Share

Awalnya Begini

Bab 3

"Ini kamar kita."

"Kita?" Lovita membeliak ketika Leo membawa ke apartemennya lalu menunjukkan sebuah kamar yang ternyata mereka tempati bersama. Tadinya Lovita berpikir bahwa mereka akan tidur di kamar sendiri-sendiri.

"Kamar di sini hanya ada satu,” kata Leo lagi.

"Heran gue, katanya tajir tapi apartemennya kamarnya cuma satu."

Ledekan Lovita hanya ditanggapi oleh Leo dengan tatapan lempengnya.

"Gue pergi dulu. Lo jangan banyak tingkah."

Lovita mendengkus. "Bukan gue, tapi lo yang banyak tingkah."

Leo tidak mendengarnya. Lelaki itu keburu menghilang di balik pintu.

Sepeninggal Leo yang per hari ini menjadi suaminya, Lovita menarik napas panjang lalu menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.

Iya, dia dan leo sudah resmi menjadi suami istri. Mereka menikah tadi pagi, sah secara agama maupun negara.

What a life.

Lovita tidak pernah menyangka kalau jalan hidupnya yang berliku akan membawanya menjadi istri Leo. Satu-satunya lelaki di antara para model tampan yang pernah dia rias yang tidak dia sukai. Kalau dalam hubungan pekerjaan saja mereka tidak pernah cocok, lantas bagaimana mereka menjalani kehidupan pernikahan yang hanya satu tahun ini?

Satu tahun bisa menjadi panjang. Bisa pula menjadi singkat. Bagi Lovita hidup satu tahun bersama Leo sama dengan siksaan satu abad.

Sambil menjepit guling di sela-sela kakinya Lovita memejamkan mata. Dia berusaha untuk tidur sejenak. Peristiwa besar yang terjadi hari ini benar-benar membuatnya lelah. Tidak hanya secara fisik namun terlebih secara batin.

Leo menyuruh manajernya mengundang media sebanyak-banyaknya agar pernikahannya dengan Lovita terpublikasi besar-besaran. Jadi para netizen tahu dan berhenti menudingnya sebagai pria penyuka sesama jenis.

Pertanyaan seputar pernikahan merambat pada latar belakang Lovita. Siapa Lovita, dari mana asalnya dan masih banyak lagi. Sambil menggenggam tangan Lovita dengan tenang Leo menjelaskan pada wartawan bahwa Lovita adalah make-up artist sekaligus hair stylist pribadinya.

Semua orang kini tahu itu. Bagi Leo mungkin hal tersebut biasa saja. Tapi bagi Lovita merupakan sebuah tekanan. Belum lagi dia harus menghadapi keheranan orang-orang di sekitarnya. Mereka tidak habis pikir bagaimana mungkin Leonardy Daniel, model muda yang ternama itu bisa memilih Lovita sebagai istrinya dan mendadak pula.

Lovita membuang segala pikiran mengenai kejadian tadi pagi. Dia ingin mengosongkan benaknya agar bisa tidur. Yang terjadi, wajah Leo dan senyum miring menyebalkannya itu malah menari-nari di depan mata Lovita.

Sejujurnya Lovita tidak akan membenci Leo jika saja lelaki itu tidak membuat trauma di hari istimewa dan paling bersejarah dalam hidupnya.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar satu tahun yang lalu. Waktu itu Lovita belum bekerja dengan Maya. Tapi menjadi asisten makeup artist terkenal langganan para publik figur. Orang-orang sering memanggilnya Tante Diah. Suatu hari Diah memanggil Lovita lalu menginformasikan sesuatu yang membuatnya luar biasa bahagia.

"Lov, besok lo yang gantiin gue ngerias ya, laki gue tiba-tiba sakit."

"Siap, Tante," jawab Lovita tanpa banyak cerita. Lovita tidak mungkin membantah kan? Apa pun yang dititahkan padanya sudah menjadi tugas yang harus dilaksanakannya sepenuh hati. Dia tidak boleh pilih-pilih klien.

"Lo main siap-siap aja. Nggak mau nanya emang besok siapa yang mau dirias?"

"Emangnya siapa, Tante?"

"Rey Rolland," jawab Diah dengan senyum tipis di bibirnya.

Selama beberapa saat Lovita mematung, tak dapat melontarkan sepatah kata pun.

Serius dia akan merias Rey Rolland, model idolanya yang sudah lama menjadi crush-nya?

"Kok malah bengong? Lo nggak mau?" tegur Diah menyaksikan Lovita mematung tanpa memberi respon.

"Mau, Tante! Mau banget!" jawab Lovita cepat. Jangan sampai Diah berubah pikiran lalu melempar job tersebut pada orang lain. "Tapi ini beneran kan? Nggak lagi nge-prank gue?" Lovita bilang begitu lantaran orang-orang di sekelilingnya tahu bahwa dia begitu mengidolakan Rolland. Model muda terkenal tapi ramah dan baik hati. Tidak seperti temannya yang songong.

"Ya beneran lah. Kurang kerjaan banget gue nge-prank lo."

Senyum cerah Lovita mengembang seketika. Dia sudah tidak sabar menanti besok pagi tiba. Bahkan malamnya Lovita hampir tidak bisa tidur saking tidak sabar menunggu pertemuannya dengan Rolland.

Lovita mengenakan pakaian terbaiknya saat akan berjumpa dengan Rolland. Dia juga berdandan secantik yang bisa dilakukannya. Hari itu penampilan Lovita benar-benar all out.

"Hai, dengan Rolland ya?" sapa Lovita ketika masuk ke ruang rias.

Pria muda ramah senyum itu tersenyum hangat. Senyum yang sialnya membuat Lovita terserang grogi.

"Saya Lovita, asisten Tante Diah. Saya yang gantiin dia hari ini karena dia sakit," terang Lovita singkat.

"Sudah tahu," jawab Rolland merespon.

"Maksudnya kamu sudah mengenal saya?" jujur saja Lovita senang kalau Rolland benar mengenalnya.

"Maksudnya sudah tahu kalau Tante Diah nggak bisa ngerias hari ini dan bakal digantiin. Gue nggak kenal lo sebelumnya."

Lovita tersenyum malu mendengar jawaban Rolland. Dia tidak tahu semerah apa mukanya saat ini.

"Sok ngartis."

Dengan refleks pandangan Lovita tertuju pada seseorang di sebelah Rolland. Orang itu tidak melihat ke arahnya tapi sibuk bermain ponsel. Dari cermin besar di hadapan lelaki itu Lovita akhirnya tahu siapa dia. Leonardy Daniel. Model muda terkenal lainnya yang juga merupakan sahabat Rolland.

'Sok ganteng,' jawab Lovita membalas ucapan Leo yang tentu saja hanya mampu dituturkannya dengan jengkel di dalam hati. Lovita tidak mau cari masalah dan kehilangan pekerjaannya.

Mencoba melupakan kekesalan pada Leo, Lovita mulai bekerja merias wajah Rolland. Dia merasa sedikit gugup. Setiap sentuhan jarinya di kulit Roland meningkatkan degup jantungnya. Siapa yang nggak grogi coba bertemu langsung dengan orang yang diidolakan sejak dulu dan berkesempatan meriasnya?

"Keren banget. Flawless. Baru kali ini gue dirias MUA yang hasilnya gue suka," puji Rolland sembari menatap refleksi dirinya di cermin setelah Lovita selesai meriasnya. “Lo pake Lovita aja, Le, MUA lo belum datang kan?” lanjutnya sembari memandang Leo yang sedang menunggu periasnya.

Leo hanya mendengkus.

"Makasih, Rolland" balas Lovita. Pipinya menghangat mendengar sanjungan yang ditujukan padanya.

Roland memberinya seulas senyum yang membuat Lovita kian grogi. Saking gugupnya Lovita menjatuhkan alat catok tanpa sengaja hingga mengenai kaki Leo.

Lelaki itu mengaduh kesakitan lalu mengumpat sejadinya. Detik selanjutnya dia memandang tajam pada Lovita.

"Lo sengaja mau bikin gue celaka? Lo mau gue batal ikutan show?”

"Maaf, maaf, nggak sengaja," ujar Lovita merasa bersalah lalu dengan cepat berjongkok lalu mengusap-usap punggung kaki Leo yang memerah.

"Lo ngapain?" Leo menyentak kakinya dari tangan Lovita dengan keras yang membuat gadis itu terkejut.

"Mau—"

"Mau bikin gue tambah celaka?"

"Bukan, bukan itu," jawab Lovita kilat. "Cuma mau ngeliat kaki kamu doang, katanya sakit."

"Nggak perlu," jawab Leo dingin kemudian terpincang-pincang keluar dari ruang rias.

Mulai saat itu Lovita menandai Leo. Laki-laki songong yang menyebalkan.

Sialnya laki-laki itu saat ini sudah sah menjadi suaminya.

Damn.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status