Michelle menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Tubuhnya menggigil. Ia sudah menyiapkan ember di sebelah tempat tidurnya karena ia tidak tahan harus bolak-balik ke kamar mandi walaupun jaraknya tidak sampai 10 meter. Ia merasa terlalu lelah dan tertidur dengan pulas. Ia bangun tanpa merasa lebih baik tapi ia lega rasa mualnya belum datang lagi tapi keningnya langsung berkerut ketika rasa leganya langsung berganti dengan rutinitas mualnya. Uek! Michelle memejamkan matanya setelah memompa isi perutnya yang kosong. Ia mulai sadar, sedari pagi ia belum mengisi perutnya karena ia tidak berselera untuk memakan apapun selama kehamilannya. Ia terus-menerus merasa mual dan lebih suka memilih tidur. Hanya sedikit cairan yang keluar dari mulutnya dan jika ia berhasil memasukkan sedikit makanan ke dalam perutnya maka lima menit kemu
Bab 32 Sejak saat itu, berita tentang hubungan mesra Jason dengan gadis-gadis lainnya ter-ekspos jelas di media. Siang dengan satu gadis, malam sudah pergi dengan gadis yang berbeda dan ia tidak segan-segan memberikan sajian menarik bagi juru foto yang selalu menguntitnya. Michelle menghela napas. “Aku harus melupakannya!“ kata Michelle pada dirinya sendiri. Ia merasa dirinya bergetar hebat sampai-sampai ia harus memegang meja kerjanya. Ia begitu marah melihat Jason mencium gadis lain tapi dia tidak berhak karena Jason bukan miliknya. Dia telah memilih dan ia harus menanggung akibatnya! Michelle yakin Jason melakukan itu untuk menyiksanya dan sayangnya, ia berhasil! Sial! umpatnya kesal. Ia merobek-robek tabloid yang dibacanya dan melemparkannya ke tempat sampah. Michelle mengontrol pekerjaan para pekerjanya yang sedang mendesain ruangan resepsi untuk Dino d
Bab 31 “Sayang, kau disini!“ ucap Michelle tidak percaya dengan pandangannya. Saat ini Rudi sudah berdiri dihadapannya dengan wajah yang berseri-seri. Rudi sedikit bingung melihat sikap Michelle yang begitu terkejut hingga tidak menyambutnya dengan pelukan. Dengan santai Rudi mencoba menepis perasaannya dan melangkah mendekati tunangannya itu lalu ia mengecup bibir Michelle dengan lembut. “Yah, aku disini dan aku rindu padamu.“ bisik Rudi. “Apakah kau merindukan aku?“ tanya Rudi sambil mengecup bagian belakang telinga Michelle. Michelle menghindar halus. “Kau belum menjawab pertanyaanku.“ “Aku tidak bisa tenang melanjutkan kuliahku di sana. Aku begitu merindukanmu sampai sakit rasa
Bab 30 Jason tidak menghentikan menyiksa Michelle dengan ciumannya dengan belaiannya. Michelle mengerang putus asa saat Jason belum menjawab rasa laparnya malahan ia terus menciumi bagian perutnya ke bawah dan ke bawah sampai melumat bagian terintimnya. Mata Michelle terbelalak merasakan sensasi yang tengah melandanya tapi Michelle menyukainya. Ia memejamkan matanya. Ia hampir gila dibuai oleh lidah dan bibir Jason. Ia tidak tahu cara Jason melakukannya tapi tubuhnya lemas dan merasa puas karena sentuhan Jason. Ia mengerang lagi dan bergerak cepat sambil meremas rambut hitam Jason dan merasa melayang dan puas. Ia tengah merasakan klimaks terindah dalam dirinya. Bersama Jason. Jason tersenyum sambil menjilati intisari dari dirinya dengan rakus. Michelle tertawa merasa kepuasan. “Kau sangat manis.“
Bab 29 Beberapa saat kemudian Michelle keluar dari balik pintu. Dia sudah berpakaian lengkap. Ia menghela napas sambil memandang ke arah Jason yang lebih frustrasi dibanding dirinya saat ini. Ketenangan sudah meredam emosinya. Ia mengambil dua gelas mug dan membuatkan teh untuk dia dan Jason. Jason menerima mug yang diberikan Michelle. Ia memandangi Michelle sebelum meminumnya. “Maafkan aku …,“ ucap Michelle membuka pembicaraan. “Kita agak kacau hari ini yah ‘kan!?“ ucap Michelle mencoba meringankan keadaan. Jason mengangguk setuju. “Jadi apa yang mesti kita lakukan sekarang?“ tanya Michelle sambil meniup tehnya. “Konferensi pers?“ Jason memberi saran. “Itu bukan bagianku.“ “Itu bagianku! Aku akan menceritakan yang sebenarnya kepada a