Home / Romansa / Beautiful Mistake / 2. Ekspektasi Belaka

Share

2. Ekspektasi Belaka

Author: kania_mayy
last update Last Updated: 2021-06-23 21:13:57

BLAM

Aku rasa percuma untuk berteriak karena kini ia sudah berhasil membuatku berada di dalam mobilnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku sinis melihat ia mencodongkan tubuhnya.

"Pasang seat beltnya!" jawabnya sambil menjauh.

Aku mendelik kesal melihat tampangnya yang dingin dan seakan tak bersalah. “Kita akan kemana?” tanyaku kesal melihanya mulai menyalakan mesin mobilnya.

“Nanti kau akan tahu.” jawabnya sambil menginjak pedal gas mobilnya.

Aku melirik kesal padanya. Ada apa dengan kepribadian buruknya itu. Dan aku juga merasa begitu koyol karena bagaimana bisa aku mengagumi orang seperti dia. Selama ini aku salah, aku terbuai dengan indah ekspektasi tentangnya. Dia memang tampan, pintar dan cukup populer di kampus. Namun setelah tau kenyataan yang mengecewakan ini aku sungguh menyesal. 

Lamunanku hancur dan aku sedikit terkejut saat tiba-tiba Reynand mendekat.  Mataku membulat sempurna  saat ia mencondongkan tubuhnya. Ia lalu menarik kasar dan dengan cepat memasangkan selt beat untukku.

Klik.

"Kau membuat mobilku berisik." Ucapnya datar lalu kembali terfokus ke mobilnya.

Aku hanya bisa terdiam sambil menatapnya. Aku tidak menyangka dengan kepribadian suramnya itu. Tiba-tiba saja ia melirik membuatku terperanjat kaget dan segera menunduk. Aku teringat saat tadi ia begitu dekat denganku, saking dekatnya aku pun dapat mencium bau parfum yang ia kenakan. Seketika pipiku memanas dan degup jantungku menjadi tak karuan. 

"Apa-apaan ini, kenapa hatiku harus berdebar seperti ini." Gumamku sambil membuang nafas kasar.

Aku mencoba menoleh lagi ke arahnya dan disaat bersamaan ia melirik padaku. Aku dengan cepat memalingkan wajahku

"Aku gila, aku tidak boleh menyukai pria seperti dia.“ rutukku coba menyadarkan diri.

.

Renata coba mengalihkan pandangannya dari sisi jalan yang terlihat membosankan. Ia cukup lelah memperhatikan sekitarnya. Namun entah mengapa pandangannya malah sering tertuju pada Reynand yang tengah fokus menyetir.

"Berhenti menatapku, itu mengganggu!“ Renata sedikit terkejut mendengar ucapan pedasnya itu.

"Kenapa ucapannya tidak bisa semanis wajahnya. " Keluhnya dalam hati. Renata pun kembali memalingkan wajahnya menatap lagi jalan membosankan itu.

.

Sudah hampir satu  jam mereka di dalam mobil. Namun tidak ada obrolan di antara mereka. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Reynand. Renata merasa tidak nyaman dan ia berpikir mungkin ia bisa mati terbunuh karena keheningan ini.

Renata melirik radio pada dasbord depan. Perlahan ia pun menekan tombol untuk menyalakan sebuah musik. Namun baru saja 3 detik Reynand dengan cepat mematikannya. Membuat Renata mendelik kesal. Lalu kemudian Renata hendak mengambil boneka di atas dasbord dan lagi-lagi Reynand melarangnya.

"Jangan menyentuh sembarang." sontak Renata mengurungkan niatnya dan memutar bola mata kesal. Ia tidak menyangka Reynand orang yang sungguh menyebalkan. Ia ingin sekali memberinya sebuah tinju namun ia tidak seberani itu.

"Hei, sebenernya kau mau membawaku kemana?" tanya Renata yang sebenarnya kebingungan karena merasa mobil tidak kunjung berhenti.

"Hotel." jawabnya cepat.

"Hotel!" ulang Renata pelan. "Kenapa dia membawaku ke hotel? apa jangan-jangan dia..." gumam nya dan seakan tersadarkan Renata sontak kaget dan mulai cemas sambil memperhatian sekitar. Apalagi saat mobil yang mereka tumpangi benar-benar memasuki sebuah hotel berbintang.

"Kenapa kau membawaku ke hotel?" tanya Renata cepat dengan nada sedikit khawatir.

"Memang kenapa dengan hotel?" Reynand balik bertanya sambil mengambil karcis parkir. Ia terlihat tenang dan malah membuat Renata semakin panik.

Reynand terlihat fokus memperhatikan sekitar untuk mencari tempat parkir mobilnya. Renata pun terdiam sejenak dan mulai merasa takut. Pikiran aneh mulai terlintas di pikirannya.

"Jangan- jangan Reynand ingin melakukan itu, lalu mencampakkanku..." Tuduhnya dalam hati. "AH.. kau pikir aku gadis seperti apa?" Reynand menoleh kaget karena Renata yang tiba-tiba berteriak.

"Kau ini kenapa?" tanya Reynand bingung.

"Bagaimana ini, aku harus kabur.." Renata bergumam lagi. Ia benar-benar takut apalagi kini mobil sudah berhenti. Ia memperhatikan sekitarnya dan mencoba mencari kesempatan untuk kabur.

"Apa yang ingin kau lakukan?“ tanya Renata sinis saat Reynand membalikan badannya dan sedikit condong padanya. Reynand terdiam tidak menjawab lalu ia terlihat menarik sesuatu dari jok belakang. Ternyata Reynand mengambil sebuah kantong kertas berwarna coklat dari sana dan tak lama Reynand pun turun dan keluar dari mobil.

"Apa sekarang aku kabur saja?“ tanyanya pada diri sendiri sambil memperhatikan Reynand yang tengah menunggunya di luar mobil. Ia pun mencari ponselnya di dalam tas dan tanpa ia sadari Reynand sudah memutar mobil lalu membuka pintu di sampingnya. Sontak saja Renata menoleh kaget hingga ponsel yang di pegangnya pun terjatuh.

"Kenapa kau tidak turun?" tanya Reynand sambil menatap dingin padanya.

"Jelaskan padaku kenapa kita harus ada di hotel?" selidik Renata sambil meremas seat beltnya dengan ketakutan

"Untuk menemaniku." jawab Reynand cepat dengan nada datar.

"TIDAK.." Renata berteriak mendengar jawaban dari Reynand. "aku ingin pulang sekarang juga!“

"Kau ini kenapa, berhentilah berteriak dan cepat keluar dari sana?"

"Aku bilang tidak." jawab Renata kekeh. Reynand mulai menunjukan raut tidak suka dengan sikap Renata kali ini.

"Ya sudah diam saja di sana, dan aku akan menguncimu!" ucap Reynand lalu mendorong pintu mobil hingga tertutup.

Bip. Bip

Renata terlihat kaget ia tidak menyangka Reynand benar-benar menguncinya di dalam mobil. Bagaimana kalau ia mati kehabisan nafas.

Renata terlihat mulai panik, ia lalu mencoba membuka pintu dan menggedor-gedor kaca di sampingnya. Reynand hanya menatapnya dengan dingin.

Bip. Bip

Renata segera keluar saat mendengar kunci mobil terbuka. Tak lupa ia mengambil ponselnya yang terjatuh.

"Kau.."

Bip. Bip

"Cepat!" Reynand kembali mengunci mobilnya dan berjalan meninggalkan Renata. Renata begitu kesal namun tidak dapat berkata-kata melihat sikapnya ini. “aku bilang cepat?" ucap Reynand lagi lalu menoleh kesal melihat Renata masih terdiam di tempatnya.

"Iya.." sahut Renata sambil menghentakkan kakinya karena kesal namun ia pun tetap mengikuti langkah Reynand.

"Kita harus ke toilet?”

"Untuk apa?" tanya Renata bingung.

"Kau harus mengganti pakaianmu?"

"Ada apa dengan pakaianku!" ulang Renata waspada lalu menyilangkan tangan di depan dadanya. Reynand hanya menatap heran. Ia kemudian menyodorkan kantong kertas yang sedari tadi ia bawa.

"Kau ganti pakaianmu dengan ini?" ucapnya lalu berjalan memasuki toilet pria. Renata terdiam bingung menerima kantong itu. Ia melirik isinya ternyata ada sebuah gaun berwarna cream di sana. Ia tahu Reynand ingin ia mengenakannya tapi untuk apa. Walaupun sedikit bingung dengan situasi yang ada. Renata tetap memasuki toilet dan mulai mengganti pakaiannya.

.

Renata memutar-mutar badannya di depan cermin, ia sedikit heran bagaimana bisa gaun ini bisa berukuran pas di tubuhnya. Renata kemudian membasuh wajahnya dan mengeringkannya dengan tisu. Ia pun mengeluarka bedak dan sebuah lipstick dari dalam tasnya . Ia membubuhkan bedak tersebut di wajahnya. Dan mengoleskan sedikit lipstik di pipi dan bibirnya.

"Ini lebih baik.." ucapnya sambil menarik kuncir rambut di kepalanya membuat rambut coklat sebahunya nya terurai bebas. Ia pun tersenyum lalu bergegas keluar dari sana.

Reynand terlihat sedikit terkejut melihat penampilan berbeda dari Renata kali ini. Ia pun menatap Renata yang kini tengah berjalan menghampirinya.

"Bisa jelaskan kenapa aku harus memakai gaun ini?" tanya Renata sambil merapikan rambut dengan tangannya.

"Kau akan menenaniku ke sebuah pesta."

"Hah, apa kau bilang PESTA?" Renata sedikit terkejut sekaligus lega karena ternyata Reynand membawanya ke hotel hanya untuk menghadiri sebuah pesta. Renata sedikit salah tingkah karena kini Reyanand menelaah penampilannya dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Ada apa?“ tanya Renata pada akhirnya.

"Kau akan memakai sepatu itu?" tanya Reynand heran sambil menatap c*nvress merah yang masih Renata kenakan.

"Ya, habis aku tidak bisa memakai yang seperti ini?" jawab Renata santai sambil menenteng sepatu heel yang Reynand siapkan.

"Kau ini perempuan?" tanya Reynand datar.

"Yah.. lalu kamu pikir aku ini apa?" jawab Renata ketus.

"Kalau begitu pakailah." ucap Reyanand sambil menatap tajam padanya.

Renata ciut lalu perlahan membuka sepatunya dan hendak mengganti dengan heel tersebut. Baru sebelah kakinya berhasil memakai heel namun hal ini malah membuat Renata hilang keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Namun dengan sigap Reynand menahannya. Renata mendongak kaget ia kira akan jatuh tersungkur.

"Terima kasih." ucap Renata pelan sambil mencoba mengenakan satu heelnya lagi. Renata terdiam sejenak karena tidak menyangka Reynand memberikan lengannya untuk berpegangan hingga Renata selesai mengenakan kedua sepatunya.

Setelah selesai Reynand terlihat berjalan cepat menuju lift yang tak jauh dari sana. Sementara itu Renata terlihat susah payah mengikuti langkan Reynand.

Ting

Pintu lift pun terbuka. Mereka pun masuk dan tak lama pintu pun tertutup. Sesaat suasana jadi hening dan hanya ada mereka berdua di sana. Renata sesekali melirik ke arah Reynand. Ia masih saja memasang wajah datarnya. Dan sesaat kemudian Renata baru menyadari ternyata Reynand juga telah mengganti pakaiannya. Ia mengenakan jas cream, warna yang senada dengan gaun yang Renata kenakan.

Tanpa sadar Renata menatap Reynand cukup lama. Ternyata kali ini Reyanand terlihat begitu tampan. Tanpa sadar ia pun tersenyum namun tanpa diduga Reynand menoleh menatapnya lalu membalas senyuman Renata dengan manisnya.

Ting

"Sedang apa kamu di sana?" pertanyaan Reynand seketika membuyarkan lamunan Renata. Ternyata kini Reynand sudah berdiri di luar lift sambil menatap heran padanya.

Renata pun tersadar "Ah.. ya." ucapnya lalu berjalan keluar dari lift.

Renata pun berjalan di belakang mengikuti Reynand dan coba mengimbangi kecepatan langkahnya.

"Wahh mewah sekali.." gumam Renata pelan saat mereka mulai memasuki sebuah ruangan yang sudah di hias dengan indah dan megahnya. Sebuah photo prewedding di depan pintu masuk mencuri perhatiannya. Renata pun terdiam sejenak menatap photo yang ukurannya cukup besar itu. “Mereka terlihat serasi dan bahagia.”  ucapnya dalam hati dan tersenyum. Ia beralih menatap Reynand yang sudah jauh memasuki ballroom. Dengan susah payah Renata pun mengejarnya.

"Ini pesta pernikahan siapa?" tanya Renata coba mendekati Reynand untuk bertanya dengan nada berbisik.

"Kau tidak perlu tahu." jawab Reynand cepat dan acuh. Renata hanya bisa cemberut.

Duk

Renata menabrak punggung Reynand karena tiba-tiba saja Reynand  menghentikan langkahnya. Ia mengelus keningnya yang kesakitan.

"Ma.."

"Kau sudah datang?" Renata tidak jadi berucap saat mendengar suara seorang wanita yang tengah bertanya pada Reynand di depan sana.

"Ya aku datang." jawab Reynand cepat.

"Kau sendirian?" Tanyanya lagi.

"Tidak, aku bersama kekasihku." ucap Reynand lalu menoleh ke arah belakang. Renata pun muncul bersamaan dengan tatapan penasaran dari wanita itu. Renata terdiam sejenak mencoba memahami situasinya yang ada.

"Hai, aku Renata ke-kasih Reynand." ucap Renata memperkenalkan diri sambil menjabat tangan wanita itu. Renata melihat wanita cantik ini mengenakan gaun pengantin yang indah. "Hm.. selamat yah atas pernikahannya." lanjut  Renata tulus dan berusaha bersikap ramah.

"Ya, terima kasih ucapannya. Oh ya Aku Jessi, mantan kekasih Reynand." Jawabnya tersenyum lalu melirik pada Reynand.

"Mantan?" ulang Renata pelan ikut melirik pada Reynand. Ia sedikit heran bagaimana bisa wanita itu terlihat santai memperkenalkan diri sebagai mantan kekasih orang lain di hari pernikahannya sendiri.

"Ya." ucap Jessi sambil tersenyum tipis.

Reynand terlihat tenang dan tidak memperlihatkan reaksi apapun. Sementara itu kini Renata merasa sedikit risih saat Jessi menatapnya detail dari kaki hingga ujung kepalanya. Dan Ia merasa tidak ada yang salah dan mulai membenarkan rambutnya.

"Seleramu.. Sudah berubah yah?" ucap Jessi sambil tersenyum dengan nada seperti mengejek. Renata sontak merasa kesal apalagi Reynand tidak terlihat ingin membelanya.

"Wah ternyata mantanya tidak kalah menyebalkan. Sungguh cocok sekali, kenapa tidak mereka saja yang menikah." gumam Renata sambil melirik kesal pada Reynand.

"Maaf, sepertinya kau salah paham. Sebenernya aku dan Reynand hanya.."

"Sepertinya Juna mencarimu!" potong Reynand cepat saat menyadari apa yang akan Renata katakan."jangan mengacau!" bisik Reynand tepat di telingan Renata.

Tak lama seorang pria terlihat berjalan menghampiri ke arah mereka. Ia terlihat begitu ramah karena senyumnya sudah mengembang saat mereka saling bertatap.

"Hai, Apa ini kekasihmu rey?“ tanyanya dan hanya di balas deheman singkat oleh Reynand.

"Baguslah, aku lega." ucapnya tersenyum sambil menepuk pundak Reynand. Ia beralih menatap Renata lalu mengulurkan tangannya. “ Aku juna.”

Renata pun tersenyum lalu menyambut uluran tangan tersebut. “Aku Renata. Selamat atas pernikahannya.”

"Sayang, sepertinya teman-temanku ingin bertemu denganmu?" ucap Jessi tiba-tiba menarik lengan suaminya itu.

"Terima kasih atas ucapnnya, tapi maaf sepertinya aku harus pergi. Silahkan nikmati saja pestanya." ucapnya sambil tersenyum.

“Ya, silahkan.” jawab Renata cepat.

“Rey, aku akan menghubungimu nanti.” ucapnya menepuk pundak Reynand  dan berlalu pergi untuk menyambut tamu-tamu lainnya.

"Rey, aku.." Renata terlihat kebingungan saat melihat Reynand juga sudah tidak ada di sampingnya. Ia mengedarkan pandangannya, ternyata Reyanad terlihat berjalan keluar ruangan dengan ponsel yang menempel di telinga kanannya.

Pandangan Renata pun beralih pada sudut ruangan yang terdapat berbagai hidangan di sana. Ia tersenyum senang lalu menghampirinya. Renata terlihat antusias kemudian mulai mengambil beberapa makanan untuk ia makan. Ia menikmati setiap hidangan di sana hingga tiba-tiba tenggorokan terasa tersendat. Dan untungnya tak lama seorang pelayan yang membawa senampan minuman lewat di hadapannya.

"Minumannya nona?" tawarnya.

Renata melihat minuman warna warni yang di bawa pelayan tersebut dan memilih salah satunya. "Terima kasih." ucap Renata tersenyum lalu perlahan meminumnya.

"Uhuk.. kenapa rasanya begini?“ ucap Renata sambil menatap heran gelas di tangannya. Ia merasa asing dengan rasa minuman ini. Namun Renata merasa tenggorakan tidak nyaman, Renata pun hendak mencoba meminum lagi.

"Jangan minum itu?" Reynand tiba-tiba merebut gelas di tangan Renata dan segera menyingkirkannya.

"Tapi aku haus rey ?" ucap Renata kesal. Reynand terlihat tidak perduli, ia meraih tangan Renata dengan setengah menyeret membawa Renata pergi dari sana.

Reynand segera melepaskan pegangan tangannya saat sudah berada di dalam lift. Renata melirik wajah Reynand .

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Renata memberanikan diri karena melihat mimik wajah Reyand yang seperti sedang kesal.

Ting

Reynand tidak menjawabnya ia malah melangkah keluar lift meninggal Renata yang masih kebingungan. Renata tak tinggal diam ia pun berlari kecil mengejar Reynand menuju mobilnya.

Namun saat akan sampai di dekat mobil tiba-tiba saja Reynand menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Renata. Untung Renata menjaga jarak langkahnya hingga tidak membuatnya menabrak tubuh Reynand untuk kedua kalinya.

"Kenapa?" tanya Renata bingung.

Reynand tidak menjawab pertanyaan, ia malah merogoh dompetnya lalu  mengambil sejumlah uang kemudian memberikannya pada Renata. "Apa ini cukup?" tanyanya.

"Uang apa ini?" tanya Renata tidak mengerti dengan situasi yang ada.

"Ini imbalanmu, aku tahu di dunia ini tidak ada yang gratis!" jelasnya meraih tangan Renata lalu meletakan uangnya di sana. Ia pun hendak melangkah pergi namun ia kembali berbalik dan menambahkan selembar uang lagi untuk Renata. "ah iya, ini untuk uang taksimu?" Tambahnya lalu bergegas memasuki mobilnya.

Renata terlihat mematung kaget bahkan hingga Reynand berlalu dengan mobilnya. Ia mendengus kesal dengan perlakuan kurang ajar dari Reynand barusan.

"Hah, apa-apaan ini. Bisa-bisanya dia memperlakukanku seperti ini!" Renata terlihat sangat kesal dan meremas uang di tangannya. Ia melihat ada tas coklat yang tertinggal di bekas mobil Reynand yang terparkir. Renata pun menghampirinya lalu melihat isinya. Ternyata itu bajunya dan sebotol air mineral.

“Kurang ajar sekali kelakuannya!” ucap Renata sambil mengambil air tersebut dan meneguknya sampai habis.

Dddrrrtzzz

Renata merasakan ponselnya bergetar. Ia segera menjawab panggilan yang masuk tanpa melihat layar ponselnya.

"Ya.. APA?" jawab Renata sedikit membentak karena masih kesal.

"Hai.. kenapa harus berteriak?" tanya si penelpon bingung.

Renata menarik nafas dan coba mengatur emosinya. Ia melihat layar ponselnya ternyata itu Arnand.

"Ada apa Arnand. Kenapa kau menelponku?"

"Oh, di mana kau sekarang?"

"Aku masih di luar, kenapa?"

"Ah-  sepertinya nanti malam aku ada acara. Jadi bagaimana kalau kita bertemu sekarang saja?"

"Bertemu untuk apa?"

"Makan steak di white house resto, aku tunggu sekarang."

"Oh ya."

Tut.

Tanpa berlama-lama Renata pun langsung mencari taksi untuk mengantarnya ke tempat tersebut. Sementara itu Arnand terlihat kebingungan. Ia menatap dirinya di cermin sambil mengenakan kaosnya.

"Tidak biasanya dia mengiyakan secepat itu. Apa dia lupa kalau dia yang harus bayar?" gumam Arnand sambil tertawa. Ia meraih kunci motornya dan bergegas pergi.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Beautiful Mistake    16. Rindu

    Pagi itu renata sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Ia terlihat mengambil beberapa bahan di kulkas dan mulai memasak. Sesuai janjinya ia ingin membuat sarapan untuk reynand. Selesai memasak renata pun bergegas mandi dan bersiap ke kampus. Ia memilih pergi menggunakan bus karena tahu reynand tidak bisa menjemputnya hari ini. Sesampai di kampus renata pun coba menghubungi reynand. tut..tut.. “Hallo..” “Rey kau di mana?” “Di aula, kalau kau ingin bertemu reynand ke sini saja.” Jelasnya. “Ah, baiklah kak.” Tut. Renata masih memandangi ponselnya, entah siapa tadi yang berbicara dengannya. Yang pasti ia tahu keberadaan reynand sekarang. Tanpa berlama-lama renata pun segera menuju ke aula kampus. Sesampai di sana renata melihat banyak orang yang berlalu lalang di sana. Dengan segera ia mencari keberadaan reynand. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang dan coba menyelinap. “Rey..” Panggilnya pelan. Reynand berbalik sedikit terkejut dengan kehadiran renata di sana namun sesa

  • Beautiful Mistake    15. Kejelasan

    Sepanjang perjalanan reynand tidak berkata sedik pun. Wajahnya masih saja datar bahkan berkali-kali aku terang-terangan menatapnya. Namun ia seperti sengaja menghiraukanku. “Kau marah?” Tanyaku ragu. Reynand terdiam dan tidak menjawab aku yakin dia pasti marah. Bukankah baru saja aku berjanji tidak akan pergi dengan pria lain selainnya. “aku sungguh tidak tahu kalo gio akan menjemputku.” Sambungku menjelaskan. “Sudahlah, aku sedang menyetir.” Jawabnya cepat. Tak berapa lama mobil pun berhenti tepat di depan cafe tempatku bekerja.“Aku akan menjemputmu jam 10.” Ucapnya dingin tanpa menatapku. Aku terdiam sejenak memutar otak untuk mencari cara agar reynand tidak marah padaku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku melirik reynand sesaat. Walaupun ragu aku akan coba melakukannya. Aku membuka seltbetku dan coba mengumpulkan keberanian. Aku mendekati reynand dan menutup mataku lalu.. Cup “Maafkan aku rey..” Ucapku membuka mata setelah memberi sebuah k

  • Beautiful Mistake    14. Kesempatan Kedua

    Tok. Tok. Tok. “Ya sebentar !” ucap Renata saat mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia berjalan dan segera membukanya. “rey..” Ucapnya lemah sedikit kecewa berbarengan dengan senyumannya yang memudar. “Kenapa, sepertinya kau tidak suka dengan kedatanganku?” tanya Gio malah tersenyum manis pada renata. “Bukan, hanya saja..” Renata menggantung ucapannya saat merasa ponsel yang di pegangnya bergetar. Ia melihat sebuah pesan dari reynand muncul di sana. Reynand: Aku masih di rumah sakit sekarang, sepertinya tidak bisa menjemputmu. Maaf. 8.30 “Kenapa, apa terjadi sesuatu?” tanya Gio bingung melihat renata masih menatap ponselnya. “Tidak. Hm.. ada apa pagi-pagi kau ke rumahku?” “Kau lupa percakapan kita kemarin malam.” ucap Gio balik bertanya. “Apa?” tanya Renata benar-benar lupa. Gio terdiam sejenak lalu ia melirik jam dinding di belakang Renata. Ini hampir jam setengah delapan dan ia tahu Renata kuliah pagi ini. “Sudah-sudah kita bahas nanti saja, kau m

  • Beautiful Mistake    13. Tak'an Rela

    Seminggu terakhir ini aku cukup sibuk karena harus bulak-balik untuk mengurus jessi di rumah sakit dan juga mengurusi urusan di kampus yang menguras waktu dan tenagaku. Aku berencana ingin beristirahat malam ini. Aku baru saja mendudukan diri di tepi ranjang sambil mengisi batrai ponselku yang mati sejak siang tadi. Tak lama beberapa pesan berderetan muncul memenuhi layar ponselku. Aku pun mulai mengeceknya dan menyingkirkan pesan yang menurutku tidak begitu penting. Tanganku terhenti nama renata muncul dengan sebuah pesan yang membuat perasaanku tidak enak. Aku pun dengan cepat membuka dan membacanya. Renata : Rey, maaf lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Terima kasih untuk semuanya.18.12 Aku sungguh terkejut membaca pesan tersebut. Aku tahu hubunganku dengannya sedang rumit, tapi aku tidak menyangka ia bisa semudah itu ingin mengakhiri semuanya. Aku akui aku yang salah karena memiliki ego yang terlalu tinggi. Tapi itu bukan berarti aku tidak peduli dengan hubungan ini.

  • Beautiful Mistake    12. PUTUS

    Renata terlihat sudah berada di café tempatnya bekerja. Ia kini terlihat tengah berada di depan meja kasir sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Sejenak ia termenung dan teringat dengan sikap reynand yang membuatnya sedih. Apalagi hari ini reynand seperti sengaja tidak ingin menemuinya. “Ah..” pekiknya saat merasa nyeri di bagian ulu hatinya. Renata seharusnya tidak melewatkan jadwal makannya, ia memiliki maag akut. Dan itu bisa memicu penyakitnya kambuh. “Nata..” panggil Gio tiba-tiba muncul di depan meja kasir. “Ya.” Renata menjawab sedikit meringis. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya sedikit khawatir melihat wajah renata yang sedikit pucat. “Aku.. baik, ada apa gio?” jawab Renata mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dengan tersenyum. “Hmm.. bisakah kau membantuku sebentar, Mr. Liem menyuruhmu mengecek stock sayur dan bumbu!” Jelasnya dan renata pun mengangguk. “Hani, aku harus ke gudang. tidak apakan kalau kau jaga kasir sendirian?” tanya Renata pada gadis yang tenga

  • Beautiful Mistake    11. Hanya Cinta Sendiri

    Aku segera berlari keluar dari mobil saat melihat sebuah ambulance terparkir di depan rumah jessi dan juna. Di saat bersamaan aku melihat jessi di tandu untuk memasuki ambulance. “Apa yang terjadi.” Tanyaku melihat jessi yang menangis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Sepertinya terjatuh di kamar mandi dan saat ini kondisinya sedang hamil. Jadi kami harus segera membawanya ke rumah sakit. “ Jelas salah satu paramedis. “Rey.” Panggil jessi sambil meraih tangan reynand. “Jangan takut, semua akan baik-baik saja.” ucap Reynard sambil mengelus kepala jessi menenangkan. Dan tak lama jessi pun di masukkan ke dalam ambulance. Reynand memasuki mobilnya untuk segera mengikuti jessi menuju rumah sakit. Sepanjang jalan reynand coba menghubunginya juna karena tadi tidak melihatnya di tempat kejadian. Entah sudah berapa kali namun juna tidak juga menjawab panggilannya... Reynand

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status