Sepanjang perjalanan reynand tidak berkata sedik pun. Wajahnya masih saja datar bahkan berkali-kali aku terang-terangan menatapnya. Namun ia seperti sengaja menghiraukanku. “Kau marah?” Tanyaku ragu. Reynand terdiam dan tidak menjawab aku yakin dia pasti marah. Bukankah baru saja aku berjanji tidak akan pergi dengan pria lain selainnya. “aku sungguh tidak tahu kalo gio akan menjemputku.” Sambungku menjelaskan. “Sudahlah, aku sedang menyetir.” Jawabnya cepat. Tak berapa lama mobil pun berhenti tepat di depan cafe tempatku bekerja.“Aku akan menjemputmu jam 10.” Ucapnya dingin tanpa menatapku. Aku terdiam sejenak memutar otak untuk mencari cara agar reynand tidak marah padaku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku melirik reynand sesaat. Walaupun ragu aku akan coba melakukannya. Aku membuka seltbetku dan coba mengumpulkan keberanian. Aku mendekati reynand dan menutup mataku lalu.. Cup “Maafkan aku rey..” Ucapku membuka mata setelah memberi sebuah k
Pagi itu renata sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Ia terlihat mengambil beberapa bahan di kulkas dan mulai memasak. Sesuai janjinya ia ingin membuat sarapan untuk reynand. Selesai memasak renata pun bergegas mandi dan bersiap ke kampus. Ia memilih pergi menggunakan bus karena tahu reynand tidak bisa menjemputnya hari ini. Sesampai di kampus renata pun coba menghubungi reynand. tut..tut.. “Hallo..” “Rey kau di mana?” “Di aula, kalau kau ingin bertemu reynand ke sini saja.” Jelasnya. “Ah, baiklah kak.” Tut. Renata masih memandangi ponselnya, entah siapa tadi yang berbicara dengannya. Yang pasti ia tahu keberadaan reynand sekarang. Tanpa berlama-lama renata pun segera menuju ke aula kampus. Sesampai di sana renata melihat banyak orang yang berlalu lalang di sana. Dengan segera ia mencari keberadaan reynand. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang dan coba menyelinap. “Rey..” Panggilnya pelan. Reynand berbalik sedikit terkejut dengan kehadiran renata di sana namun sesa
Renata berjalan cepat menuju kamarnya. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dulu ia mengira hal indah akan terjadi jika ia dapat mengenal seniornya itu. Ternyata semua salah besar, melihat sikapnya tadi saja membuatnya begitu kesal. Rasanya ia menyesali karena selama ini telah mengagumi orang yang salah. "Yang benar saja, kenapa aku sebodoh ini..." rutuknya kesal. Flashback Seorang pria terlihat berjalan cepat lalu berdiri tepat di hadapan renata. Renata begitu terkejut hingga menghentikan langkahnya. Matanya membulat sempurna saat melihat pria tersebut. "Kau mau jadi kekasihku?" Ucap pria itu tanpa basa - basi. Renata hanya bisa mematung mendengar ucapan pria di hadapannya ini. Ia kebingungan dengan situasinya saat ini. Ia terdiam sambil menatapnya. Bagaimana caranya pria yang tidak mengenalnya atau bahkan mungkin tidak mengetahui namanya saja, tiba-tiba memintanya untuk menjadi kekasihnya.
BLAM Aku rasa percuma untuk berteriak karena kini ia sudah berhasil membuatku berada di dalam mobilnya. "Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku sinis. "Pasang seat beltnya!" Ia malah menjawab pertanyaanku dengan sebuah perintah. Aku mendelik kesal melihat tampangnya yang dingin dan seakan tak bersalah. Tak lama ia terlihat menyalakan mesin mobilnya. Dan itu membuatku semakin kesal padanya. Jujur aku merasa begitu koyol karena bagaimana bisa aku mengagumi orang seperti dia. Selama ini aku salah, aku terbuai dengan indah ekspektasi tentangnya. Dan kini kenyataan membuatku tersadar dan kecewa. Tiba-tiba saja ia mendekat membuat mataku membulat sempurna karena terkejut. Wajahnya terlihat datar, ia lalu menarik kasar dan dengan cepat memasangkan selt beat untukku. Deg Aku bahkan dapat mencium bau parfumnya karena jaraknya yang cukup denganku. Klik "Kau membuat
Beberapa saat kemudian. Renata terlihat berjalan cepat memasuki sebuah cafe. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan arnand di sana. Ia menghampiri sebuah meja dan menarik salah satu kursi untuk ia duduki. "Kenapa tiba-tiba kau ingin makan steak di cafe mahal seperti ini?" tanya Renata tapi Arnand tidak menjawabnya, ia malah menatap bingung pada renata. Ia mengenali suara wanita ini namun tidak dengan penampilannya. "Hei, kenapa dengan tampang bodohmu itu?" bentak Renata heran. "Renata." seperkian detik Arnand pun seakan dapat mengenali dari cara bicaranya. Arnand berdiri karena begitu kaget. "Iya ini aku." ucap Renata ketus sambil melipat tangan di dada. Arnand terdiam sejenak mengamati penampilan renata yang berbeda. "Aku tahu aku cantik kalau berdandan, sudah jangan menatapku seperti itu?" ucap Renata sambil menyibakan rambutnya ke belakang. Arnand mengerutkan dahi dan tiba-tiba ia tertawa saat menatap ke bawah kaki renata.
“Nata.. ” Aku menoleh saat kudengar seseorang memanggil namaku. Aku terdiam dan menatap seorang pria yang tengah berlari menghampiriku. Ia terlihat tersenyum saat berdiri tepat di hadapanku. “Ada apa?” Tanyaku malas. “Kenapa kau ini, kenapa wajahmu murung begitu?” Jawabnya balik bertanya. “Jadi kau ke sini hanya ingin bertanya itu?” “Tentu bukan?” “Lalu..” “Traktir aku makan siang?” Ucapnya manja. “Arnand..” Aku mendelik kesal melihat sikapnya. “Ayolah nata aku belum makan dari pagi, kau ingin melihatku mati kelaparan?” Bujuknya sambil pura-pura lemas. “Kau tidak akan mati kalau hanya tidak makan sekali.” Jawabku cepat sambil berlalu meninggalkannya. . “Terima kasih, aku janji akan menggantinya saat ibuku mengembalikan kartu kreditku..” ucap Arnand senang. Matanya berbinar sambil menatap seporsi nasi goreng di hadapannya. “Ya, ya sudah cepat makan!” “Baiklah, tapi kenapa kau tidak pesan makan?” Tanyanya sambil mulai menyendokan makanan ke mulutnya. “Aku tidak lapar.” Jawa
Aku masih terdiam saat gadis itu berlari kecil keluar dari sebuah mobil dan bergegas memasuki rumahnya. Aku meraih ponselku dan menekan tombol 2 cukup lama. Tut...tut “Yah Arnand?” “Kau di mana?” “di rumah.” “Tidak jadi menginap?” “Ah itu temanku. Ia... kedatangan sodaranya, jadi aku tidak jadi menginap.” “Oh begitu.” “Hm.. memang kenapa?” “Tidak, sudah malam cepat tidur.” “Iya.." “Jangan lupa nyalakan lampu depan rumahmu.” “Ah lampu depan..” Tut. Aku menyimpan ponselku dan bergegas pergi dari sana. Aku sedikit kecewa karena Renata membohongiku seperti ini..Keesokan harinya.Renata terlihat bergegas menuju kampusnya. Di koridor tak sengaja ia melihat Reynand yang tengah berjalan dengan seorang temannya. “Hai rey..” Renata coba men
Tid. did Aku menghentikan langkahku saat sebuah mobil asing berhenti tepat di sampingku. Aku menunggu sejenak sampai si pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya. “Hai kau mau pulang, mau ku antar?” Tawarnya sambil tersenyum ramah. .. “Kau mencari reynand?” Tanyaku sambil mengaduk hot chocolate di hadapanku. Juna menggeleng dan tersenyum. “Tidak, kebetulan saja aku lewat sini.” “Oh.” Tanggapku singkat. Dan kami pun terdiam untuk beberapa saat. Juna terlihat meniup kopi panas di tangannya dan perlahan ia meminumnya. “Bagaimana hubunganmu dengan reynand, baik-baik saja kan?” Tanyanya sambil meletakan cangkirnya. Juna terlihat tersenyum ramah sambil menatapku. “Aku sangat senang saat mendengar rey tidak sendiri lagi.” Sambungnya antusias. Aku terdiam mendengarnya, sesaat aku menatapnya ragu. Sebenarnya aku tidak tega memberitahukan kebenaran yang mungkin akan mem