Viona menyesali setiap tindakannya pada sahabatnya itu, kemudian dia berpikir untuk pergi ke apartemen Alice pagi ini, sekaligus dia akan memberitahukan sahabatnya itu kabar bahagia yang sejak kemarin ingin dia beritahu pada sahabatnya itu, sedangkan Alice pagi ini dirinya juga sudah bangun lebih awal agar dia bisa menemui Viona dulu di kantornya sebelum dia akan sibuk dengan segala hal hari ini.
Alice sudah siap dan akan berangkat, ia sudah memesan taksi dan akan segera turun. Disaat bersamaan bel apartemennya berbunyi, Alice lalu membuka pintu apartemennya dan dia cukup terkejut melihat sosok yang datang menghampirinya pagi ini. "Azka, kau..." kata Alice, "Apa yang membuatmu kesini sepagi ini?" tanya Alice kemudian.
"Sepertinya kau membutuhkan tumpangan untuk perjalanan anda hari ini nona Valencia. Untuk itu aku datang untuk menawarkan tumpangan kepada anda nona." Kata lelaki itu seperti biasa sambil menampakan senyum manisnya.
Alice hanya terkekeh "Aku sudah memesan taksi tuan polisi, dan sepertinya supir taksi itu sedang menungguku dibawah" Jawab Alice kemudian sambil menunjukan ponselnya yang sedang berdering.
"Selamat pagi pak." Alice berbicara di ponselnya, "Tunggu sebentar pak, sebentar lagi saya kebawah." Kata Alice kemudian pada seseorang di seberang telepon.
"Anda bisa memberikan tips dan membatalkan pemesanannya dokter" Sahut Azka kemudian setelah Alice mematikan ponselnya.
"Hhemp, baiklah. Sesuai keinginan anda pak polisi." Kata Alice kemudian dengan senyum menggodanya.
Alice menggunakan lift untuk turun ke lobby, sedangkan Azka turun menggunakan lift basement dan mengambil mobilnya.
Setelah berada didepan lobby apartemennya Alice memberikan tips pada bapak supir taksi tersebut dan memohon maaf karena harus membatalkan pemesanannya, karena sudah ada teman yang menjemputnya. Bapak itu malah berterimakasih karena Alice masih memberikannya tips serta tersenyum dan mengatakan "Semoga hari anda menyenangkan nona manis, sepertinya kekasih anda sudah lama menunggu." Bapak supir itu menunjuk ke arah mobil yang sejak tadi menunggu Alice berbicara dengannya. Lelaki di mobil tersenyum sambil melambaikan tangannya. Alice membalas senyum itu dan segera pamit pada bapak supir itu lalu pergi menghampiri Azka. Alice memasuki mobil itu dan tampak tersenyum bahagia, ia tak tahu jika ada seseorang disana yang sejak tadi mengawasinya, orang itu tampak sangat geram melihat setiap hal yang terjadi sejak tadi antara Alice dan Azka.
"Azka tolong antarkan aku terlebih dahulu ke Pusat Rehabilitasi Jiwa, aku ingin menemui Viona sahabatku terlebih dahulu." Pinta Alice ketika ia telah masuk ke dalam mobil dan mengenakan sabuk pengamannya.
"Baiklah nona, sesuai keinginanmu" jawab Azka.
...
Mereka berdua tiba di Pusat Rehabilitasi Jiwa dan Alice langsung menuju ke ruangan Viona, namun sahabatnya itu tidak ada disana, dia hanya melihat ada sebuah koper besar disudut ruangan itu. 'Viona, dimana kau sekarang?' tanya Alice di dalam hati, dia akan menelepon Viona, saat seorang wanita paruh baya masuk dan Alice lalu mengenal wanita itu "Oma Rita, lama tidak berjumpa" Alice lalu memeluk wanita itu. "Oma, Viona belum datang?" tanya Alice kemudian.
"Dia semalam tidur disini, pagi-pagi sekali dia sudah keluar katanya akan pergi ke apartemen untuk bertemu denganmu, dia sangat bahagia sejak tadi pagi, katanya dia ingin segera bertemu denganmu dokter, karena ada kabar bahagia yang ingin dikatakannya" kata wanita paruh baya itu kemudian.
"Tapi aku belum bertemu dengannya Oma" kata Alice kemudian.
Tak lama kemudian Viona masuk kedalam ruangan tersebut, Alice yang melihat sahabatnya itu lalu bergegas kearah wanita itu lalu memeluknya "Vio, kemana saja kau? Aku merindukanmu bebh..." kata Alice pada Viona.
Viona hanya menarik nafas dalam. "Aku dari apartemen, kau terlalu sibuk dengan kekasih barumu, hingga kau tidak melihatku." kata Viona kemudian.
"Ow, maafkan aku sayang. Aku tidak melihatmu bebh." Jawab Alice, tanpa berniat meralat pernyataan Viona tentang hubungannya dengan Azka. Sedang Azka masih setia menunggu dokter cantik itu di dalam mobilnya.
"Bebh, kabar apa yang ingin kau sampaikan padaku? kata Oma Rita ada sesuatu yang membuatmu bahagia dan ingin segera memberitahuku." Alice bertanya dengan penasaran, sedang Oma Rita yang melihat perubahan pada wajah Viona segera undur diri dari ruangan itu tanpa pamit.
"Tidak ada yang ingin aku ceritakan Alice, aku sungguh sibuk hari ini. Kau pergilah, kekasihmu mungkin sedang menunggumu di bawah." Kata Viona kemudian sambil membalikkan tubuhnya dari hadapan Alice.
"Ada apa denganmu bebh?" Tanya Alice kemudian sambil berusaha membalikan tubuh Viona.
"Alice keluarlah!!" Sahut Viona seketika sambil setengah membentak, yang kemudian membuat Alice terkejut.
"Aku tidak akan pergi sebelum kau memberikan alasan mengapa kau ingin pergi dari apartemen kita. Mengapa kau ingin pergi tiba-tiba tanpa alasan Vio??" Tanya Alice kemudian.
"Kau sungguh ingin tahu alasannya?" Kata-kata yang terdengar dari mulut Viona terdengar ketus.
"Iya bebh, aku ingin tahu alasannya." Jawab Alice dengan nada yang pelan dan terdengar tulus, ia menyentuh lengan Viona perlahan berharap sahabatnya itu memalingkan tubuhnya untuk berbicara dengan baik kepada dirinya.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan" Viona lalu menghadapakan tubuhnya pada Alice. "Dengarkan dengan baik Alice, ini mungkin akan membuatmu yang manja dan cengeng ini mengeluarkan air mata. Aku sudah bosan hidup bersama denganmu selama ini. Kau sama sekali bukan sahabat yang baik, aku bosan dengan sikap manjamu, dengan sikap acuhmu, kau tidak peka dengan lingkungan, kau tidak peka dengan apa mauku. Aku bosan yang harus memasak setiap pagi, membersihkan dan merapikan semua barang yang kau hambur sesukamu, membereskan setiap kekacauan yang kau buat di apartemen. Kau pikir aku disana untuk menjadi pembantumu? Hah, Aku lelah Alice, aku tidak bisa selamanya berpura-pura menjadi sahabat yang baik, aku tidak bisa Alice." Kata-kata Viona keluar begitu saja dari mulutnya, Alice mendengarkan kata-kata itu dengan terpukul, tidak terasa air bening yang hangat itu mengaliri pipinya.
"Vio..." hanya itu kata yang terucap dari bibir Alice, dia menatap sendu ke arah wanita itu.
"Aku lelah selalu menjadi yang kedua Alice, kau tahu kenapa pernikahanku tidak bisa berlangsung. Tristan tidak mencintaiku, orang yang dia cintai sejak SMU adalah kau, Alice. Tapi kau tidak peka, kau tidak sadar dengan setiap perhatian pria bodoh itu, sampai akhirnya Tristan mengetahui jika aku mencintainya selama ini. Dia lalu menjadi tidak enak hati denganku, lalu akhirnya mencoba menerima perasaanku, aku pikir Tristan sudah melupakan perasaannya untukmu dan aku pikir aku wanita yang berbahagia karena akan segera menikah dengan orang yang aku cintai, tapi ternyata aku adalah gadis termalang didunia. Dia meninggalkan sebuah pesan sebelum akhirnya meloncat ke dalam laut padahal dia tahu dia tidak bisa berenang. Kau tahu apa isi pesannya 'maafkan aku Vio, aku tidak bisa meneruskan kebohongan ini, aku tidak ingin menyakitimu lebih lama lagi. Aku tidak bisa menikahi wanita yang tidak aku cintai. Aku sudah berusaha Vio, tapi tetap saja hati ini masih mencintai Alice' aku mengingat pesan itu dikepalaku selama 3 tahun ini Alice dan tetap berusaha menjadi sahabat yang baik untukmu, tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa lebih lama lagi seperti ini Alice." Cerita Viona panjang dengan sedikit amarah dan kesedihan yang selama ini ia pendam.
"Maaf Vio..."
"Kau tahu kabar apa yang ingin aku katakan padamu hari ini? Aku ingin mengatakan jika aku sudah melupakan Tristan dan ingin membuka hatiku pada seseorang, tapi apa yang aku dapatkan pagi ini?? Pria yang aku cintai ternyata sekali lagi memilihmu Alice, tatapan mata yang Tristan berikan padamu sejak lama, aku temui lagi pada pria itu tadi pagi. Dia menatapmu dengan cinta, cinta yang sekali lagi aku harapkan kini sekali lagi cinta itu tertuju pada dirimu. Dia jatuh cinta padamu, tapi aku gadis bodoh ini apa yang bisa aku perbuat?" Viona mengakhiri kata-katanya tersebut dengan tangisan, Alice juga merasakan hal yang sama. Ia tidak menyangka jika dirinya begitu egois, dia tidak menyangka jika selama ini dia hidup sebagai orang yang acuh bahkan ia tak tahu apa yang selama ini sahabat-sahabatnya itu alami. Alice berlari keluar dari ruangan itu, sedangkan Viona masih saja menangis. Tanpa kedua gadis itu sadari, Azka sejak tadi ada di balik pintu mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibir Viona.
...
"Kau sudah minum terlalu banyak!! Ada apa denganmu sebenarnya?" Tanya seorang lelaki pada temannya yang kini tampak sudah mabok berat."Sekali lagi, George." Jawab lelaki itu sambil menuangkan kembali wiski dalam gelas minumnya."Ronald, ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu!?" Perintah lelaki yang bernama George tersebut.George dan Ronald keduanya sedang berada di sebuah Bar pinggiran kota Grazia, sepulang dari Panti Asuhan tadi Ronald lalu berkunjung ke rumah George dan mengajaknya untuk pergi menghirup udara segar di pantai, namun saat tiba di pantai Ronald lalu berubah pikiran dan memutar kemudi motor lalu akhirnya tibalah mereka di tempat ini. Keduanya selain sama-sama menjadi partner pada divisi Cyber Police, mereka berdua juga merupakan teman yang cukup dekat, tamat dari SMU yang sama dan mendapatkan peluang untuk bersama lolos menjadi seorang polisi muda. Ini merupakan tahun ketiga mereka bekerja sebagai seorang polisi."Ap
Setelah berpamitan pada April, Alice lalu bergegas keluar dari Panti Asuhan itu dan menunggu di depan Halte yang berada tepat di depan Panti Asuhan itu. Tatapannya terpaku pada ponsel yang kini dipegangnya itu, pada layar ponsel tersebut terpampang panggilan untuk 'My Ronald'. Alice sudah berusaha menghubungi nomor itu berulang kali, namun tidak ada jawaban dari nomor yang di hubungi tersebut. Alice kemudian mengirim pesan singkat kepada kekasihnya tersebut."Sayang kamu dimana? Aku sudah selesai menemui April. Kamu jadi jemput nggak? Aku tunggu 5 menit ya di halte depan Panti Asuhan. Kalau kamu belum datang aku naik taksi aja. Okey!! Aku langsung ke rumah sakit ya, sekalian liat keadaan ayahnya April."Lelaki itu, menatap hampa pesan singkat yang dikirimkan oleh kekasihnya itu, ia sama sekali tak berniat untuk membalasnya. Ia hanya menarik napas dalam, lalu memasukan kembali ponselnya pada saku jaket yang dikenakannya."Kenapa pesannya tidak dibalas?"
Begitu banyak hal di dunia ini yang akan menjadi pelajaran berharga dalam hidup kita, entah itu pelajaran yang menyedihkan, membahagiakan ataukah sebuah pelajaran yang memberikan kita keberanian untuk bertanggung jawab dan menjadi peduli dengan hal-hal yang ada di sekeliling kita.Dari hal yang kecil hingga hal yang besar, setiap kita diberikan kewenangan dari Yang Maha Kuasa untuk menerima itu sebagai sebuah anugrah atau itu sebagai sebuah kutukan.Suasana di pagi ini cukup membuat seorang wanita yang tampak cantik berseri dengan balutan t-shirt berwarana pink bertuliskan kata 'SMILE' dengan celana jeans biru dan sneaker berwarna sama dengan bajunya itu untuk bersemangat meladeni gadis kecil itu bermain."Hahahaha,, ayo coba kejar aku kak..." terdengar suara dari seorang gadis kecil yang tampak sangat gembira."Lha, mana bisa Kakak kejar kesana sayang. Kan badan kakak besar, gak bisa masuk kesana sayang." Jawab seorang wanita yang tak kalah cerianya.G
Malam ini Alice dan Viona sengaja mengosongkan jadwad mereka untuk melakukan kegiatan apapun karena mereka akan bersiap untuk menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh keluarga Williams. Alice tampak elegan dengan balutan mini dress berwana hijau toska, rambutnya yang lurus sebahu dibiarkannya tergerai indah, setelah menyelesaikan make-upnya yang natural, gadis itu lalu mengambil tas jinjing yang senada dengan bajunya lalu memasukan ponsel dan dompetnya ke dalam tas itu. Viona pun tak kalah cantiknya, ia mengenakan mini dress berwarna coklat bata, rambutnya yang lebih panjang dari Alice digulungnya kemudian pada gulungan rambutnya ia menusuknya dengan tusuk konde yang membuat rambut wanita itu rapih bagai disanggul, kacamata yang biasanya ia kenakan kini ia lepas dan menggantinya dengan softlens berwana coklat yang senada dengan baju yang dikenakannya. Mereka berdua tampak sempurna dalam penampilan yang seperti ini."Bebh, sudah siap?" Tanya Alice yang saat ini telah ber
Gerald memarkirkan mobilnya di pekarangan sebuah taman yang tampak begitu indah. Ia memperhatikan wanita yang ada di bangku belakang yang terkulai lemah dan tak berdaya. Gerald lalu memutar musik dan menikmati alunan musik itu sambil menunggu wanita itu terbangun dari pingsannya. Sekitar 10 menit kemudian terdengar pergerakan di bangku belakang, Gerald membalikan tubuhnya melihat ke arah wanita itu yang mengeliatkan tubuhnya, mengucak matanya dan berusaha untuk bangun. Wanita itu lalu berusaha membangunkan sendiri tubuhnya dengan sedikit susah payah, sambil memegangi kepalanya yang sepertinya terasa pusing karena pengaruh obat bius yang sempat diciumnya tadi."Hallo dokter Alice.." Sapa lelaki itu tenang.Alice yang sadar bahwa dirinya sedang berada di dalam mobil milik pria yang menculiknya itu dengan segera berusaha membuka pintu mobil itu, namun sepertinya usahanya sia-sia karena pintu mobil itu masih juga terkunci."Tolong!!" Teriak Alice sambil memukul-mukul k
Ibu Caroline membuka pintu rumah dan mendapati Alice telah berdiri di depan rumah tua milik keluarga Williams tersebut."Hallo ibu, apa kabar?" Sapa Alice pada wanita tua itu dengan senyum termanisnya. Ibu Caroline membalas senyum dokter cantik itu, lalu mempersilahkannya masuk ke dalam rumah.Alice dan wanita tua itu duduk bersebelahan pada sofa diruang tamu."Ibu..." Panggil Alice dengan hangat memulai pembicaraan dengan ibu Caroline."Aku sudah melihat isi dari flashdisk ini." Kata Alice selanjutnya sambil memperhatikan benda kecil berwarna hitam itu."Apa isi dari benda kecil itu? Aku tidak pernah mengetahuinya dan tidak pernah aku berikan pada siapapun. Baru anda yang tahu tentang benda kecil itu, dokter." Kata wanita itu."Dalam flashdisk ini Caroline merekam pembicaraan kedua orang yang tidak aku kenali Bu, kedua orang itu melakukan kejahatan dengan memperjual-belikan gadis-gadis muda dibawah umur untuk dijadikan pelacur." Kata Alice menjel