Share

Agak Lain Emang

Bab 4

"Ngapain lo di sini?"

Leo berdecak lalu duduk di sebelah Jerry. Diambilnya sebatang rokok dari kotaknya lalu menyelipkan ke bibir. Jerry spontan memberi api dari pemantik miliknya hingga rokok Leo menyala.

"Lo ngapain sih ke sini?" ulang Jerry memiringkan duduknya sambil memandang Leo. Setengah jam yang lalu model yang dimanajerinya itu menghubunginya, menanyakan keberadaan Jerry saat ini. Tak lama setelahnya Leo datang menyusul ke kelab malam tempat mereka berada sekarang.

"Emangnya gue harus di mana menurut lo?”

"Ya di kamar lah, bikin anak." Jerry terkekeh pelan.

Sedangkan Leo mendengkus keras. Amit-amit bercinta dengan cewek barbar itu. Membayangkan dia akan tidur satu kamar dengan Lovita sudah membuatnya mual.

"Kenapa emang? Kok kayaknya Lo alergi banget sama dia?” selidik Jerry yang ikut menyalakan rokoknya. "Dia cantik padahal.”

Cantik dari Hong Kong.

"Lagian kalau lo pengen bercinta sama dia nggak bakal ada yang marah kok. Kalian kan udah resmi jadi suami istri."

Kali ini Leo benar-benar ingin muntah mendengarnya. Dia heran kenapa banyak orang memuji cewek nggak tahu manner itu. Leo tidak habis pikir entah kenapa manajemennya begitu betah memakai jasa Lovita yang kata mereka kerjanya bagus. Padahal Leo sudah merasakan sendiri bagaimana cara Lovita bekerja untuknya. Perempuan itu kasar. Entah itu saat merias wajah atau menata rambutnya.

"Sampe sekarang gue nggak habis pikir bisa-bisanya nerima ide konyol kalian," gumam Leo geram.

Orang-orang bilang hidupnya begitu sempurna dan bahagia. Mereka tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Dengan karirnya sebagai model yang tengah melejit maka segala hal harus diperhitungkan. Reputasi adalah segalanya. Keakraban Leo dengan Erros, seorang selebgram plus teman sesama model yang kemayu membuat publik jadi salah paham. Mereka mengira bahwa Leo dan Erros berpacaran. Apalagi keduanya beberapa kali tertangkap kamera dengan gestur yang begitu akrab.

Beberapa brand aliran lurus memutus kerjasama karena mengira Leo adalah kaum belok. Dengan mengusung Leo sebagai ambassador tidak akan bagus bagi mereka yang berdampak pada penurunan penjualan. Tim manajemen yang menaungi Leo panik lalu bergegas mencari cara untuk membersihkan nama baik Leo sehingga terjadilah pernikahan kontrak itu. Mereka menyodorkan beberapa nama wanita tapi tidak satu pun yang disetujui Leo. Ketika Leo mengajukan Lovita membuat manajemen tak habis pikir kenapa lelaki itu memilih orang biasa.

"Tapi serius, Le, sampe sekarang gue masih gagal paham kenapa lo milih Lovita." Jerry menjentikkan abu rokoknya dengan tatapan lekat ke arah Leo.

"Iseng aja," jawab Leo ringan.

"Iseng?" Jerry berkerut tak percaya. "Untuk orang yang bakal nemenin lo hidup selama satu tahun jawaban lo terkesan janggal. Semestinya lo bisa lebih selektif. Iya sih, gue akui selera lo bagus. Tapi nggak nyangka aja bisa out of the box gitu."

"Udah, jangan banyak bacot, yang penting gue kan udah nikah ngikutin maunya kalian," potong Leo memutus ucapan manajernya lalu menyesap minumannya.

Jerry buru-buru tutup mulut ketika melihat Rolland melangkah ke arah mereka. Meskipun Leo dan Rolland satu manajemen tapi mengenai pernikahan Leo dan Lovita merupakan rahasia antara Leo dan pihak manajemen.

"Weh, pengantin baru ada di sini," tawa Rolland lalu duduk di dekat Leo. Lelaki itu kemudian mengulurkan tangannya pada sang sahabat. "Happy wedding, Le, long last ya!"

Leo hanya tersenyum kecut namun tak urung menyambut tangan Rolland agar pria itu tidak curiga.

"Bentar bentar. Ini gue nggak salah kan?"

"Apanya?"

"Pengantin baru masa malam pertama di sini? Iya nggak, Jer?"

"Maklum aja, Land, pemula, jadinya masih grogi," tawa Jerry menimpali.

Rolland juga tertawa. "Jadi ceritanya Leo lagi berguru sama lo?"

Kedua lelaki itu tertawa-tawa sedangkan Leo tak berkutik. Yang bisa dilakukannya hanya menyumpah serapah di dalam hati. Amit-amit malam pengantinan sama Lovita. Cewek barbar yang menjatuhkan alat catok dari besi ke kakinya. Rasanya sakit bukan main hingga membuat performa Leo di catwalk saat itu tidak maksimal. Leo tahu Lovita pasti sengaja melakukan hal itu untuk membalasnya.

Tawa Rolland dan Jerry sudah reda. Kini perhatian mereka terpusat pada Leo.

"Tapi hebat juga lo ya, Le. Bisa pacaran backstreet tanpa ada yang tahu. Keren lo emang. Kirain jomblo, nggak tahunya langsung satset nikah."

"Lah, sama. Gue juga kaget," balas Jerry menimpali. "Agak lain emang bapak yang satu ini," kekehnya sambil menepuk-nepuk pundak Leo yang jengkel setengah mati.

Daripada mendengarkan keduanya mengoceh mengolok-oloknya, Leo melangkah menuju bartender untuk menambah minuman.

***

Tubuh ramping itu menggeliat. Lamat-lamat kelopak matanya yang dipagari bulu mata lentik ikut terbuka. Beberapa detik pertama lensa matanya berusaha beradaptasi dengan keadaan di sekelilingnya. Semua terasa asing. Dia tidak mengenal tempat ini sampai kemudian menyadari sesuatu. Dan itu membuatnya bangun dari berbaring lalu duduk menyandarkan punggung ke headboard.

"Shit!" Lovita mengumpat pelan saat memori demi memori bermunculan memenuhi kepalanya. Saat ini statusnya sudah berubah. Dia sudah menikah dan otomatis resmi menjadi istri pria songong yang dibencinya setengah mati.

Bagaimana mungkin dia bisa hidup satu tahun ke depan dengan pria sialan itu? Andai saja tidak terdesak Lovita tidak akan mau walau pernikahan ini hanya pura-pura. Seandainya saja di dunia ini semua kaum Adam sudah punah dan hanya ada Leo satu-satunya yang tersisa, maka Lovita lebih memilih melajang selamanya.

Lovita lalu bangkit dari tempat tidur. Dia harus mandi lalu mencari makanan. Perutnya sudah keroncongan.

Perempuan itu membawa langkahnya ke ruang depan. Koper berisi barang-barangnya masih diletakkan di sana.

Baru akan membuka koper untuk mengambil handuk, bel pintu berbunyi. Lovita langsung membukanya. Seketika sosok itu memenuhi ruang matanya.

"Hai, Lov, gue nganter laki lo. Dia mabuk," beritahu Jerry sambil nyengir. Pria itu tampak kewalahan menopang bobot tubuh Leo yang bersandar padanya.

‘Terus apa urusannya sama gue?’ Lovita hampir saja mengatakan itu kalau saja tidak ingat bahwa Leo pernah bilang padanya tidak ada yang boleh tahu bahwa mereka nikah kontrak.

Alhasil Lovita menerima ketika Jerry menyerahterimakan Leo padanya.

"Gue pulang dulu ya, Lov," pamit laki-laki itu. "Lo nggak usah panik. Dia udah biasa gitu. Besok pagi tinggal kasih Aspirin. Leo nyetok kok."

"Thanks a lot, Jer," balas Lovita. Informasi yang disampaikan Jerry sangat berguna baginya.

Jerry tersenyum lalu menarik langkah pergi. Baru satu tarikan langkah lelaki itu memutar tubuhnya.

"Oh iya, Lov, kalau Leo agak liar lo jinakin aja ya. Kasih aja yang dia minta," ucap Jerry penuh arti dengan senyum menggoda.

Seketika hawa hangat menjalari pipi Lovita. Entah kenapa. Dia benci cara tubuhnya merespon ucapan Jerry. Sialan.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status