Share

Bab 42 Wanita di Lingkaran Serigala

"Kita sudahi saja hubungan ini." ucap Lexi memejamkan matanya.

Ardelle yang mendengar kata-kata Lexi yang baru saja ia ucapkan langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah Lexi lekat.

"A--apa? Apa maksudmu? Berakhir?" tanya Ardelle tak percaya.

Lexi mengangguk, "Benar. Berakhir!"

"Tapi kenapa? Kenapa Lexi? Apa--apa salahku? Apa salahkku!!" Ardelle mengguncang bahu Lexi dengan kencang.

Tak ada tanggapan dari sang serigala! Sebaliknya, Lexi segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan Ardelle yang terus menuntut jawaban.

"LEXI! I'M TALKING TO YOU!! LEXI!!! COME BACK HERE!!!" teriak Ardelle dari atas kasur seraya menutupi tubuhnya yang tanpa selembar helai benang.

Beberapa menit kemudian, Lexi yang telah selesai mandi segera keluar dan melihat Ardelle telah selesai berpakaian dan menunggu Lexi seraya duduk dan menghisap sebatang rokok dengan jari-jari gemetar. Lexi hanya bergeming melihat Ardelle dengan tatapan datar dan tanpa banyak kata, dia mengenakan pakaiannya dan bersiap meninggalkan Ardelle.

"Kau mau langsung pergi? Begitu saja? Setelah puas, lalu kau buang diriku! Apa kau pikir aku ini wanita jalang, Lexi?" sahut Ardelle dengan suara gemetar menahan tangis dan menghisap rokok yang masih mengapit di jari telunjuk dan tengahnya.

Dengan menarik napas panjang, Lexi mendekati Ardelle dan berkata, "Lalu apa maumu sekarang? Apa kau mau aku menikahimu atau kau mau uang?" 

"Persetan dengan uangmu, Lexi! Aku tak butuh uangmu! Aku hanya ingin kau ... dirimu ... hanya itu yang aku mau!!"  emosi Ardelle tak kuasa menahan bendungan air mata.

"Hahahhaha, diriku? Kau mau diriku? Apa untungnya bagiku jika aku memilikimu?"

"M--maksudmu?" kejut Ardelle.

"Ingat Ardelle Celestia Quinza! Kau seperti ini juga berkat campur tanganku! Aku bisa saja meruntuhkan karirmu dalam hitungan detik jika aku mau!" seringai Lexi.

"Apa! Apa yang kau bicarakan Lexi?"

Lexi kemudian mengambil ponsel miliknya dari balik jasnya dan menunjukkan foto-foto Ardelle yang topless dan dalam posisi yang 'menggoda iman'.

"I---ini ... apa--apa ini? LEXI!!!" teriak Ardelle sangat terkejut melihat foto-foto dirinya dalam keadaan topless.

"Bagaimana? Apa kau mengerti sekarang, Sayangku?" seringai Lexi.

Ardelle mematikan puntung rokoknya dan ...

PLAK!!!

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah tampannya. Cetakan tangan berwarna merah di pipi sebelah kirinya menandakan bagaimana dia memperlakukan seorang wanita seperti Ardelle Celestia Quinza!

"Inikah caramu memperlakukanku? Selama dua tahun kau tak pernah seperti ini padaku! Apa karena wanita itu? Tania?" 

"Aku hanya bosan denganmu! Tak ada tantangan, tak ada adrenalin yang bisa aku keluarkan!" sahut Lexi.

"KAU!!!!" Ardelle hanya mengepalna tangannya sambil menatap tajam Lexi dan berkata, "Apa yang kau inginkan?" 

"Smart girl! Aku telah menyiapkan passport untukmu, bisakah kau kembali ke Praha?"

"APA!?? WHAT THE HELL ARE YOU TALKING 'BOUT? PRAHA? LEXI???!!" Ardelle memundurkan langkahnya dan berdiri dengan tubuh gemetar.

"Iya, Praha. Kenapa? Tidakkah kau rindu dengan keluargamu? Orang tuamu atau kakakmu, Andrea Quinza?"

"Kau!! Jangan coba-coba menyakiti kakakku atau ..."

"Atau apa? Kau mengancamku, lagi? Dengar Ardelle, kau itu bagiku hanyalah lebah yang manis tapi tak bersengat! Kau hanya pemanis di ranjangku, tapi tak bisa memacu adrenalinku!"

"Lalu bagaimana dengan wanita itu?"

"Wanita itu?" 

"Wanita yang bernama Eva Laika? Meskipun kau tak mengatakannya tapi aku tahu siapa dia! Dulu ... dulu kalian pernah menjalin hubungan, 'kan? Dulu kalian pernah bersama! Dulu ..."

"Jika iya, kenapa? Masalah bagimu? Sudahlah! Aku sudah mengatakkan apa yang ingin aku katakan! Cepat tinggalkan Rusia dan kembali ke Praha atau aku tak segan-segan menghancurkan karirmu, keluargamu, kakakmu dan semua masa depanmu!" ancam Lexi dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam.

"Berapa banyak,Lexi? Berapa banyak wanita yang akan ada di lingkaranmu? Semudah itukah kau mendapatkan dan meninggalkan mereka? Kau benar-benar manusia berbulu serigala!!" kesal Ardelle namun tak bisa melampiaskan kekesalannya.

"Bye! Don't let me to see your face ... forever!!" Lexi akhirnya meninggalkan Ardelle sendiri di kamar mewah namun terkesan dingin. Dengan uraian air mata, Ardelle berucap, "Suatu saat nanti, Lexi! Suatu saat nanti, Tuhan akan membalas semua perbuatanmu padaku! Kau dan wanita yang menjadi pendampingmu!"

Lexi keluar dari hotel mewah yang ada di kota St. Petersburg tersebut dan segera menuju mobil sport merah keluaran brand ternama Eropa dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Bagaimana Tania?"

"Hnn, begitu. Baiklah! Tetap awasi dia! Aku akan ke sana 15 menit lagi."

Lexi mematikan dan melepaskan earphone bluetooth-nya dan menambah kecepatan pada kendaraan roda empatnya menuju tempat Tania menginap.

Lotte Hotel Moscow

Tak berapa lama, Lexi tiba di depan pintu masuk hotel bintang lima di kota Moscow itu. Tampak seorang vallet mendatangi Lexi dan memakirkan mobil sport merah mewahnya. Mata hijau itu menyeloroh sekitar hotel dan melihat mobil yang biasa ia gunakan untuk pergi ke kantornya ada di tempat itu beserta sang supir pribadi, Gregory. Dengan anggukan kepala, Lexi memberi tanda pada supir pribadinya untuk segera meninggalkan hotel tempat Tania menginap. Dan tanpa membuang waktu, Lexi segera menghampiri kamar di mana Tania berada.

Kamar Tania

"Brengsek! Keparat! Kurang ajar! Apa dia tak tahu bagaimana cara memperlakukan wanita, hah!!" umpat Tania dengan kesal seraya membanting tas branded miliknya di atas kasur.

Pikirannya masih terngiang akan peristiwa yang ia terima di kantor Lexi hari ini. Benar-benar peristiwa yang akan selalu membekas di pikiran dan hatinya. Tania mulai membersihkan wajahnya dengan pembersih wajah yang ada di mejanya. Sapuan demi sapuan lembut ia usapkan ke wajah mulusnya, pemerah bibir yang menempel di bibir mungilnya tak luput dari tangannya. Dan setelah wajahnya bersih, tampaklah wajah asli Tania yang tak diketahui oleh Lexi sebelumnya. Dengan helaan napas panjang, Tania melihat pantulan dirinya di cermin yang tak begitu besar ukurannya. Seakan meratapi nasibnya yang penuh kemalangan, Tania berucap, "Apa dosaku di masa lalu? Mengapa semua impianku sirna dan hancur saat aku sedang berbahagia?"

Tok tok tok

Seruan ketukan pintu terdengar dari balik kamar Tania. Gedoran pintu yang tak kunjung berhenti membuat Tania naik darah dan segera membuka pintu untuk memarahi orang yangbtelah membuat kebisingan di kamarnya.

"Apa An ..." matanya membelalak. Tak menyangka jika Lexi sudah ada lagi di hadapannya.

"Anda? Tu--Lexi? Ada apa lagi?" tanya Tania dengan intonasi dingin.

"Apa kau lupa jika kita akan pergu?" sahut Lexi menyunggingkan senyumannya.

"Apa? Bukankah sudah kukatakan Tuan Lexi, aku tidak akan pergi ke manapun dan dengan siapapun! Apakah ucapanku tak kau mengerti?" kesal Tania berkacak pinggang.

"Ckckckckck, Tania ... hati-hati Sayang, nanti wajahmu akan dipenuhi kerutan yang bisa membuatnya tak menarik lagi."

"Kau!!!" Tania benar-benar telah habis kesabaran dan emosi. Dia hanya menatap tajam Lexi dan berusaha untuk tak memancing keributan di tempat umum.

"Jadi, bisakah aku masuk?" tanya Lexi membungkukkan badannya dan wajahnya di dekatkan pada Tania.

"Oke ... oke ... silakan masuk!" sahut Tania terpaksa membiarkan Lexi masuk ke dalam kamarnya.

"Silakan jika kau mau ganti baju. Aku akan menunggumu." Ucap Lexi dengan penuh percaya diri seraya memainkan ponselnya di sudut ruang tamu tipe president suite itu.

Tania benar-benar geram! Tangannya terus saja mengepal dan netra tajamnya tak pernah lepas dari Lexi. "Cepatlah, kau bilang mau ganti baju ..." sahut Lexi masih memainkan ponselnya 

Tak lama, Tania yang telah selesai berganti dengan mini dress warna merah dengan potongan V di bagian leher hingga ke dada serta heels 7cm dan full make up serta rambut coklatnya yang dibuat bergelombang membuat Lexi tak dapat mengedipkan matanya. Dia langsung berdiri, menghampiri Tania dan melingkarkan tangannya ke pinggang ramping fotografer seksi itu.

"Lepaskan tanganmu!" ketus Tania.

"Oke, as you wish," Lexi melepaskan tangannya dan kini ia meminta Tania mau menggandeng lengannya layaknya di film Pretty Woman. "Bagaimana? Apakah aku sudah seperti Richard Gere dan kau Julia Roberts?" kelakarnya.

Tania hanya bergeming tanpa ekspresi dan menuruti apa yang Lexi inginkan. Akhirnya mereka berdua meninggalkan Lotte Hotel Moscow dan pergi ke temlat yang Tania sendiri pun tak tahu mau ke mana. Selama di perjalanan, Tania hanya diam sambil menikmati pemandangan bangunan-bangunan tua yang eksotis dan mengagumkan. "Kau tak apa?" tanya Lexi seraya mengemudi.

Tania hanya mengangguk. "Sebentar lagi kita sampai," sahut Lexi.

Seakan tak mengindahkan ucapan Lexi, Tania terus bergeming dan Lexi terus bicara. Sebuah pagar hitam yang menjulang tinggi serta runcing menyambut kedatangan Lexi dan Tania. Pria itu segera menuju interkom dan tak lama, pagar tersebut terbuka secara otomatis dan tampaklah sebuah mansion megah dan indah layaknya di cerita-cerita Walt Disney. Warna putih mendominasi mansion nan megah itu, di sisi kiri dan kanan terdapat pohon pinus serta taman yang tertata rapi.

"Amazing!!!" takjub Tania spontan bersuara.

"Kau suka? Jika kau suka, aku akan membuatkannya untukmu." sahut Lexi menggandeng tangan Tania.

"Eh ...." Tania terperangah.

"Selamat malan, Tuan Lexi. Selamat datang di keluarga Medyedev." ucap kepala asisten rumah tangga keluarga Medyedev.

"Medyedev? Bukankah itu ..." Tania bergumam dan tak berapa lama, Eva turun dari lantai atas rumahnya dengan mengenakan pakaian yang hampir sama dengan Tania, mini dress hitam dengan potongan V hingga ke bagian dada dan heels hitam 7cm serta ditambah gelang berlian pemberian Lexi beberapa tahun yang lalu. Tak pelak kedua netra wanita cantik ini sama-sama terkejut!

Lexi hanya menyeringai dan berkata, "Selamat malam, Nona Eva Laika. Bagaimana kabar Anda?" 

Eva yang masih terkejut langsung mengepalkan tangannya menahan emosi dan berkata, "Aku baik-baik saja, Tuan Lexi. Nona Tania, apa kabar?" Senyum Eva.

"Baik, Nona Eva. Trima kasih."

Tak lama kemudian, sebuah limosin hitam berhenti tepat di pintu rumah Medyedev. Tania dan Lexi berbalik badan dan melihat gerangan pemilik limosin tersebut. Sementara Eva menyeringai dan turun menghampiri mobil panjang itu dan berucap, "The show began!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status