Lexi Czar Expedition
"Tidak! Tidak! Tidakkkkk ..."
"Nona Tania ...hei!" Lexi menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya tepat di depan wajah Tania. Tentu saja Tania yang sedang berdiri mematung dan melamun tampak terkejut dan tak sadar jika Levi sudah ada di depannya.
"Ya Tuhannnnnn, ilusi macam apa yang aku pikirkan barusan?" gumam Tania menahan malu di depan Lexi.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Lexi memperhatikan dengan saksama wajah Tania.
"Oh, ya! Aku--aku baik-baik saja, thanks."
"Jadi, kau bisa menemaniku, 'kan?" tanya Lexi mendekatkan wajahnya pada Tania.
Tania sangat grogi ketika Lexi mendekati wajahnya hingga ia bisa merasakan deru napas CEO tampan tersebut. "A---aku ..."
"Aku tak ingin ada penolakan!" sahut Lexi meskipun dengan suara datar ia bicara tapi seperti ingin menyatakan ketegasan sikapnya.
"Dan jika aku menolak?" sahut Tania seakan menantang sang serigala ...
Tiba-tiba Lexi dengan cepat memegang kedua tangan Tania dan menariknya ke atas! Entah apakah ini de javu atau halusi yang jadi kenyataan. Lexi mendorong tubuh Tania dengan cukup keras ke sofa empuk warna hitam yang ada di ruangannya dan tubuh kekarnya kini berada di atas tubuh wanita sintal itu. Netra mereka saling pandang dan berhadapan, deru napas keduanya pun saling dirasakan. Tania akhirnya memalingkan wajahnya karena malu dan tak kuat dengan tatapan tajam netra hijau Altai itu.
"Kenapa? Kenapa kau palingkan wajahmu? Bukankah itu sangat tidak sopan?" tanya Lexi masih dengan posisi yang sangat intim.
"B--bagaimana a--aku harus menatap Anda jika Anda---Anda ..." Tania tergagap dan masih memalingkan wajahnya.
Lexi tersenyum melihat kelinci imut nan lucu itu begitu tak berdaya di hadapannya dan ....
CUP ...
Sebuah kecupan mesra dan hangat mendarat di keninh Tania. Debar jantung yang bergejolak dan darah yang serasa ingin meledak hingga ke otak membuat Tania tak dapat berpikir dengan sehat. Netra Tania langsung berhadapan dengan netra Lexi yang hanya dipisahkan oleh segaris hidung dan bibir.
"T--Tuan Lexi ..."
"Berapa kali aku harus bilang, panggil aku Lexi atau ... kau mau panggil aku dengan sebutan 'Sayang?', tak masalah bagiku." Senyum Lexi yang memperlihatkan gigi putihnya.
"Hentikan Tuan Lexi! Jangan mempermainkanku! Aku bukab bonekamu!" Tania mendorong tubuh Lexi dengan kuat hingga ia tersungkur di lantai. "Bukankah saya masih tanu Anda? Beginikah caramu untuk memperlakukan seorang tamu?" Tania kemudian bangun dari kursi dan berdiri di depan Lexi yang masih tersungkur.
Tania tak menolong Lexi, malahan dia membalikkan badan dan mengambil langkah segera keluar ruangan Lexi, tapi tiba-tiba ....
"Jangan pancing kesabaranku, Nathania Diandra Wijaya! Aku sudah berusaha sabar atas kelakuanmu! Don't push me harder ...." Lexi memegang tangan Tania dan menarik paksa tubuhnya serta mendekapnya erat.
"Lepaskan! Lepaskan aku, Lexi! Kau gila!" seru Tania sambil memukul-mukul lengan Lexi yang kekar.
"Hahahhahah, pukul! Pukul saja sepuasmu atau kalau perlu gigit saja lenganku! Tapi lengan ini kelak yang akan menjadi pelindungmu!" sahut Lexi dan seketika Tania membelalakkan matanya dan menghentikan pukulannya.
"Kenapa berhenti? Apa kau sudah lelah? Ayo pukul lagi lenganku!" perintah Lexi masih mendekap Tania dengan erat.
"Kau ... tahu statusku, bukan? Meskipun aku tak bersama dengannya, tapi dia masih suamiku. Kami ... belum bercerai. Jadi rasanya tak pantas bila wanita yang masih menyandang status istri terlihat bersama orang lain."
"Dia? Oh, maksudmu dosen itu, Andre? Memangnya kenapa? Bagiku tak masalah! Justru aku senang jika ada orang lain yang menyukaimu! Itu berarti kau memang layak untuk diperebutkan dan dimiliki! Karena kau tahu ... aku bosan dengan wanita penurut dan datar. Aku menyukai tantangan!" bisik Lexi di telinga kanan Tania.
Tentu saja ucapan Lexi membuat Tania membelalakkan matanya. "Kau sakit, Lexi!! Apa kau pikir aku ini barang yang bisa kau pakai dan kau buang sesukamu!? Kau benar-benar sakit!" tegas Tania dan langsung melepaskan dekapan Lexi dengan paksa.
"Terserah kau mau bilang apa, Tania. Tapi pantang bagi Lexi untuk menjilat ludahnya sendiri! Jika aku ingin sesuatu, maka aku harus mendapatkannya! Tak peduli bagaimanapun caranya! Akan aku dapatkan!" tegas Lexi menyeringai.
Tania membalikkan badannya dan menatap tajam ke arah Lexi, "Selamat tinggal Tuan Richard Lexi!"
Banggg ....
Suara bantingan pintu yang keras menggema di seluruh ruangan Lexi. Tanganny mengepal dan napas yang tak beraturan menandakan dia sedang dalam keadaan yang tak baik,. Lexi segera mengambil ponselnya dan menekan nomor menghubungi seseorang. "Gregory, pantau dan awasi Tania! Jangan biarkan ia keluar Rusia. Sekali saja kau berbuat kesalahan, kubunuh kau!!" dengan emosi, Lexi langsung menutup ponselnya dan berkata, "Kau pikir kau bisa lari, Nathania Diandra Wijaya?"
Tak lama, dia kembali membuka ponselnya dan menghubungi seseorang, "Sayang, di mana kau? Bisa kita bertemu sekarang? I miss you. Makan siang aku akan menjemputmu."
Seringai bak serigala benar-benar telah ditunjukkan oleh seorang Richard Lexi! Kali ini dia bukan lagi seorang kurator ataupun CEO yang berkharisma, tapi lebih seperti serigala yang benar-benar kelaparan!
****
Kediaman keluarga Hendrikova
Eva Laika mendatangi keluarga Hendrikova dengan membawa buket mawar putih kesukaan Maria Anna Hendrikova, ibunda Richard Lexi yang memang menyukai tanaman. Dengan gaya anggunnya, Eva mulai memasuki rumah yang lebih tepat dikatakan sebagai blue castle karena sebagian besar warna kediaman Maria Anna bertempat tinggal berwarna biru laut yang meneduhkan. Memasang senyum ala putri bangsawan, Eva bersiap akan bertemu dengan calon mertua dalam pikirannya. "Selamat siang, Tante. Apa kabar?" sapa Eva Laika sambil memberikan hormat ala bangsawan kepada Maria Anna.
"Eva, apa kabar Sayang? Sini ... sini, duduk dekat Tante," ajak Maria Anna tersenyum.
"Iy, Tante." sahut Eva tak butuh waktu lama untuk bisa mengambil hati seorang Maria Anna luka Hendrikova.
"It's been long time, Dear kita tak pernah jumpa. Bagaimana kabar papamu, Eva?"
"Papa baik-baik saja, Tante. Beliau menyampaikan salam untuk Tante. Tadinya papa ingin sekali bertemu dengan Tante, tapi karena ada urusan mendadak, Papa harus pergi ke Belanda."
"Hmmm, begitu y. Tuan Joni memang orang yang sangat sibuk ya," sahut Maria Anna.
Eva hany tersenyum mendengar jawaban Maria dan kemudian dia memberikan sebuah buket mawar putih yang masih segar dengan pot berlapis emas.
"Ini, Tante ..." ucap Eva.
"Apa ini? Oh, what a beautiful white rose. Eva, kamu ga perlu sampai seperti ini, Sayang. Kamu selalu membawakan Tante bunga-bunga yang Tante suka, kamu memang perhatian, ya." Puji Maria seraya mengelus pipi putih mulus Eva.
Merasa telah mengambil hati sang calon mertua, Eva kemudian berkata, "Tante, apa nanti malam Tante bisa datang untuk nakan malam di rumah?"
"Oh, apakah sedang ada acara Eva?" tanya Maria penasaran.
"Tidak ada, Tante. Hanya makan malam biasa. Aku juga sudah mengundang Lexi untuk bisa hadir nanti malam," sahut Eva tersenyum mengembang.
"Baiklah, Tante pasti akan datang dan Lexi juga akan Tante pastikan untuk datang."
Dengan seringainya, Eva berguman, "Kau lihat, Lexi! Bukan hanya kau yang bisa memerankan peran jahat dan muka dua! Aku pun bisa melakukannya, bahkan jauh lebih baik darimu!"
Four Seasons Hotel, St. Petersburg
Kamar 212, kamar di mana dua insan beda kelamin sedang memadu kasih dan menikmati tiap suara kenikmatan yang bisa membuat siapapun terangsang karena desahan seorang wanita yang begitu menggoda telinga. Ya! Di kamar itulah, Lexi dan Ardelle Celestia, adik kandung Andrea Quinza sedang menikmati kebersamaan dan kemesraan mereka seraya diselingi desah dan jari jemari nakal Lexi yang mampu menemukan titik lemah seorang Ardelle Celestia.
"Sayang, hari ini kau tampak sangat berbeda. Ada apa?" tanya Ardelle disela 'kegiatannya' di atas kasur empuk president suite Four Seasons Hotel.
"Tak ada. I'm good. Aku hanya takjub melihat kau begitu liar dan menggoda," kilah Lexi seraya memainkan jari jemarinya di titik intim Ardelle
Ardelle yang merasakan kenikmatan luar biasa dari tangan-tangan Lexi tak mampu berkata apapun lagi! Pikirannya langsung kosong dan melayang, hanya ada bunyi kenikmatan dan rasa puas yang merasuki wanita seksi itu.
"Ah, Sayang ... kau sangat on fire hari ini. Apa ada sesuatu yang mengganjal? Tak biasanya seperti ini," Ardelle penasaran.
Namun bukan jawaban yang didapatkan Ardelle, melainkan sebuah posisi kenikmatan di atas segalanya yang membuat ia mengerang hingga kesakitan.
"Ah, Le---Lexi! Sayang ... ah ..."
Namun erangan Ardelle sama sekali tak digubris oleh Lexi! Dia bahkan menambahkan kekuatannya mendorong tubuh Ardelle dengan batang kejantanannya hingga Ardelle mencapai titik klimaks.
"Lihat! Lihatlah Tania! Apa yang bisa kulakukan dengan wanita ini! Seandainya kau bisa melihat apa yang sedang aku lakukan sekarang ini!" gumam Lexi semakin liar membenamkan Ardelle dalam pusara kenikmatan.
Akhirnya, setelah hampir 2 jam memanaskan suhu tubuh, Ardelle dan Lexi bisa bersantai dan menghirup napas dengan teratur. Ardelle yang merebahkan kepalanya di atas dada bidang Lexi sempat tertidur untuk sesaat sebelum CEO serigala itu berkata, "Kita sudahi saja hubungan kita, Ardelle."
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb