BLAM
Aku rasa percuma untuk berteriak karena kini ia sudah berhasil membuatku berada di dalam mobilnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku sinis.
"Pasang seat beltnya!" Ia malah menjawab pertanyaanku dengan sebuah perintah. Aku mendelik kesal melihat tampangnya yang dingin dan seakan tak bersalah.
Tak lama ia terlihat menyalakan mesin mobilnya. Dan itu membuatku semakin kesal padanya.
Jujur aku merasa begitu koyol karena bagaimana bisa aku mengagumi orang seperti dia. Selama ini aku salah, aku terbuai dengan indah ekspektasi tentangnya. Dan kini kenyataan membuatku tersadar dan kecewa.
Tiba-tiba saja ia mendekat membuat mataku membulat sempurna karena terkejut. Wajahnya terlihat datar, ia lalu menarik kasar dan dengan cepat memasangkan selt beat untukku.
Deg
Aku bahkan dapat mencium bau parfumnya karena jaraknya yang cukup denganku.
Klik
"Kau membuat mobilku tidak bisa jalan." Ucapnya datar lalu mulai menjalankan mobilnya.
Aku masih terdiam menatapnya. Tak lama ia melirikku membuatku terperanjat kaget dan segera menunduk. Aku coba mengatur degup jantungku yang entah mengapa menjadi cepat gara-gara adegan tadi.
"Apa-apaan ini, kenapa hatiku harus berdebar seperti ini." Gumamku sambil membuang nafas kasar.
Aku mencoba menoleh lagi ke arahnya dan disaat bersamaan ia melirik padaku. Aku dengan cepat memalingkan wajahku
"Aku gila, aku tidak boleh menyukai pria seperti dia.“ Rutukku coba menyadarkan diri.
..
Renata coba mengalihkan pandangannya dari sisi jalan yang terlihat membosankan. Ia cukup lelah memperhatikan sekitarnya. Namun entah mengapa pandangannya malah sering tertuju pada reynand yang tengah fokus menyetir.
"Berhenti menatapku, itu mengganggu!“ Renata sedikit terkejut mendengar ucapan pedasnya itu.
"Kenapa ucapannya tidak bisa semanis wajahnya. " Keluhnya dalam hati. Renata pun kembali memalingkan wajahnya menatap lagi jalan membosankan itu.
.
Sudah hampir 1 jam mereka di dalam mobil. Namun tidak ada obrolan di antara mereka. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut reynand. Renata merasa tidak nyaman dan ia berpikir mungkin ia bisa mati terbunuh karena kebosanan.
Renata melirik radio pada dasbord depan. Perlahan ia pun menekan tombol untuk menyalakan sebuah musik.
Namun baru saja 3 detik, reynand dengan cepat mematikannya. Membuat renata mendelik kesal. Lalu kemudian renata hendak mengambil boneka di atas dasbord dan lagi-lagi reynand melarangnya.
"Jangan menyentuh sembarang." sontak Renata mengurungkan niatnya dan memutar bola mata kesal. Ia tidak menyangka reynand orang yang sungguh menyebalkan.
"Hei, sebenernya kau mau membawaku kemana?" tanya Renata yang sebenarnya kebingungan karena merasa mobil tidak kunjung berhenti.
"Nanti kau juga akan tahu." Jawabnya cepat.
Dan benar saja, tak berapa lama mobil yang mereka tumpangi berhenti untuk menyebrang dan melaju memasuki sebuah gedung.
"Hotel!" ucap Renata pelan. Renata sontak kaget dan mulai cemas.
"Kenapa dia membawaku ke hotel? apa jangan-jangan dia..." Renata bergumam sambil menoleh curiga pada reynand.
"Kenapa kau membawaku ke hotel?" tanya Renata cepat dengan nada sedikit khawatir.
"Memang kenapa dengan hotel?" Reynand balik bertanya sambil mengambil karcis parkir. Ia terlihat tenang dan malah membuat renata semakin panik.
Reynand terlihat fokus memperhatikan sekitar untuk mencari tempat parkir mobilnya. Renata pun terdiam sejenak dan mulai merasa takut. Pikiran aneh mulai terlintas di pikirannya.
"Jangan- jangan reynand ingin melakukan itu, lalu mencampakkanku..." Tuduhnya dalam hati.
"AH.. kau pikir aku gadis seperti apa?" Reynand menoleh kaget karena renata tiba-tiba berteriak.
"Kau ini kenapa?" tanya Reynand bingung.
"Bagaimana ini, aku harus kabur.." Renata bergumam lagi. Ia benar-benar takut apalagi kini mobil sudah berhenti. Ia memperhatikan sekitarnya dan mencoba mencari kesempatan untuk kabur.
"Apa yang ingin kau lakukan?“ tanya Renata sinis saat Reynand membalikan badannya dan sedikit condong padanya.
Reynand terdiam, ia tidak menjawab lalu ia terlihat menarik sesuatu dari jok belakang.
Renata menatap lega, ternyata ia mengambil sebuah kantong kertas berwarna coklat dari sana dan tak lama reynand pun turun dan menutup pintu.
"Apa sekarang aku kabur saja?“ Tanyanya pada diri sendiri sambil memperhatikan reynand yang tengah menunggunya di luar mobil. Ia pun mencari ponselnya di dalam tas dan tanpa ia sadari reynand sudah memutar mobil lalu membuka pintu di sampingnya. Sontak saja renata menoleh kaget hingga ponsel yang di pegangnya pun terjatuh.
"Kenapa kau tidak turun?" tanya Reynand sambil menatap dingin padanya.
"Jelaskan padaku kenapa kita harus ada di hotel?" selidik Renata sambil meremas seat beltnya karena takut.
"Untuk menemaniku." jawab Reynand cepat dengan nada datar.
"TIDAK.." Renata berteriak mendengar jawaban dari reynand. "Aku ingin pulang sekarang juga!! “
"Kau ini kenapa, berhentilah berteriak dan cepat keluar dari sana?"
"Aku bilang tidak." jawab Renata kekeh. Reynand mulai menunjukan raut tidak suka dengan sikap Renata kali ini.
"Ya sudah diam saja di sana, dan aku akan menguncimu!" ucap Reynand lalu mendorong pintu mobil hingga tertutup.
Bip. Bip
Renata terlihat kaget ia tidak menyangka Reynand benar-benar menguncinya di dalam mobil. Bagaimana kalau ia mati kehabisan nafas.
Renata terlihat mulai panik, ia lalu mencoba membuka pintu dan menggedor-gedor kaca di sampingnya. Reynand hanya menatapnya dengan dingin.
Bip. Bip
Renata segera keluar saat mendengar kunci mobil terbuka. Tak lupa ia mengambil ponselnya yang terjatuh.
"Kau.."
Bip. Bip
"Cepat!" Reynand kembali mengunci mobilnya dan berjalan meninggalkan renata. Renata begitu kesal namun tidak dapat berkata-kata melihat sikapnya ini.
"Aku bilang cepat? " Reynand menoleh kesal melihat renata masih di tempatnya.
"Iya.." sahut Renata sambil menghentakkan kakinya lalu ia pun mengikuti langkah Reynand.
"Kita harus ke toilet?”
"Untuk apa?" tanya Renata bingung.
"Kau harus mengganti pakaianmu?"
"Ada apa dengan pakaianku!" ulang Renata waspada lalu menyilangkan tangan di depan dadanya. Reynand hanya menatap heran. Ia kemudian menyodorkan kantong kertas yang sedari tadi ia bawa.
"Kau ganti pakaianmu dengan ini?" Ucapnya lalu berjalan memasuki toilet pria. Renata terdiam bingung menerima kantong itu. Ia melirik isinya ternyata ada sebuah gaun berwarna cream di sana. Kini ia tahu reynand ingin ia mengenakannya tapi untuk apa.
Walaupun sedikit bingung dengan situasi yang ada. Renata tetap tetap memasuki toilet dan mulai mengganti pakaiannya.
.
Renata memutar-mutar badannya di depan cermin, ia sedikit heran bagaimana bisa gaun ini bisa berukuran pas di tubuhnya.
Renata kemudian membasuh wajahnya dan mengeringkannya dengan tisu. Ia pun mngambil bedak dan sebuah lipstick dari dalam tasnya .
Ia membubuhkan bedak tersebut di wajahnya. Dan mengoleskan sedikit lipstik di pipi dan bibirnya.
"Ini lebih baik.." Ucapnya sambil menarik jepitan di kepalanya membuat rambut coklatnya terurai bebas. Renata pun berjalan keluar dari sana.
Reynand terlihat sedikit terkejut melihat penampilan berbeda dari renata kali ini. Ia pun menatap renata yang kini tengah berjalan mendekatinya.
"Kenapa aku harus memakai gaun ini?" tanya Renata sambil menyisir rambut dengan tangannya.
"Kau akan menenaniku ke sebuah pesta."
"Hah, apa kau bilang PESTA?" Renata sedikit terkejut sekaligus lega karena ternyata reynand membawanya ke hotel untuk menghadiri sebuah pesta.
Renata sedikit salah tingkah karena kini Reyanand menatapnya dari ujung kaki hingga kepala.
"Ada apa?“ tanya Renata pada akhirnya.
"Kau akan memakai sepatu itu?" tanya Reynand heran sambil menatap boots yang masih renata kenakan.
"Ya, habis aku tidak bisa memakai yang seperti ini?" jawab Renata santai sambil menenteng sepatu heel yang reynand siapkan.
"Kau ini wanita?" tanya Reynand datar.
"Yah.. lalu kamu pikir aku ini apa?" jawab Renata ketus.
"Kalau begitu pakailah." ucap Reyanand sambil menatap tajam padanya.
Renata ciut lalu perlahan membuka bootnya dan menggantinya dengan heel. Namun tiba-tiba saja Renata hilang keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Dengan sigap Reynand menopangnya. Sesaat mereka saling menatap.
"Terima kasih." ucap Renata sambil mencoba berdiri tegak. Renata terdiam sejenak karena tidak menyangka Reynand memberikan lengannya untuk berpegangan hingga renata selesai mengenakan kedua sepatunya.
Setelah selesai Reynand terlihat berjalan cepat menuju lift yang tak jauh dari sana. Sementara itu Renata terlihat susah payah mengikuti langkan reynand.
Ting
Pintu lift pun terbuka. Mereka pun masuk dan tak lama pintu pun tertutup. Sesaat suasana jadi hening dan hanya ada mereka berdua di sana. Renata sesekali melirik ke arah reynand. Ia masih saja memasang wajah datarnya. Dan sesaat kemudian renata baru menyadari ternyata reynand berganti pakaian. Ia mengenakan jas cream, warna yang senada dengan gaunnya. Entah mengapa renata merasa reyanand begitu tampan mengenakannya. Tanpa sadar ia pun tersenyum sambil menatap reynand dan ternyata reynand menoleh lalu membalas senyumannya dengan manis.
Ting
"Sedang apa kamu di sana?" pertanyaan Reynand membuyarkan lamunannya.
Ternyata tadi hanya khayalannya saja. Karena ternyata kini reynand sudah berdiri di luar lift tengah menatap dingin padanya.
"Ah.. Iya." Renata pun berjalan keluar dari lift. Ia berjalan di belakang mengikuti langkah reynand dan coba mengimbangi kecepatannya.
"Wahh mewah sekali.." gumam Renata saat mereka memasuki sebuah ruangan yang sudah di hias dengan indah dan megah. Ia melihat sebuah photo seperti photo prewed di depan pintu masuk, ukurannya cukup besar. Mereka terlihat serasi dan bahagia.
"Ini pesta pernikahan siapa?" Renata coba mendekati reynand dan berbisik untuk bertanya.
"Kau tidak perlu tahu." jawab Reynand cepat.
Duk
Renata menabrak punggung reynand karena tiba-tiba reynand menghentikan langkahnya. Ia mengelus keningnya.
"Ma.."
"Kamu sudah datang?" Renata tidak jadi berbicara saat mendengar seorang wanita yang tengah bertanya pada reynand.
"Ya aku datang." jawab Reynand cepat.
"Kau sendirian?" Tanyanya lagi.
"Tidak aku bersama kekasihku." ucap Reynand lalu menoleh ke arah renata. Renata muncul bersamaan dengan tatapan penasaran dari wanita itu. Renata terdiam sejenak mencoba memahami situasinya yang ada.
"Hai, aku renata ke.. kasih reynand." ucap Renata memperkenalkan diri sambil menjabat tangan wanita itu.
Renata melihat wanita cantik ini mengenakan gaun yang indah. Dan ia mirip dengan photo prewed di pintu masuk tadi. "Selamat atas pernikahannya?" Ucapnya lagi berusaha bersikap ramah.
"Ya, terima kasih. Aku jessi, mantan kekasih reynand." Jawabnya tersenyum lalu melirik pada reynand.
"Mantan?" ulang Renata pelan ikut melirik pada reynand.
"Iya." Ucap jessi tersenyum tipis.
Reynand terlihat tenang dan tidak bereaksi apapun. Renata merasa sedikit risih saat jessi menatapnya detail dari kaki hingga ujung kepalanya. Dan Ia merasa tidak ada yang salah dan mulai membenarkan rambutnya.
"Seleramu.. Sudah berubah yah?" ucap Jessi sambil tersenyum dari nadanya terlihat ia meremehkan renata. Renata sontak merasa kesal apalagi reynand tidak terlihat ingin membelanya.
"Wah ternyata mantanya tidak kalah menyebalkan. Sungguh cocok sekali, kenapa tidak mereka saja yang menikah." gumam Renata sambil melirik kesal pada reynand.
"Maaf, sepertinya kau salah paham. Sebenernya.."
"Sepertinya juna mencarimu!" potong Reynand cepat saat menyadari apa yang akan renata katakan.
"Jangan mengacau." bisik Reynand tepat di telingan renata.
Tak lama seorang pria berjalan mendekati mereka. Ia terlihat ramah dan sudah tersenyum saat melihat renata.
"Hai, Apa ini kekasihmu rey?“ Tanyanya dan hanya di balas deheman oleh reynand.
"Baguslah, aku lega." Ucapnya tersenyum sambil menepuk pundak reynand.
"Sayang, teman-temanku ingin bertemu denganmu?" ucap Jessi sengaja memotong pembicaraan suaminya.
"Ah maaf sepertinya aku harus pergi, nikmati saja pestanya." Pamitnya sambil tersenyum.
"Ah iya." jawab Renata sambil melihat jessi dan juna yang mulai menjauh.
"Rey, aku.." Renata kebingungan saat melihat reynand juga sudah tidak ada di sekitarnya. Ia melihatnya menjauh seperti sedang menerima sebuah panggilan telpon. Dan kini renata sendiri, di sebuah pesta bersama orang-orang yang tidak ia kenal.
Ia mengedarkan pandangannya dan melihat sudut gedung di mana makanan tertata rapi di atas meja-meja. Tanpa berlama-lama ia pun mendekati tempat tersebut dan mulai mencicipi beberapa hidangan.
Renata sempat kebingungan karena ia tidak melihat minuman di sana. Padahal ia mulai merasakan seret di tenggorokannya. Ia memperhatikan sekitarnya dan tepat seorang pelayan terlihat berjalan mendekat padanya.
"Minumannya nona?" tawarnya dan Renata. Renata melihat minuman warna warni di atas nampan lalu mengambil acak salah satunya.
"Terima kasih." Ucap renata tersenyum lalu perlahan meminumnya.
"Kenapa rasanya begini, sedikit pahit? “ ucap Renata sambil menatap heran gelas di tangannya lalu hendak mencoba meminumnya kembali. Namun tiba-tiba saja sebuah tangan mengambil gelasnya.
"Jangan minum itu?" ternyata itu Reynand. Ia mengambil cepat gelas dari renata dan menariknya pergi meninggalkan pesta tersebut.
"Hei.. Sebentar. " ucap Renata kaget.
.
Reynand segera melepaskan tangannya saat mereka sudah berada di dalam lift. Renata melirik wajah reynand, ia terlihat begitu kesal.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Renata memberanikan diri.
Ting
Reynand tidak menghiraukan renata dan keluar dari lift dengan cepat. Renata pun tak tinggal diam ia berlari kecil mengejar reynand menuju mobilnya.
Namun tiba-tiba saja reynand menghentikan langkahnya membuat renata sedikit kaget karena hampir menabrak punggungnya lagi.
"Kenapa?" tanya Renata melihat reynand membalikan badannya. Reynand tidak menjawab apa-apa. Ia malah merogoh dompetnya dan mengambil sejumlah uang kemudian memberikannya pada renata.
"Apa ini cukup?" tanyanya. Renata terlihat sedikit kebingungan.
"Uang apa ini?"
"Ini imbalanmu, aku tahu di dunia ini tidak ada yang gratis!" Jelasnya dan pergi meninggalkan renata. Entah menyapa renata merasa tidak terima di perlakukan seperti ini.
Tak lama Reynand kembali berbalik. Ia menghampiri renata lalu memberikan selembar uang lagi.
"Ah iya, ini untuk uang taksimu?" Tambahnya lalu bergegas memasuki mobilnya.
"Apa-apaan ini.. bisa-bisanya dia memperlakukanku seperti ini!" Renata terlihat sangat kesal dan meremas uang di tangannya.
Dddrrrtzzz
Renata merasakan ponselnya bergetar. Ia segera menjawab panggilan yang masuk tanpa melihat layar ponselnya.
"Ya.. APA?" jawab Renata sedikit membentak kesal.
"Hai.. kenapa harus berteriak?" tanya si penelpon bingung. Renata menarik nafas dan coba mengatur emosinya.
"Tidak, ada apa arnand. Kenapa kau menelponku?"
"Oh, di mana kau sekarang?"
"Aku masih di luar, kenapa?"
"Ah.. sepertinya nanti malam aku ada acara. Jadi bagaimana kalau kita bertemu sekarang saja?"
"Bertemu untuk apa?"
"Makan steak di white house resto, aku tunggu sekarang.."
"Ah.. iya."
Tut
Tanpa berlama-lama renata pun langsung mencari taksi untuk mengantarnya ke tempat tersebut. Sementara itu arnand terlihat kebingungan. Ia menatap dirinya di cermin sambil mengenakan kaosnya.
"Tidak biasanya dia mengiyakan secepat itu. Apa dia lupa kalau dia yang harus bayar?" Gumam arnand sambil tertawa. Ia meraih kunci motornya dan bergegas pergi.
.
Beberapa saat kemudian. Renata terlihat berjalan cepat memasuki sebuah cafe. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan arnand di sana. Ia menghampiri sebuah meja dan menarik salah satu kursi untuk ia duduki. "Kenapa tiba-tiba kau ingin makan steak di cafe mahal seperti ini?" tanya Renata tapi Arnand tidak menjawabnya, ia malah menatap bingung pada renata. Ia mengenali suara wanita ini namun tidak dengan penampilannya. "Hei, kenapa dengan tampang bodohmu itu?" bentak Renata heran. "Renata." seperkian detik Arnand pun seakan dapat mengenali dari cara bicaranya. Arnand berdiri karena begitu kaget. "Iya ini aku." ucap Renata ketus sambil melipat tangan di dada. Arnand terdiam sejenak mengamati penampilan renata yang berbeda. "Aku tahu aku cantik kalau berdandan, sudah jangan menatapku seperti itu?" ucap Renata sambil menyibakan rambutnya ke belakang. Arnand mengerutkan dahi dan tiba-tiba ia tertawa saat menatap ke bawah kaki renata.
“Nata.. ” Aku menoleh saat kudengar seseorang memanggil namaku. Aku terdiam dan menatap seorang pria yang tengah berlari menghampiriku. Ia terlihat tersenyum saat berdiri tepat di hadapanku. “Ada apa?” Tanyaku malas. “Kenapa kau ini, kenapa wajahmu murung begitu?” Jawabnya balik bertanya. “Jadi kau ke sini hanya ingin bertanya itu?” “Tentu bukan?” “Lalu..” “Traktir aku makan siang?” Ucapnya manja. “Arnand..” Aku mendelik kesal melihat sikapnya. “Ayolah nata aku belum makan dari pagi, kau ingin melihatku mati kelaparan?” Bujuknya sambil pura-pura lemas. “Kau tidak akan mati kalau hanya tidak makan sekali.” Jawabku cepat sambil berlalu meninggalkannya. . “Terima kasih, aku janji akan menggantinya saat ibuku mengembalikan kartu kreditku..” ucap Arnand senang. Matanya berbinar sambil menatap seporsi nasi goreng di hadapannya. “Ya, ya sudah cepat makan!” “Baiklah, tapi kenapa kau tidak pesan makan?” Tanyanya sambil mulai menyendokan makanan ke mulutnya. “Aku tidak lapar.” Jawa
Aku masih terdiam saat gadis itu berlari kecil keluar dari sebuah mobil dan bergegas memasuki rumahnya. Aku meraih ponselku dan menekan tombol 2 cukup lama. Tut...tut “Yah Arnand?” “Kau di mana?” “di rumah.” “Tidak jadi menginap?” “Ah itu temanku. Ia... kedatangan sodaranya, jadi aku tidak jadi menginap.” “Oh begitu.” “Hm.. memang kenapa?” “Tidak, sudah malam cepat tidur.” “Iya.." “Jangan lupa nyalakan lampu depan rumahmu.” “Ah lampu depan..” Tut. Aku menyimpan ponselku dan bergegas pergi dari sana. Aku sedikit kecewa karena Renata membohongiku seperti ini..Keesokan harinya.Renata terlihat bergegas menuju kampusnya. Di koridor tak sengaja ia melihat Reynand yang tengah berjalan dengan seorang temannya. “Hai rey..” Renata coba men
Tid. did Aku menghentikan langkahku saat sebuah mobil asing berhenti tepat di sampingku. Aku menunggu sejenak sampai si pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya. “Hai kau mau pulang, mau ku antar?” Tawarnya sambil tersenyum ramah. .. “Kau mencari reynand?” Tanyaku sambil mengaduk hot chocolate di hadapanku. Juna menggeleng dan tersenyum. “Tidak, kebetulan saja aku lewat sini.” “Oh.” Tanggapku singkat. Dan kami pun terdiam untuk beberapa saat. Juna terlihat meniup kopi panas di tangannya dan perlahan ia meminumnya. “Bagaimana hubunganmu dengan reynand, baik-baik saja kan?” Tanyanya sambil meletakan cangkirnya. Juna terlihat tersenyum ramah sambil menatapku. “Aku sangat senang saat mendengar rey tidak sendiri lagi.” Sambungnya antusias. Aku terdiam mendengarnya, sesaat aku menatapnya ragu. Sebenarnya aku tidak tega memberitahukan kebenaran yang mungkin akan mem
Sudah hampir setengah jam aku menunggunya di dalam mobilku. Namun aku lihat mereka masih saja berkumpul, entah apa yang mereka lakukan. Kalau saja hari ini aku tidak menerima telphone aneh. Mungkin aku tidak ada di sini. Pagi tadi seorang pria yang mengaku sahabatnya menelponku. Tanpa basa-basi ia memintaku menjemput renata mengantikannya. Alasannya karena dia mengira aku benar-benar kekasih renata. Entah mengapa aku tidak bisa menolaknya apalagi saat ia memintaku untuk menjaga renata. Ada keraguan saat aku ingin mengungkap kebenaran yang ada. “Aaargghh..” Aku merasa kesal dengan diriku sendiri yang seakan terjebak di situasi yang semakin rumit. Aku menyandarkan kepakaku di kemudi, namun sesaat kemudian aku mendengar suasana ramai. Terlihat beberapa orang berhamburan keluar. Akhirnya mereka pulang juga. Aku terdiam di dalam mobil mengedarkan pandanganku untuk mencari keberadaan renata. Dan tak berapa lama ia terlihat berjalan keluar. Aku masih memperh
Tok. Tok. Tok Reynand menurunkan kaca mobil sesaatku mengetoknya pelan. Aku tersenyum dan berdiri tepat di samping mobilnya. "Masuk." Ucapnya datar seperti biasa. Aku pun dengan cepat memutari mobil dan masuk. “Mau ku antar ke mana? “ Tanyanya cepat. Aku menoleh rasanya sedikit aneh dia ini kekasih atau supir pribadiku. "Ke rumah saja." Jawabku pelan. Dan setelah itu dia terdiam dan terfokus menyetir. Aku sesekali melirik ke arahnya ia terlihat acuh seperti biasa membuat suasana menjadi canggung dan aku tidak menyukainya. Padahal hari ini aku tidak bekerja. Dan sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya. Aku sedikir ragu, namun aku ingin coba bertanya padanya. "Hm.. rey?" Ia melirikku singkat saatku memanggilnya. "Hari ini aku libur?" Ucapku pelan. "Ya, lalu?" Tanyanya acuh. Aku sedikit kesal mendengar tanggapannya. Rasanya akan ak
Pagi itu. Renata terlihat berjalan santai memasuki kampusnya. Namun dari kejauhan ia melihat reynand yang tengah berjalan bersama dean temannya. Renata terlihat kaget lalu memutar arah. “Rey itu kekasihmu kan, ada apa dengannya?” tanya Dean saat melihat renata berbelok ke arah menuju perpustakaan. Reynand tidak menjawab ia hanya memperhatikannya dari jauh... “Hampir saja!” Aku menghela nafas lega sambil menarik salah satu kursi di hadapanku. Jujur aku masih malu dan belum mempunyai keberanian untuk bertemu dengannya, terlebih karena hal kemarin yang kulakukan. Karena sudah terlanjur di sini sepertinya sekalian saja aku mengerjakan tugas. Aku melirik jam di tanganku. Masih ada waktu 1 jam sebelum kuliahku di mulai. Awalnya aku ingin ke kantin untuk sarapan sambil mengerjakan tugas. Tapi karena bertemu reynand tadi sekarang aku di sini di perpustakaan. Aku mengeluarkan laptop dan meraba-
Beberapa hari kemudian. Malam itu sepulang bekerja aku pun terdiam di luar café menunggu reynand menjemputku. Reynand sudah mengirimiku pesan bahwa dia akan sedikit terlambat. Aku pun terdiam sambil memperhatikan sekitar. Suasana di sini terlihat mulai sepi. Aku meraih ponselku dan membaca kembali pesan dari reynand. Ini sudah hampir 20 menit, namun reynand belum juga datang. Aku pun berpikir akan pulang sendiri saja. Aku melihat masih ada waktu untukku pulang menggunakan bus terakhir. Aku pun mulai bangkit dan melangkah menuju halte. Kemudian aku mengetik pesan untuk memberitahukannya pada reynand. Namun belum sempat aku mengirimnya, tiba-tiba seseorang muncul dan mendekatiku. “Hai kau belum pulang?” Aku menoleh kaget melihat gio di sana. Ia tersenyum dan berjalan menghampiriku. “Belum aku masih menunggu.. kekasihku.” Jawabku sedikit ragu saat menyebutkan kata terakhirku. “Hm..” Gio meli