Share

3. Kebohongan yang Tak Seharusnya

Beberapa saat kemudian.

Renata terlihat berjalan cepat memasuki sebuah cafe. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan arnand di sana. Ia menghampiri sebuah meja dan menarik salah satu kursi untuk ia duduki.

"Kenapa tiba-tiba kau ingin makan steak di cafe mahal seperti ini?" tanya Renata tapi Arnand tidak menjawabnya, ia malah menatap bingung pada renata. Ia mengenali suara wanita ini namun tidak dengan penampilannya.

"Hei, kenapa dengan tampang bodohmu itu?" bentak Renata heran.

"Renata." seperkian detik Arnand pun seakan dapat mengenali dari cara bicaranya. Arnand berdiri karena begitu kaget.

"Iya ini aku." ucap Renata ketus sambil melipat tangan di dada. Arnand terdiam sejenak mengamati penampilan renata yang berbeda.

"Aku tahu aku cantik kalau berdandan, sudah jangan menatapku seperti itu?" ucap Renata sambil menyibakan rambutnya ke belakang. Arnand mengerutkan dahi dan tiba-tiba ia tertawa saat menatap ke bawah kaki renata.

"Ha..haa... aku tidak tahu sebegitu spesialkah hari ini hingga kau berpenampilan seperti ini, tapi nata kenapa kau harus memakai bootmu itu?"

"Diam kau arnand. Jangan komentari penampilanku, dan asal kau tahu aku seperti bukan ini untukmu. Aku melakukannya untuk orang lain." bantah Renata kesal.

"Orang lain? kau berkencan?" Arnand kembali terduduk dan menatap Renata.

"Bukan urusanmu!" jawab Renata sambil memalingkan wajahnya ke sembarang tempat.

"Hm.. baiklah, tapi berkencan dengan siapa? Apa kini ada pria yang mau berkencan denganmu?" tanya Arnand antusias. Renata menoleh dan menatap kesal.

"Arnand berhentilah bicara!" ucap Renata sambil mengangkat tasnya.

"Ahh.. baiklah. Seperti kita harus memesan, pelayan!" Arnand coba mengalihkan pembicaraan karena dia tahu apa yang akan terjadi jika ia masih menggoda Renata dengan moodnya yang seperti ini.

.

Beberapa saat kemudian.

Pesanan pun datang dan mereka mulai menyantapnya. Arnand sesekali melirik Renata yang tidak seperti biasanya ini. Karena kini renata terlihat menyantap hidangannya dalam damai, tidak ada ocehan atau pun adu argumen yang membuat suasana makan mereka ramai. Hal ini membuat suasana menjadi canggung.

"Hm.. nata, apa kau bener-bener berkencan?" tanya Arnand pura-pura basa basi.

"Tidak." jawab Renata cepat sambil memasukan sepotong daging ke mulutnya.

"Lalu kenapa pakaianmu seperti itu?"

"Tadi aku pergi sebuah acara?"

"Acara apa? Pernikahan, tunangan atau kencan buta?" selidik Arnand, Renata berhenti memotong dagingnya lalu melirik tajam padanya. Arnand sangat mengerti dengan ekspresi tersebut.

"Ahh.. lupakan saja, kau tidak usah menjawabnya!" timpa Arnand memaksakan senyumannya. Renata tidak menanggapinya dan kembali menyantap makanannya.

"Tapi nata?" tanya Arnand ragu disambut dengan nada kesal Renata.

"Arnand, tidak bisakah kau diam dan makan saja!"

"Iya. Tapi... kau tidak lupa kan kalau kau yang harus membayarnya!" Ucapnya sambil tersenyum singkat. Seketika ucapan arnand membuat mata renata membulat sempurna.

.

"Ah.. terima kasih!" Ucap Arnand mengambil kembali kartu kreditnya. Ia masih saja mengelus-elus kepalanya. Arnan melirik renata dan seketika mendapatkan tatapan sinis darinya.

"Apa?"

"Tidak, bagaimana kalau kita pulang sekarang?" ajak Arnand dengan senyum manisnya.

"Baiklah." Arnand mengikuti langkah renata sambil menggerutu tidak jelas.

.

Keesokan harinya.

Pagi itu renata berjalan cepat menuju sebuah kelas. Ia terlihat kesal sambil menengteng sebuah kantong kertas coklat di tangannya.

Ia melihat seorang pria yang tengah sibuk dengan latopnya, dan pria itu adalah reynand seniornya. Tanpa berlama-lama ia pun menghampirinya.

Brugh

Renata setengah melempar tas itu di atas meja membuat pria itu tidak lagi fokus pada laptopnya. Ia menatapnya datar. Orang-orang yang ada di sekitar mereka pun mulai menatap ke arah mereka.

"Ada apa rey?" Tanya seorang pria yang tengah duduk di samping reynand.

"Ini aku kembalikan barang-barangmu?" ucap Renata.

Reynand hanya melirik kantong tersebut. "Kenapa tidak kau ambil saja?" ucapnya lalu kembali mengetik di laptopnya.

"Aku tidak membutuhkannya!"

"Kau pikir aku membutuhkannya." kelak reynand tidak mau kalah.

"Aku tidak peduli dan ini, aku kembalikan juga UANG.MU!" Renata menyimpan uang tersebut dengan sedikit menggebrak meja reynand membuat yang lain sedikit kaget. Tapi tidak dengan reynand, ia hanya terdiam memperhatikan tingkah laku renata dengan tenang.

"Itu uangmu bukan uangku?"

"Tidak. Aku tidak mendapatkan uang dengan seperti ini?"

"Itu imbalanmu karena telah menemaniku?"

"Menemani?"

"Apa yang terjadi."

"Apa mereka berkencan?"

Beberapa mahasiswa mulai berbisik-bisik membuat Renata semakin kesal dan segera membantahnya.

"Aku tidak berkencan dengannya, tidak akan." Ucapnya sambil menatap sinis pada reynand.

"Pria yang seenak saja seperti dia! Aku akan berpikir beribu kali untuk mau berkencan dengannya." Jelasnya lagi.

Reynand hanya menatap renata dingin. "Jadi.. kau ke sini hanya untuk mengatakan itu?"

"Tidak aku ke sini untuk mengembalikan barang-barang itu. Dan memperbaiki harga diriku yang sudah kau injak-injak itu!" jelas Renata. Reynand kembali terdiam masih menatap renata.

"Kau sudah selesai !" Tanyanya.

"Ya dan satu lagi aku tidak akan pernah menganggapmu ada walaupun kita berpapasan. Aku ingin kita tidak saling mengenal seperti dulu."

"Ok."

Renata segera pergi dari sana. Ia terlihat sangat kesal. Reynand terlihat diam saja menatap renata yang mulai menghilang di balik pintu.

"Iturenata kan? Kalian ada masalah apa?" Tanya dean salah satu teman reynand. Ia terlihat bingung dengan situasi tadi.

"Tidak ada, tadi siapa katamu?"

"Renata, Dia dari jurusan hukum beda 2 angkatan dengan kita. Dia cukup terkenal karena pintar dan selalu mendapat beasiswa.

"Oh." Reynand tertegun sesaat lalu kembali fokus pada laptopnya.

.

Renata berkali-kali membasuh wajah untuk meredam emosinya. Ia menatap dirinya di cermin. Bayangan wajah reynand terlintas di sana membuatnya merasa muak.

"Aku tidak mau lagi berurusan dengannya." Ucapnya lalu kembali membasuh wajahnya. 

Malam itu café terlihat ramai seperti biasanya membuat renata sedikit sibuk di meja kasirnya.

"Silahkan?" ucap Renata sambil menyodorkan segelas kopi pesanan salah seorang pelanggan. Renata merasa heran saat pelanggan tersebut masih mematung memandangnya.

"Apa ada yang lain?" tanya Renata, seketika pelanggan itu tersenyum mendengarnya.

"Renata, apa kau lupa padaku?" tanyanya.

Renata terdiam sejenak mencoba untuk mengingat. Wajahnya terlihat tidak asing. 

"Aku jessi, mantannya reynand." Ucapnya antusias.

"Ah, iya. " jawab Renata datar. 

"Hm.. Aku tidak menyangka ternyata reynand memiliki kekasih yang bekerja di tempat seperti ini? Tanyanya dengan nada sedikit merendahkan. Hal ini membuat renata kesal.

"Ya aku bekerja di sini, apa yang salah?" jawab Renata dengan nada sedikit meninggi. Jelas Ia tidak terima jessi merendahkannya seperti ini. 

"Ah.. tidak- tidak, kita lupakan saja ucapanku tadi. Oh ya bagaimana hubungan kalian, apa yang membuat reynand mau berpacaran denganmu? Ups.. tidak maksudku apakah-"

"Tolong jangan membahasnya." potong Renata cepat.

"Kenapa, dia kekasihmu bukan?"

"Tidak, dia bukan kekasihku. Bahkan kita tidak saling mengenal."

"Maksudmu?"

"Sebaiknya kau tanyakan saja pada yang bersangkutan. Dan maaf saya benar-benar sibuk saat ini!" jelas renata cepat. Jessi terlihat kesal mendengarnya hingga ia tidak bisa berkata-kata. 

"Kau.." 

"Ya, silahkan tuan mau pesan apa?" ucap renata sambil tersenyum mengalihkan pandangannya pada pelanggan yang baru saja datang. Jessi terlihat tidak senang karena renata seperti sengaja mengabaikannya. Ia mendelik kesal berlalu pergi. Renata yang acuh hanya melirik dan kembali terfokus untuk mencatat pesanan. 

Malam itu reynand terlihat tengah menyetir dalam perjalanan pulang. Ia melirik layar ponselnya yang sedari bergetar. Nama jessi terpangpang di sana, hal itu yang membuatnya enggan mengangkat ponselnya.

LINE 

Tak lama sebuah pesan muncul di layar ponselnya. Reynand melihat lampu merah di perempatan jalan, ia meraih ponselnya dan coba membaca pesan tersebut. 

Jessi : Kenapa kau tidak mengangkat telponku? 

      Apa kau takut karena aku sudah tahu semuanya. 

21.05

Reynand terlihat kaget membacanya lalu saat lampu hijau ia mencari tempat untuk menepikan mobilnya. Jessi kembali mengiriminya pesan.  

Reynand: Maksudmu?? 

21.10 /read

Jessi : Aku tahu selama ini kau bohong

      Renata menceritakan semuanya!

21.11

Reynand tertegun sejenak, ia tidak menyangka jessi akan mengetahuinya secepat ini. Ini di luar rencananya dan ia tidak ingin semuanya jadi kacau. 

Jessi : Kenapa hanya di baca saja, kau terkejut! 

      Terbukti kau tidak bisa melupakanku 

      Kau masih Reynandku yang dulu

21. 17

Reynand : Kau salah paham. 

21.19/read

Jessi : Tentang, 

21.19

Reynand : Hubunganku denganya sedang kurang baik sekarang. 

21.20/ read

Jessi : Maksudmu, kalian bertengkar? 

21.20

Reynand : Ya. 

21.21/ read

Jessi : Kau bohong. 

21.21

Reynand : Tidak ada. 

21.22 /read

Jessi : Oh ya, kalau begitu buktikan. 

     Sabtu ini aku mengundanf kalian untuk makan bersama. 

21.23

Reynand : Ok. 

21.23/ read

Reynand memukul kesal kemudi mobilnya. Entah mengapa ia selalu tidak bisa berpikir jernih saat harus berhubungan dengan wanita yang satu ini. Sekarang ia bingung dan tak tahu harus bagaimana. 

"Bodoh! kenapa juga aku harus menyetujuinya?" Ucapnya geram lalu tertegun.

Flashback.

Dulu reynand dan jessi pernah menjadi sepasang kekasih. Sifat reynand sedari dulu memang cuek dan dingin hal itu berbanding terbalik dengan sifat ceria dan manja yang jessi miliki.

Di saat semua gadis menyerah mendekati reynand, hanya jessilah satu-satunya gadis yang pantang menyerah. Dan dengan seiringnya waktu reynand pun luluh karenanya. Reynand melihat ketulusan dari jessi hingga akhirnya ia pun mulai menyukainya. 

Namun kebiasaan reynand yang lamban dan tidak pintar memperlihatkan perasaannya membuat perasaan jessi untuknya pudar. Jessi merasa lelah selama 3 tahun menjalin kasih karena reynand tidak pernah memprioritaskannya. Bahkan tak jarang reynand selalu meminta Juna sahabatnya untuk menggantikannya menjemput atau mengantarkan jessi.

Ternyata hal ini malah membuat juna mempunyai perasaan spesial pada jessi. Dan dengan seiringnya waktu jessi pun mulai berpikir bahwa juna jauh lebih baik dari reynand. Hal itulah yang membuat jessi berpaling. 

"Aku lelah, kau terlalu sibuk dengan duniamu sendiri. Kau bahkan memperlakukanku sama seperti yang lainnya. Tidak ada bedanya, kalau begitu lebih baik kita berteman saja!" jelas Jessi kesal saat reynand bertanya apa alasan ia meminta putus.

Reynand pun terdiam sejenak untuk berpikir. Ia menatap jessi sorot matanya tidak sehangat dulu. Mengapa semua harus berakhir di saat perasaannya mendalam. 

"Baiklah." jawabnya pelan.

.

Hubungan reynand dan jessi memang sudah berakhir. Namun entah mengapa jessi selalu muncul di sekitarnya. Hal itu sedikit mengganggu dan membuat reynand kesulitan melupakan perasaannya. Hingga pada akhirnya reynand menyadari semua itu karena sahabatnya. 

"Maafkan aku rey, tapi.. bolehkan aku berpacaran dengan jessi?" tanya Juna ragu. Reynand tertegun mendengar pertanyaan itu. Hatinya terasa campur aduk. Ia menatap wajah sahabatnya yang cemas.

"Kau menyukainya?" tanya Reynand mencoba bersikap tenang saat balik bertanya. 

"Maafkan aku rey, aku tidak bisa mengendalikan perasanku. Seharusnya aku tidak boleh menyukai jessi, tapi.." 

"Tidak ada yang salah juna, dia sudah menjadi mantan kekasihku." potong Reynand cepat. 

"Tapi bahkan kami berpacaran di belakangmu.." ucap Juna pelan sambi tertunduk penuh sesal. Hati reynand begitu sakit mendengar hal itu namun ia tetap tersenyum sambil menatap juna. 

"Ya aku tahu." Juna mendongak kaget mendengar jawaban Reynand. Ia mendekati reynand dan meraih tangannya. 

"Aku bersalah, pukul aku rey. Kau boleh menghukumku." ucap Juna merasa sangat bersalah.

Kalau mengikuti egonya mungkin reynand akan melakukan hal itu. Tapi untuk apa, semua tidak akan menjadikannya baik-baik saja. Reynand menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar. 

"Baiklah." jawab Reynand lalu melayangkan sebuah tinju pelan di pundak juna." Jaga dia dan buatlah dia bahagia!" Ucapnya sambil tersenyum lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan juna yang mematung di tempatnya.

Setelah hari itu sikap juna pada jessi mulai berubah. Terlihat jelas ia mencoba menjaga jarak dengan jessi. Hal ini membuat jessi sedih dan tak jarang reynand mendapatinya tengah menangis sendirian. Reynand tak tega melihat hal itu. Ia pun meminta juna untuk tetap bersama jessi dan tidak usah melihat masa lalu yang ada, karena kini yang ia tahu jessi dan juna saling menyukai. Reynand bahkan berusaha membuat juna tenang dengan mengakui bahwa selama ini ia tidak benar-benar menyukai jessi. Hingga akhirnya juna pun percaya dan ia pun kembali besama jessi.

Reynand tersenyum saat melihat jessi bermanja dan tertawa ceria bersama juna. Walaupun hatinya terasa sakit ia akan berusaha menahannya. Karena semua tak sia-sia kedua sahabatnya kini berbahagia. Ia tahu dengan seiringnya waktu rasa sakitnya akan menghilang walaupun perlahan. Ia hanya perlu bersabar untuk bisa menjadi baik-baik saja.

"Rey, ini untukmu?" ucap Jessi saat memberikannya segelas minuman. Reynand tersenyum lalu mengambilnya. Ia melirik juna, ia juga tersenyum sambil menatap ke arahnya.

Juna tidak pernah memperlihatkan rasa cemburu saat jessi dekat dengan reynand. Karena juna begitu percaya pada persahabatannya dengan reynand. Dan reynand selalu berusaha menjadi support terbaik untuk hubungan jessi dan juna. Ia bahkan ikut menjaga jessi untuk juna. Dan itu membuat hubungan mereka begitu dekat.

Bahkan kini jessi menjadikan reynand tempat untuk curhat saat mengadu tentang juna. 

.

"Kau pasti datang kan?" tanya Juna saat memberikan sebuah undangan pertunangannya.

Reynand meraih amplop tersebut, nama jessi dan juna tertulis jelas di sana. Ia pun tersenyum lalu menatap jessi dan juna. 

"Ya aku akan datang." Jawabnya kemudian.

Reynand sedikit heran melihat ekpresi jessi yang tidak biasa. Ia terlihat sedih dan matanya berkaca-kaca. 

"Maaf?" ucap Jessi cepat sambil berjalan meninggalkan reynand dan juna di sana.

"Ada apa dengannya, kenapa dia tiba-tiba pergi." Sepertinya juna pun merasakan hal yang sama. "Rey, nanti aku akan menghubungimu. Aku pergi dulu!" ucap Juna segera menyusul jessi. Reynand terdiam dan hanya memperhatikan mereka dari kejauhan. 

.

Malam itu jessi terlihat berjalan cepat menuju sebuah apartement. Ia berhenti di depan pintu dan memijit bel dengan tidak sabar. 

Ting. Tong

Ting.Tong

Ting. tong

"Ya.." ucap Reynand sambil membuka pintu. Ia sedikit terkejut melihat jessi muncul dengan wajah sedih menahan tangis.

"Hei.. ada apa?“ Tanyanya bingung saat tiba-tiba saja jessi berhamburan memeluknya. “Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya lagi. Jessi menggeleng dan makin mengeratkan pelukannya. Reynand pun menutup pintunya lalu membawanya masuk untuk mendengar yang sebenarnya terjadi.

Reynand tertunduk dan terdiam mendengar penjelasan jessi. Ia menatap jessi yang mulai menangis. 

"Apa yang harus ku lakukan rey?" Tanyanya lirih.

Reynand terlihat frustasi ia mengusap wajahnya kasar dan mulai berpikir. Ia tidak menyangka jessi akan menyukainya lagi karena perlakuannya akhir-akhir ini. Padahal ia tidak memiliki maksud apapun. Reynand hanya berusaha bersimpati dan menjaga mantan kekasih yang kini menjadi calon pengantin sahabatnya. Tidak pernah terbesit di pikirannya untuk merusak hubungan sahabatnya ini. 

"Apa aku batalkan saja pernikahanku dengan juna?" ucap Jessi tiba-tiba membuat reynand menoleh kaget.

"Kau gila, jangan lakukan hal bodoh!"

"Gila katamu.Ya itu karena aku menyukaimu lagi?" ucap Jessi dengan nada yang mulai meninggi. Ia menatap reynand tajam.

"Tidak. Kau hanya salah paham!" bantah Reynand memalingkan wajahnya.

"Salah paham. Kau yakin ini sesimple itu, kenapa kau memperlakukanku seperti ini rey?" Bentak jessi emosi.

"Tidak ada yang salah dengan sikapku padamu." jawab Reynand datar. 

"Perhatianmu, kepedulianmu bahkan semua sikapmu jauh lebih baik di banding saat aku menjadi kekasihmu? Bagaimana aku tidak menyukaimu lagi rey.." jelas Jessi dengan nada lemah. 

"Kau hanya salah paham." ucap Reynand pelan sambil tertunduk.

"Kenapa tidak kau akui saja kalau kau juga masih menyukaiku rey?" Desak jessi sambil memandang yakin pada reynand. Reynand menatap jessi yang mulai menangis. Ia tidak menyangka semua akan kacau seperti ini. Reynand pun bangkit dan memunggungi jessi. 

"Aku tidak mungkin menyukaimu lagi?"

"Kenapa, karena juna?"

"Bukan."

"Lalu apa?" tanya Jessi. Reynand pun membalikkan tubuhnya dan memandang lurus pada jessi.

"Karena aku menyukai orang lain." ucap Reynand datar membuat jessi mematung. 

"Kau bohong?" Tanyanya disela isakannya.

Reynand perlahan mendekat dan berjongkok di hadapan jessi. Ia mengusap air mata di pipi jessi dengan tangannya.

"Tidak. Aku juga harus melanjutkan hidupku jessi. Dan kau juga akan hidup bahagia bersama juna." ucap Reynand lembut. Ia mengelus kilat kepala jessi dan tersenyum. 

"Tidak rey." ucap Jessi saat menepis tangan reynand. "kau berbohong padaku rey!" ucapnya lalu Jessi pun bangkit dan lari keluar dari apartement. Reynand hanya bisa terdiam menatap jessi pergi. ia tidak ingin mengejar jessi dan membuat semuanya semakin kacau.

Flashback off

Siang itu.

Renata terlihat berjalan cepat menuju kelasnya. Ia sesekali melirik jam di tangannya.

"Aku tidak boleh terlambat..?" Ucapnya sambil mempercepat langkahnya.

Dari kejauhan Renata melihat seseorang yang paling tidak ingin ia temui. Sayangnya ia tidak bisa menghindar karena hanya ada satu akses untuk menuju kelasnya kali ini. Dan kalau pun mau memutar arah mungkin akan terlihat lebih aneh. 

"Reynand.." Gumamnya pelan. Renata pun kembali berjalan dan mencoba bersikap biasa saja. Namun anehnya waktu seperti berjalan lambat saat mereka berpapasan.

Reynand berjalan lurus, ia terlihat acuh seperti tidak mengenal renata. Ia hanya berjalan lurus dan lewat begitu saja. Dan entah mengapa renata merasa tidak nyaman di perlakukan seperti itu. Ia pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia melihat reynand yang menjauh.

"Ada apa denganku, bukankah dari awal kita tidak saling kenal." Ucapnya seperti kecewa. Renata pun berbalik dan kembali berjalan menuju kelas. 

Sementara itu reynand pun melakukan hal yang sama, ia menghentikan langkahnya lalu berbalik dan mendapati renata sudah menghilang dari sana. 

"Bagaimana aku bisa mengajaknya pergi menemui jessi? “ Ucapnya sambil kembali berjalan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status