Share

Ide Gila

Penulis: Lilacgirl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 13:47:41

Bab 2.

Udara di ruang kerja mewah itu terasa berat, sangat menyesakan. Di luar hujan perlahan turun, mengetuk lembut jendela besar namun di dalam badai sedang bergejolak. Arlan duduk di balik meja besarnya, ia menatap pria yang berdiri di hadapannya, pria yang dia panggil adiknya.

"Danial," Suara Arlan rendah, membelah keheningan seperti pisau tajam, "Aku butuh bantuanmu, ini bukan permintaan, ini perintah."

Danial yang lebih muda dan berwajah lebih lembut hanya berdiri disana, ia sudah terbiasa dengan nada memerintah Arlan.

"Danial, aku butuh bantuanmu untuk menghamili istriku." 

Kata-kata itu menggantung di udara, dingin dan mengejutkan. Pikiran Danial kosong, ia pasti salah dengar.

"Hah?"

Danial tidak mengerti mengapa Arlan meminta permintaan yang begitu menyimpang? ini terdengar seperti lelucon yang mengerikan di telinganya.

Arlan melihat kebingungan di wajah Danial, "Tenang saja, kau tidak salah dengar, kamu akan tidur dengan istriku, kamu anak memberiku seorang anak. Anak itu akan menjadi milikku." ucap Arlan kembali ketika mendapati Danial yang terdiam karena syok.

"Tapi... kenapa aku harus melakukan hal aneh seperti itu?"

Arlan bersandar di kursinya, "Karena aku tidak bisa." Kata Arlan. Pengakuan itu sangat mahal untuknya. "Dokter sudah mengkonfirmasinya, aku tidak mampu mempunyai anak dan tanpa pewaris ayahku akan mencoret aku sepenuhnya, semuanya akan hilang."

Danial tersenyum miris, alasan yang terdengar sangat menjijikan.

"Tidak, aku tidak bisa melakukannya." Danial berdiri dari duduknya.

“Apa kamu sudah lupa statusmu?"

Pertanyaan menohok itu membuat Danial tersenyum kecut. Tentu dia tidak lupa statusnya yang hanya anak angkat dari keluarga Hutomo. Meski terkesan tidak miris tapi Danial menikmati itu. Menjadi bagian keluarga Hutomo yang kaya raya.

"Tentu aku ingat."

Wajah Arlan menggelap, ia tidak suka ditolak,"Kamu berhutang padaku," desis Arlan,"Jangan lupa siapa yang membawamu dari panti asuhan, siapa yang memberimu kehidupan? Pendidikan ini? Makanan ini? Itu semua aku! Aku meyakinkan ayahku untuk menerimamu, kamu tidak punya apa-apa tanpa aku dan aku bisa mengambil semuanya dalam sekejap." Ancaman itu jelas, Arlan mengingatkan Danial tentang tempatnya.

Arlan tau kelemahan Danial, mengubah rasa terima kasih menjadi senjata

"Seharusnya kamu tau caranya berterima kasih." Arlan menekan ucapnya.

***

Malam itu Keluarga Hutomo berkumpul untuk makan malam, itu adalah ritual mingguan. Peralatan makan bergemerincing di atas piring porselen mewah tapi suasana tidak hangat. Ayah Arlan pria yang keras dan mengesankan duduk di ujung meja, dia menatap Arlan dan Hanum tatapan tajam dan penuh pertanyaan.

"Sudah 1 tahun." Ucapnya.

Suaranya menggema di ruangan yang sunyi.

"Kapan aku bisa melihat cucuku? Warisan keluarga adalah anak, tanpa mereka kita hanya debu." Hanum tersentak dia tetap menatap piringnya.

Ucapan ini bukan hal baru dia sudah mendengarnya berkali-kali di setiap pertemuan keluarga. Hanum melirik Arlan di seberang meja makan, Arlan tidak mengatakan apa-apa tapi Hanum dapat melihat raut kemarahan di wajahnya mengarah padanya, ia tau Arlan menyalahkannya. Sejauh ini Arlan tidak pernah memberitahu kondisi medisnya pada Hanum. 

"Kita perlu bicara." Kata Arlan seraya menutup pintu setelah menggaet Hanum seusai makan.

Hanum duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam gaun tidur sederhananya. Arlan menceritakan tentang rencananya, ia menceritakan tentang kemandulannya dan kemudian dia menceritakan tentang Danial.

"Danial akan membantu kita, dia akan memberikan anak yang kita butuhkan, pewaris yang ayahku tuntut." Hanum menatapnya, pikiran berputar dalam keterkejutan dan tidak kepercayaan. Jantungnya seakan di cabik dari dadanya.

“Kamu harus membantuku mewujudkannya,”

“-dengan Danial,” lanjut Arlan.

Pria yang dinikahi nya, yang dicintainya, memintanya untuk mengkhianati janji pernikahan dengan cara yang paling menjijikan.

"Aku- aku tidak bisa-," Gagap Hanum melemah nyaris tak terdengar, air mata menggenang di matanya.

"Aku suamimu dan aku tau apa yang harus aku lakukan." Ucap Arlan dengan tatapan dinginnya, "Ah. Jangan kamu lupa tentang keluargamu? Adikmu yang sakit? Ibumu yang kesulitan ekonomi? Aku membayar itu semua. Jika kamu menolak aku akan mengakhiri semuanya." ancam Arlan, keluar dari kamar.

Hanum termenung di kamarnya yang sunyi, air mata yang ditahan akhirnya tumpah, isak tangis mengguncang tubuhnya.

***

Malam itu pun tak berbeda. Aroma tumisan memenuhi udara, meja makan sudah rapi, saat pintu depan terbuka, Hanum tersenyum menyambut.

“Sayang, sudah pulang? Aku sudah siapkan makan malam untukmu,” ucapnya pelan, penuh harap.

Namun Arlan hanya berjalan melewatinya tanpa membalas, menuju kamar seolah Hanum tak pernah berbicara.

Ia mengikuti Arlan ke kamar. Sang suami tengah duduk di ranjang, membuka sepatu pelan-pelan. Tanpa menatap Hanum, “Aku ingin bicara denganmu.”

Hanum duduk di sampingnya, menatap wajah laki-laki yang dulu ia cintai dengan sepenuh hati. “Bicara apa?”

Arlan terdiam sejenak, lalu berkata datar, suaranya tajam, tanpa sedikit pun empati.

“Bersiaplah. Malam ini Danial akan datang ke rumah. Dan kau… harus melayaninya.”

Hanum membeku. “Melayani?” ulangnya dengan suara gemetar, seolah berharap ia salah dengar.

Arlan menoleh perlahan, menatap matanya tanpa ragu, “Layani dia seperti kau melayani aku di ranjang.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bayi Rahasia Adik Iparku    Cincin Pernikahan

    Bab 6."Kalau kamu hanya menginginkan bayi ini aku ingin bercerai."Hanum mengulangi ucapnya, menatap Arlan yang tampak tenang sambil meminum secangkir kopi kesukaanya."Baiklah, aku akan menceraikanmu jika bayi ini sudah lahir."Hanum tersenyum getir. Bukan ucapan itu yang ingin di dengarnya dari Arlan, membuat Hanum semakin yakin jika selama ini Arlan tidak pernah mencintainya."Kalau begitu aku ingi berkerja, jika kamu tidak mengijinkanya aku akan mengatakan semua yang kamu bicarakan pada orang tuamu." Hanum menunjukkan rekaman suara yang diam-diam dia rekam dengan ponselnya. Arlan tersenyum tipis seolah tidak takut dengan ancaman Hanum."Baiklah kamu boleh berkerja," Arlan berdiri dari duduknya, mencengkram pipi Hanum,"Tapi jangan sampai ada keluargaku yang mengetahuinya, itu akan memicu kecurigaan mereka." Arlan menekan ucapnya dan berlalu pergi.Hanum berusaha tersenyum, menghapus air mata yang membasahi pipinya. Keesokan harinya setelah mendapatkan ijin dari Arlan, pagi itu Ha

  • Bayi Rahasia Adik Iparku    Tolong, Sentuh Aku

    Bab 5.Siang itu, Hanum yang sedang di rumah mendapat telepon dari ibunya. Suara sang ibu terdengar panik dan cemas."Hanum, kondisi Melati menurun lagi, Nak. Sekarang dia di rumah sakit."Hanum terdiam, darahnya terasa dingin. Tanpa berpikir panjang, ia segera bergegas ke rumah sakit. Setibanya di sana, ia langsung menghampiri ibunya yang duduk gelisah di ruang tunggu."Bu, bagaimana Melati?" tanya Hanum dengan napas memburu."Dokter bilang dia harus segera ditangani intensif tapi mereka butuh jaminan. Dan asuransi dari Arlan sudah tidak lagi, kenapa Arlan kembali menonaktfkan asuransi lagi Nak?" sang Ibu menatap dengan mata berkaca-kaca sekaligus bingung.Hanum menggigit bibirnya. Ia segera mencoba menelepon Arlan, namun panggilannya tidak diangkat berkali-kali. Hatinya berkecamuk. Tak tahan dengan ketidakjelasan itu, Hanum pun memutuskan untuk langsung pergi ke kantor Arlan.Sesampainya di sana, ia memaksa masuk ke ruang kerja suaminya tanpa peduli tatapan para karyawan. Arlan seda

  • Bayi Rahasia Adik Iparku    Ada Yang Janggal

    Bab 4.Hanum duduk di bangku sudut lorong rumah sakit, jauh dari pandangan perawat maupun keluarga pasien lain. Matanya sembab, pipinya basah oleh air mata yang terus mengalir, meski suara tangisnya nyaris tak terdengar. Ia memeluk lutut, tubuhnya gemetar karena beban yang tak sanggup lagi ia pikul.Ponselnya berdering. Nama "Ibu" muncul di layar.Hanum buru-buru mengusap air mata dan menjawab, berusaha menata suaranya sebaik mungkin."Ibu... Iya, Melati sudah diperiksa," katanya lirih. "Tenang saja, Mas Arlan sudah janji akan bayar lagi asuransinya. Aku sudah bicara sama dia." jawab Hanum yang langsung kembali ke ruang UGD, melihat kembali keadaan adiknya.Padahal kenyataannya, Arlan tak pernah berjanji. Yang ia tawarkan hanya syarat-syarat kejam yang menusuk harga diri Hanum paling dalam.Setelah memastikan kondisi adiknya jauh lebih baik Hanu pulang. Setiap langkahnya berat, menopang tubuhnya yang nyaris roboh.Saat ia tiba di rumah, lampu ruang tengah sudah menyala. Arlan duduk di

  • Bayi Rahasia Adik Iparku    Tidak Punya Perasaan

    Bab 3.Hanum diam membeku melihat Danial yang perlahan berjalan mendekat ke arahnya, Hanum meremas gelisah sprai di dekatnya. Ini benar-benar gila bagaimana dia bisa berhubungan badan dengan adik iparnya sendiri.***Pagi itu Arlan mempersilahkan Danial untuk sarapan di rumahnya. Arlan duduk tenang di ujung meja, seolah malam kelam yang baru saja berlalu tak meninggalkan luka apa pun di hatinya. Ia menyendok sarapan dengan santai, lalu menatap Danial dan Hanum secara bergantian.“Kalian melakukannya dengan penuh gairah, kan?” tanyanya ringan, suaranya tenang, tapi dingin, nyaris tanpa perasaan.Hanum tertegun, wajahnya memucat. Kata-kata itu terasa seperti duri menusuk telinganya. Nafasnya tercekat, selera makannya hilang seketika. Ia menunduk, menahan gemetar yang mulai menjalari jemarinya di atas meja.Danial menatap piring kosong di depannya, rahangnya mengeras. Hening menyelimuti ruangan sebelum akhirnya ia menjawab, datar namun jelas, “Ya. Kami melakukan seperti yang kau minta.”

  • Bayi Rahasia Adik Iparku    Ide Gila

    Bab 2.Udara di ruang kerja mewah itu terasa berat, sangat menyesakan. Di luar hujan perlahan turun, mengetuk lembut jendela besar namun di dalam badai sedang bergejolak. Arlan duduk di balik meja besarnya, ia menatap pria yang berdiri di hadapannya, pria yang dia panggil adiknya."Danial," Suara Arlan rendah, membelah keheningan seperti pisau tajam, "Aku butuh bantuanmu, ini bukan permintaan, ini perintah."Danial yang lebih muda dan berwajah lebih lembut hanya berdiri disana, ia sudah terbiasa dengan nada memerintah Arlan."Danial, aku butuh bantuanmu untuk menghamili istriku." Kata-kata itu menggantung di udara, dingin dan mengejutkan. Pikiran Danial kosong, ia pasti salah dengar."Hah?"Danial tidak mengerti mengapa Arlan meminta permintaan yang begitu menyimpang? ini terdengar seperti lelucon yang mengerikan di telinganya.Arlan melihat kebingungan di wajah Danial, "Tenang saja, kau tidak salah dengar, kamu akan tidur dengan istriku, kamu anak memberiku seorang anak. Anak itu ak

  • Bayi Rahasia Adik Iparku    Vonis Suram

    Bab 1."Negatif?"Arlan menatap kecewa sekaligus kesal benda pipih yang dipegangnya–tespek yang baru saja digunakan istrinya menujukan garis 1 untuk kesekian kalinya."Sayang, aku—""Apa kau mandul?" Cecar Arlan menatap Hanum penuh emosi.Hanum menggeleng pelan,"Tidak, aku tidak mungkin mandul." Bola matanya memerah menahan air mata, Arlan seharusnya menenangkannya bukan menyudutkannya."Bagaimana mungkin kamu tidak mandul sudah 1 tahun kita menikah tapi kamu belum bisa memberikanku keturunan!""Beri aku waktu, aku yakin kita hanya perlu waktu." Hanum meraih pergelangan tangan suaminya namun Arlan dengan cepat menepisnya."Aku tidak bisa menunggu lagi, lusa kita ke dokter untuk memastikannya." Tegas Arlan, melangkah pergi keluar kamar.Hanum terduduk lesu di tepi ranjang, bola matanya memutar dengan gelisah. Hanum takut apa yang dikatakan suaminya benar, jika ia memang mandul, Hanum tidak sanggup membayangkan hal itu, ia takut jika Arlan akan meninggalkannya karena ia mandul.***Flas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status