Angel berjalan males-malesan memasuki terminal pemberangkatan, kedua tangannya digenggam oleh Dion dan Deva. Kedua pria itu memegangi Angel, takut gadis itu melarikan diri. Angel menggerutu pelan, menyumpahi kakak-kakak angkat tak berperikemanusiaan yeng telah memaksanya untuk ikut acara paling tidak berguna yang pernah ia dengar.
Deva menghentikan langkahnya di ruang tunggu. Pria itu menghempaskan bokongnya pada kursi yang ada di sana, diikuti oleh Ryan dan Dion yang juga ikut duduk di kursi tunggu. Sedangkan Rico, ia lebih memilih untuk duduk di atas koper besar Angel yang tadi dibawanya. Mereka berempat memang sengaja membeli tiket yang sama dengan Angel agar dapat menemani gadis itu di ruang tunggu, sekaligus memastikan ia tak kabur.
Angel berdiri di samping Rico. Gadis itu enggan untuk duduk dan memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Angel memutar bola matanya saat mengetahui sebagian besar orang yang ada disitu melihat kearah mereka. Selalu saja seperti ini, pasti ada saja yang akan melihatnya sambil berkasak-kusuk.
Ini semua karena empat pria yang ada di depannya. Empat pria tak berperasaan yang sayangnya memiliki ketampanan di atas rata-rata. Walaupun Angel tumbuh bersama mereka, ia juga tak bisa menampik pesona keempat pria itu apalagi pesona Rico. Meskipun Angel suka kesal dengan kelakuan mereka tapi ia sangat menyayangi mereka semua.
Angel menatap Rico yang terlihat santai seperti yang lain. Pria itu meluruskan kakinya dan memainkan ponsel. Angel heran dengan keempat pria yang menemaninya ini, mereka terlihat seperti tak terganggu dengan pandangan-pandangan memuja dari kebanyakan wanita yang melihat mereka juga kasak-kusuk yang selalu mengiringi setiap langkah mereka.
Meski tumbuh dalam ruang lingkup yang dipenuhi dengan euphoria keluarga personil band terkenal, Angel tak akan pernah terbiasa dengan atensi yang mengarah padanya.
"Angeline… sayang, kenapa nggak duduk? Duduk yuk… pilih di sebelah Deva atau mau dipangku?" Rico mengerlingkan sebelah matanya pada Angel, disusul sengan kekehan pelan. Angel melotot mendengar ucapan Rico. Pria satu itu selalu saja menggodanya, namun entah kenapa ia sangat menyukainya.
"Udahlah Co, simpan aja gombalanmu itu buat para wanitamu."
Rico tersenyum jahil, pria itu mengedarkan pandangannya memandangi setiap wanita yang melihat ke arahnya. Lalu mengerlingkan sebelah matanya yang dibalas dengan jeritan histeris para gadis.
"Dek… duduk sini deh."
Deva menarik lengan Angel agar duduk di sebelahnya. Angel mengangguk dan duduk di bangku kosong yang berada diantara Dion dan Deva. Gadis itu menatap Rico yang ada di depannya, seorang pria petakilan yang sayangnya sangat tampan. Dari awal kemunculan X-BOYS, Rico tak pernah mengubah gaya rambutnya yang seperti duri landak, tak seperti anggota X-BOYS yang lain yang tiap berapa bulan sekali selalu mengganti model rambutnya kecuali Ryan yang plontos.
"Heh! Ngelamun aja, sana masuk!"
Angel mendongak, menatap Deva yang berdiri di depannya. "Aku harus pergi ya?"
Deva mengangguk dengan raut wajah sedih. Angel menunduk, Dion mendesah sedih. Baru kali ini mereka harus terpisah jauh, mereka tak pernah meninggalkan Angel sendiri bahkan saat mereka tour keliling Indonesia pun mereka selalu membawa serta Angel.
"Kau juga harus sesekali jauh dari kami, Angel."
Angel semakin menunduk, gadis itu sadar betul ia tak mungkin bisa hidup selamanya bersama keempat pria itu. Bagaimanapun mereka adalah seorang manusia yang semakin hari semakin menua dan akan berkeluarga. Bukan hanya akan mengurusinya saja.
Deva berjongkok di depan Angel, mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Deva mengulirkan tangannya untuk menyentuh dagu Angel, membuat gadis itu menatap lurus-lurus kearah Deva.
"Hei… kita lakuin ini karena sayang sama kamu. It’s time for you to explore. Biar kamu punya teman yang makin banyak. Bertemanlah dengan mereka yang ada di sana."
Angel memeluk leher Deva erat-erat, gadis itu juga sangat menyayangi keempat pemuda yang telah menyelamatkannya dari kehancuran.
"Aku juga sangat menyayangi kalian." Deva melepaskan pelukan Angel, pria itu tersenyum manis.
"Okey. Siap berjuang?" Angel mengangguk malas-malasan saat teringat akan nasib yang akan menimpanya. "Hei adek kecil, jangan cemberut. Senyum dong senyum."
Rico memamerkan senyum manisnya yang jarang sekali diperlihatkan di depan khayalak ramai. Senyum itu membuat para gadis menahan nafasnya karena terpesona.
"Ayo berdiri, Sayang!"
Deva mengulurkan tangannya untuk digenggam Angel. Angel menerima uluran tangan itu dan berdiri, mengambil koper kecil yang dibawa Rico kemudian beranjak pergi bersama penumpang lain. Gadis itu berbalik, menatap keempat kakak angkatnya itu untuk mengucapkan salam perpisahan. Dion berjalan mendekat, lalu mendekap Angel dalam pelukannya. Tangannya terulur untuk mengusap lembut rambut Angel.
"Angel, sweety… denger! kamu disana cuma tiga bulan. Setelah itu kamu sama-sama kita lagi." Angel mengangguk dalam dekapan Dion, pria itu selalu bisa menenangkan Angel. Rico ikut bergabung memeluk Angel.
"Jangan manja di sana!"
"Jaga diri baik-baik."
"Kamu jangan sampai buat masalah di sana."
Ryan dan Deva ikut bergabung, mengurung Angel dalam dekapan empat pria tampan yang mempesona. Angel tersenyum kecil diantara tangisnya, gadis itu bahagia karena Tuhan mau mempertemukannya dengan empat pria berhati malaikat ini.
♦♦ Be With You ♦♦
Giornino melajukan mobilnya dengan kecepatan yang bisa disejajarkan dengan kecepatan siput. Pria itu sengaja berangkat pagi-pagi untuk ke rumah karantina tapi ia malah terjebak macet seperti ini. Yah, sudah menjadi rahasia umum jika Jakarta adalah biangnya macet apalagi pada jam-jam berangkat kerja seperti ini.
Sudah hampir satu jam Giornino terjebak diantara ribuan mobil yang juga mengantri untuk ketempat tujuan masing-masing, tapi tak terlihat gurat kesal atahu lelah di wajah pria itu. Hanya senyum manis dan mata berbinar yang menghiasi wajah tampannya. Pria itu tak sabar untuk segera sampai di rumah karantina dan menatap wajah cantik gadis bersweater putih kemarin. Lantunan lagu cinta mengalun riang di dalam mobil Giornino. Ia sesekali ikut bersenandung mengikuti irama lagu.
Akhirnya setelah lebih dari satu setengah jam menembus kemacetan Jakarta, ia sampai di sebuh rumah bertingkat dua yang terlihat sangat megah. Pria itu membunyikan klaksonnya dua kali lalu seorang pria paruh baya berseragam security datang menghampirinya dan membukan gerbang.
"Terima kasih, Pak Diman."
Pak Diman mengangguk sopan mendapati perlakuan sopan Giornino. Pria itu kembali menutup gerbang besi itu setelah mobil Giornino terparkir di halaman. Giornino keluar dari mobilnya, senyumnya masih mengembang.
Giornino memasuki Rumah dan mendapat sambutan teriakan histeris dari seorang gadis bergaun merah menyala yang berdiri ditengah ruangan. Teriakan itu berhasil menyedot semua perhatian para gadis yang ada disitu, hingga kini ia yang menjadi pusat perhatian. Giornino tersenyum ramah sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memerhatikan setiap gadis yang ada disitu hingga matanya menangkap orang yang sudah dinantikan dari tadi. Gadis itu tersenyum manis dan terlihat sangat cantik dengan gaun selutut berwarna pastel.
"Halo semua." Giornino mengangguk sekilas dan melenggang dari sana, pria itu harus sedikit menjaga image-nya agar terlihat lebih menawan.
♦♦ Be With You ♦♦
Ariska Putri, seorang model catwalk yang sudah sangat terkenal seantero Jakarta. Gadis dengan segudang prestasi di bidang Modelling. Ariska adalah anak dari seorang pengusaha ternama di negeri ini. Saat ini, gadis itu duduk di single sofa yang ada di ruang tamu rumah karantina. Harus ia akui bahwa rumah karantina ini tidak seburuk yang ia bayangkan, bahkan lebih baik malah. Gadis itu membolak-balikkan majalah fashion yang ada di pangkuannya, mengamati setiap gambar jikalau ada yang diinginkannya. Namun tak ada satupun yang menarik perhatiannya.
Gadis itu menatap sekelilingnya, memperhatikan gadis-gadis yang juga menjadi peserta karantina Panah Asmara Giornino. Tujuan utamanya ikut acara ini ya karena dengan menjadi pasangan Giornino, ia bisa mencapai popularitas yang lebih dari pada sekarang, lagipula Giornino juga sangat tampan dan ia memendam sedikit perasaan suka pada pria itu. Ariska menatap sekelilingnya dengan tatapan meremehkan, ia yakin ialah yang akan terpilih menjadi pasangan Giornino di final nanti. Ia cantik tentu saja, selain itu ia juga akan menghalalkan segala cara untuk membuat dirinya menjadi sang pemenang.
Angel dan keempat kakaknya tengah duduk bergerombol di bawah pohon kelapa. Mereka memutuskan untuk menghabiskan siang mereka dengan duduk bersantai di bawah pohon kelapa ditemani dengan es kelapa muda yang begitu segar. Mereka bersama-sama menikmati indahnya pemandangan yang ada di pantai itu. Anna tak ikut berkumpul karena ia lebih memilih untuk berselancar karena ombak di pantai itu lumayan bagus. Sudah lama sekali Anna tidak berselancar dan ia sangat merindukan nuansa dimana sinar matahari menyengat kulitnya, gesekan kakinya dengan air dan caranya menyeimbangkan tubuh di atas sebilah papan."Anna itu beneran teman lo, Ngel?" Tanya Rico tanpa mengalihkan pandangannya di Anna yang sedang bermain-main dengan ombak."Ya, kenapa?""Nggak. Nggak nyangka aja, lo bisa punya temen sexy begitu." ucap Rico masih tetap melihat pada Anna yang kini tengah berjalan dengan papan selancar di tangan kirinya. Tubuh gadis itu benar-benar terekpos karena ia hanya mengenakan bikin
Giornino menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar sedangkan kedua tangannya ditekuk dan dijadikan bantal untuk menopang kepalanya. Giornino menghela nafas panjang tapi setelah itu terlihat lengkungan kecil di bibirnya. Angannya melayang membayangkan apa yang akan terjadi beberapa hari yang akan datang. Apa yang akan terjadi di pulau pribadi yang disewa oleh tim Panah Asmara Giornino sebagai reward untuk pemenang acara itu. Senyumnya semakin melebar saat mengingat ia mendapatkan bocoran dari managernya jika di sana nanti ia juga akan candle light dinner bersama Ariska.Bisa dibilang Giornino sudah menunggu saat-saat seperti ini semenjak sebulan yang lalu, semenjak ia melihat foto Ariska untuk pertama kalinya. Memang beberapa waktu lalu perhatiannya agak teralihkan oleh sosok Angel tapi karena kebersamaan mereka -Giornino dan Ariska- beberapa hari belakangan ini, perasaan Giornino kembali pada Ariska meskipun sedikit berkurang dibandingkan dengan pertama
Angel membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, matanya terpejam dan senyumnya terkembang saat angin menerpa tubuhnya. Terik matahari yang membakar kulit tak membuatnya gentar untuk menikmati suasana damai yang sangat jarang ia rasakan. Namun sepertinya keadaan tak mengijinkannya merasakan santai untuk sedikit lebih lama lagi. Seseorang yang berdiri tak jauh darinya berteriak keras-keras. Angel membuka matanya, tangannya yang terbentang ia turunkan namun senyumnya masih bertahan bahkan kini makin lebar. Gadis itu tahu siapa pemilik suara itu, dia adalah pangeran berkuda putihnya, orang yang diharapkannya bisa menjadi teman hidupnya. "I LOVE BEACH!!!" Angel memalingkan wajahnya, menatap Rico yang hanya berjarak satu meter darinya. Gadis itu memasang wajah datar, seolah sebal dengan Rico yang mengganggu me time-nya."Beach or bitch?" seru Angel dengan nada sarkasnya. Rico memandang Angel, menelengkan kepalanya dengan evil smile-nya."You know me so well, my little Angel."A
Angel membawa semangkuk mie instan rebus yang masih mengepulkan uap panas ke teras belakang. Menaruhnya disamping gelas air putih miliknya. Gadis itu segera duduk dan menyalakan laptopnya, menyuapkan sesendok mienya sambil menunggu laptopnya menyala. Hari ini ia sudah berjanji pada salah seorang temannya di jejaring sosial untuk chatting pukul 4 sore. Jadi di sinilah Angel sekarang, duduk di teras belakang dengan laptop di atas meja dan semangkuk mie rebus.Angel segera membuka aplikasi sosial medianya dan segera log in. Gadis itu memakai nama aslinya sebagai username akun pribadinya itu. Ternyata sudah ada sebuah chat yang masuk ke akun pribadinya itu, Angel segera mengklik username itu dan mulai chatting. Sesekali ia juga menyuapkan mienya itu saat ia menanti balasan. Teman chat Angel bernama Anna, gadis cantik berambut pirang yang berasal dari Toronto, Kanada.On Chat Anna : Hi Angel Ang
Giornino merasa bingung dengan dirinya, beberapa saat lalu ia berada di apartmentnya dan sekarang ia sudah di sini, di koridor Rumah Sakit dengan parsel buah di tangannya. Tadi Giornino sudah bertanya pada resepsionis di mana para personil X-BOYS dirawat. Giornino menghela nafas pelan, pria itu meneruskan langkahnya menuju ruang rawat inap yang sudah di depan mata. Pria itu membuka pintu itu perlahan dan matanya langsung terpaku pada mata coklat cerah di seberang ruangan yang juga menatapnya. Mata coklat yang telah menghipnotisnya. Mata coklat yang indah, mata coklat yang tak akan membuatnya bosan meskipun ia telah lama memandangnya."Giornino!! My Bro!!"Giornino memutuskan fokusnya pada mata coklat itu dan memandang keempat sahabatnya yang tengah berada di atas ranjang rumah sakit. Dengan senyum kecilnya, Giornino melangkah mendekati Rico yang posisinya berada paling dekat dengan pintu. Pria itu berdiri di samping ranjang Rico, mengamati kondisi sahabat-saha
Matahari sudah meninggi saat satu persatu personil X-BOYS bangun dari tidurnya. Mereka masih berada di ruang UGD jadi mereka bisa melihat keadaan satu sama lain. Dion adalah orang yang bangun paling akhir, pria itu mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kepalanya terasa berat dan ia merasakan nyeri di tubuhnya. Dion mencoba untuk duduk, kepalanya terasa semakin sakit saat ia semakin berusaha. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya dan sebelahnya lagi memegangi kepalanya yang terasa sakit."Hei boys, lihat sleeping beauty kita sudah bangun." seru seseorang dibarengi dengan suara kekehan yang lainnya.Dion tak menyahuti, pria itu masih memusatkan perhatiannya pada rasa sakit di kepalanya. Saat rasa sakitnya sudah mendingan, pria itu menatap teman satu grupnya yang berada disekitarnya, lebih tepatnya di ranjang mereka masing-masing. Tanpa harus diberitahu, ia tahu ia berada di rumah sakit saat ini. Selimut dan ranjang yang digunakan oleh teman-tem