Tania yang masih merasakan kesedihan karena menerima telepon dari snag suami yang telah ada di dalam buku hitamnya langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih nan empuk dalam kamar hotel president suite-nya. Netranya dibenamkan dalam bantal putihnya, sisa air mata masih tampak terlihat di sudut kedua matanya, eyeliner yang waterproof pun tak mampu membuat mata indahnya terlihat indah saat ini. Tarikan napas panjang dan berat sesekali dikeluarkan dari bibir mungilnya. Mata berkontak lens biru langit itu seakan memancarkan kesedihan yang tak lagi dapat ditaham oleh mega. Layar ponsel yang telah matibpun tetap dipandangi oleh Tania, entah apa yang saat ini dia harapkan. Netra yang diselipkan dengan kesedihan dan kerinduan akan hadirnya seseorang di sisi Tania membuatnya bagaikan perempuan yang haus akan kasih sayang. "Ya Tuhan ... apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan? Kenapa pikiranku jadi melayang kemana-mana?" Tania segera bangun dari kasurnya dan tiba-tiba ponsel miliknya berdering disela-sela bantal yang berantakan.
"Lexi?" ucap Tania melihat ke layar ponselnya.
Diam ...
Sekali lagi, ponsel miliknya berdering dengan penelepon yang sama, Richard Lexi.
"Mau apa lagi dia?" batin Tania kemudian menjawab panggilannya.
"Selamat siang, Tuan Lexi. Ada yang bisa saya bantu?"
[Selamat siang, Tania. Apa kau sedang sibuk?]
"Tidak. Ada apa, Tuan Lexi?"
[Aku ingin kau menemaniku.]
"Apa? Me--nemani Anda? Menemani apa? Dalam rangka apa?"
[Aku diundang oleh salah satu pengusaha top Rusia dan dia baru saja meneleponku dan mengundangku makan malam, jam 7 malam ini. Dan kupikir ini akan jadi kesempatan baik untukmu jika kau ingin melebarkan sayap di sini.]
Tania bergeming, sesaat memikirkan ucapan Lexi dan berkata, "Dan jika aku menolak?"
[Hahaaaha, Nona Tania ... Anda tak akan mungkin menolak jamuan undangan kali ini. Jamuan kali ini akan terasa sangat spesial.]
"Maaf, Tuan Lexi. Bukan bermaksud lancang atau tak menghargai Anda, tapi sepertinya Anda salah orang. Saya bukn siapa-siapa Anda, tapi kenapa ..."
[Bukan siapa-siapaku? Jadi, kau tipe wanita yang perlu bukti ya, Nona Tania? Baiklah kalai itu maumu! Mulai sekarang aku akan menunjukkan siapa Richard Lexi yang sebenarnya.]
Beeepp ....
Lexi pun mematikan ponselnya. Tania semakin tak mengerti dengan jalan pikiran pria asing itu. Ada rasa takut serta was-was yang menyergapnya. Tak berapa lama, pintu kamar hotel Tania menginap diketuk dengan sangat kencang. Tania segera beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah ke pintu kamarnya.
"Ya ...."
Mata Tania terbelalak kaget! Seorang pria berbadan tinggi besar tengah berdiri di hadapannya. Netra biru laut, rambut pirang sebahu dan tindikan di pelipis sebelah kanannya membuat Tania bergidik ngeri.
"Si---siapa Anda?" tanya Tania agak takut.
"Anda Nona Tania? Silakan ikut saya," ucap pria berbadan tinggi besar itu pelan.
"Ya, saya Tania. Tapi Anda siapa?" tanya Tania sekali lagi.
"Maaf, saya tak bisa menyebutkan identitas saya. Saya hanya diminta untuk membawa Anda," jelas pria itu masih berbicara dengan sopan dan pelan.
"Diminta?" gumam Tania. "Siapa yang memintamu?" tanya Tania lagi seakan ingin memancing kesabaran pria bertubuh subur itu.
"Nona Tania! Tolong ikut saja dan jangan banyak tanya atau saya akan membawa Anda secara paksa!" ancam pria itu kehilangan sabarnya.
Sentakan pria itu sempat membuat Tania kaget dan mau tak mau Tania terpaksa mengikuti kemauan pria bertubuh bongsor itu tanpa tahu siapa yang memintanya untuk pergi.
"Baiklah, aku ganti baju dulu. Silakan masuk," ucap Tania seraya membuka pintu dan tangannya.
"Tidak perlu Nona. Saya akan tunggu di luar," sahut pria itu.
Tania segera menutup pintunya dan berganti pakaian. Sekitar 10 menit kemudian Tania keluar dari kamar hotelnya dan telah berganti pakaian dengan mengenakan jeans skinny biru muda, kaos putih agak lebar yang dimasukkan ke dalam celananya, high heels 7cm wrna hitam serta tas selempang kecil warna merah keluaran merk terkenal dan kacamata hitam besar. Penampilan yang kasual namun terlihat seksi di mata kaum adam ketika melihat kaki jenjang milik Tania dan rambut cokat gelapnya yang dibiarkan terurai.
"Silakan, Nona ...." Pria itu membuka mobil sedan berwarna biru metalik keluaran merk ternama di Eropa.
Tania sempat tak bergerak dan hanya berdiri di depan pintu mobil yang telah dibuka. "Nona ..." panggil laki-laki berbadan tegap itu.
Tak lama kemudian, Tania masuk ke dalam sedan itu dan meninggalkan hotelnya menginap.
"Kelinci telah meninggalkan kandangnya, Tuan."
Tak jauh dari Lotte Hotel Moscow, dua orang berpkaian biasa dengan kacamata hitam sejak tadi mengawasi Tania dan laki-laki tersebut. Tak lama kemudian, mereka mengikuti sedan biru metalik yang membawa Tania pergi dan berhenti di sebuah gedung megah, paling tinggi di kota Moskow dan arsitektur modern.
"Silakan, Nona." Laki-laki itu membukakan pintu mobil bagi Tania dan meminta Tania untuk segera turun.
Masih dengan kebingungan, Tania melihat sekitar gedung itu yang sedang hingar bingar dan memandang ke atas dengan memakai kacamata hitamnya karena pantulan sinar matahari yang bisa membuat pandangannya kabur.
"Ini 'kan ...." Mata Tania terbelalak! Seolah dia tahu sedang ada di mana saat ini. "Tuan, apa ini ..." Tania menunjuk gedung kokoh yang berdiri di depannya.
"Silakan, Nona." Laki-laki itu tak banyak membantu. Dia langsung meminta Tania untuk segera masuk ke gedung itu.
Dengan menggunakan lift khusus, Tania beserta laki-laki tadi telah sampai di lantai paling atas gedung pencakar langit tersebut. Dengan rasa cemas dan was-was sekali lagi, Tania melihat seluruh area satu lantai di gedung tersebut dan dia terus berpikir jika dia pernah datang ke tempat ini.
Tok tok tok
Sebuah ruangan yang hanya ada satu saja di lantai paling atas gedung itu terpampang sangat jelas di hadapan netra Tania.
"Masuk!" sebuah suara berat seorang pria sangat jelas didengar oleh Tania dan kini ia tahu pasti siapa yang sedang menanti dirinya.
Tanpa banyak kata, Tania segera melangkah melewati laki-laki tegap itu dan membuka gagang pintu ber-stainless steel tersebut.
"Sekarang aku tahu di mana aku saat ini, Tuan Lexi!" seru Tania berdiri berhadapan dengan Lexi dan netra yang saling bertemu.
"Hahahha, Anda sangat pintar Nona Tania. Tak salah jika aku memilih Anda ..." Lexi melihat anak buahnya yang datang bersama Tania dan mengibaskan tangan kirinya menyuruhnya keluar ruangan.
"Memilih? Apa maksud Anda Tuan Lexi?" Tania menatap tajam netra Lexi yang tak henti memandangnya dengan penuh birahi.
Lexi kemudian bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Tania yang berdiri dekat dengan sofa di ruangannya. Perlahan tapi pasti, langkah kaki Lexi sedikit demi sedikit mendekati Tania dan kini netra hijau Pegunungan Altai itu bertemu dengan netra coklat elang yang sedang gundah dan risau mencari tempat yang tak kunjung dapat untuk bersarang. Tania yang merasa terpojok, memundurkan langkahnya dengan cepat. Namun sayang, kakinya tertahan oleh meja yang ada di belakangnya dan ....
BRUK!!
Tubuh Tania jatuh telentang di meja kayu untuk menerima tamu di ruangan Lexi. Kaos putih yang dikenakan Tania pun tak kalah membuatnya gugup. Bagaimana tidak! Kaos putih yang dikenakan Tania sedikit transparan dan alhasil penahan bagian depan tubuh Tania pun terlihat agak jelas dan menyesuaikan dengan ukuran dadanya. Warna pink pada penahan bagian tubuh depan Tania seolah 'memancing' batang kejantanan Lexi untuk segera beraksi. Tubuh Lexi yang kini berada di atas Tania membuatnya leluasa bergerak dan memainkan jari-jemari nakalnya. Sedangkan Tania yang berada di bawah, terlihat hanya pasrah dan seperti terhipnotis oleh mata hijau hazel, paras rupawan serta bibir merah alami sang CEO tampan.
"T--Tuan Lexi ..." ucap Tania gemetar.
"Sssttt, kau tahu Tania kau sangat cantik dan menawan. Kau wanita penuh misteri ... dan aku suka dengan wanita yang penuh dengan misteri." Lexi mulai memainkan jemarinya di wajah sang fotografer tersebut.
"Tuan Lexi! Apa Anda sadar apa yang sedang Anda lakukan sekarang ini?" tanya Tania mulai kesal.
"Tentu saja aku sadar! Tapi aku tak ingin menyudahinya. Bagaimana?" tantang Lexi memegang kedua tangan Tania dan menariknya ke atas kepalanya. Sementara jemari Lexi mulai menarik kaos yang dikenakan oleh Tania dengan paksa dan kasar! Dibukanya kaos putih itu dan ....
"Tidak! Tidak Tuan Lexi! Tidakkk ...."
--Bersambung--
Lexi Czar Expedition"Tidak! Tidak! Tidakkkkk ...""Nona Tania ...hei!" Lexi menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya tepat di depan wajah Tania. Tentu saja Tania yang sedang berdiri mematung dan melamun tampak terkejut dan tak sadar jika Levi sudah ada di depannya."Ya Tuhannnnnn, ilusi macam apa yang aku pikirkan barusan?" gumam Tania menahan malu di depan Lexi."Apa kau baik-baik saja?" tanya Lexi memperhatikan dengan saksama wajah Tania."Oh, ya! Aku--aku baik-baik saja, thanks.""Jadi, kau bisa menemaniku, 'kan?" tanya Lexi mendekatkan wajahnya pada Tania.Tania sangat grogi ketika Lexi mendekati wajahnya hingga ia bisa merasakan deru napas CEO tampan tersebut. "A---aku ...""Aku tak ingin ada penolakan!" sahut Lexi meskipun dengan suara datar ia bicara tapi seperti ingin menyatakan ketegasan sikapnya."Dan jika aku menolak?" sahut Tania seakan menantang sang serigala ...Tiba-tiba Lexi dengan cepat mem
"Kita sudahi saja hubungan ini." ucap Lexi memejamkan matanya.Ardelle yang mendengar kata-kata Lexi yang baru saja ia ucapkan langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah Lexi lekat."A--apa? Apa maksudmu? Berakhir?" tanya Ardelle tak percaya.Lexi mengangguk, "Benar. Berakhir!""Tapi kenapa? Kenapa Lexi? Apa--apa salahku? Apa salahkku!!" Ardelle mengguncang bahu Lexi dengan kencang.Tak ada tanggapan dari sang serigala! Sebaliknya, Lexi segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan Ardelle yang terus menuntut jawaban."LEXI! I'M TALKING TO YOU!! LEXI!!! COME BACK HERE!!!" teriak Ardelle dari atas kasur seraya menutupi tubuhnya yang tanpa selembar helai benang.Beberapa menit kemudian, Lexi yang telah selesai mandi segera keluar dan melihat Ardelle telah selesai berpakaian dan menunggu Lexi seraya duduk dan menghisap sebatang rokok dengan jari-jari gemetar. Lexi hanya bergeming melihat Ardelle deng
Kediaman Keluarga MedyedevKedatangan Lexi yang membawa Tabia membuat Eva Laika merasa tak senang. Namun demi mendapatkan kembali perhatian dan cinta seorang Richard Lexi, Eva rela melihat pujaannya datang dan menggandeng wanita lain di depan matanya. Namun kekesalan Eva Laika atas sikap Lexi tak bertahan lama, sesaat setelah kedatangan Lexi dan Tania, sebuah limosin hitam berhenti di muka pintu kediaman Medyedev. Sontak, Eva dengan senyum seringainya segera menghampiri limosi tersebut dan membuat Lexi juga Tania bertanya siapa gerangan yang ada di dalam mobil panjang tersebut. Tak lama berselang, sesosok wanita dengan mengenakan gaun malam lebar ala victoria berwarna biru dengan kalung berlian berliontin batu tosca kuning gading serta rambut yang digulung ke atas turun dari mobil panjang hitam itu. Dengan anggun, wanita yang sudah berumur itu berjalan dan tersenyum ke arah Eva Laika."Tante, selamat malam." Sapa Eva Laika memberi hormat ala bangsawan pada Maria Anna L
Maria Anna Luka Hendrikova, Richard Lexi, Tania dan sang tuan rumah, Eva Laika terlihat berada di meja makan besar dan panjang di kediaman keluarga Medyedev. Namun tak seperti makan malam yang diharapkan! Suasana tegang dan dingin membalut makan malam itu seperti di rumah berhantu. Penuh misteri dan teka-teki. Netra biru Maria yang tak pernah luput dari Tania membuat wanita cantik yang duduk di sebelah serigala Lexi sangat tak nyaman. Lexi sejak awal mengetahui jika sang mama telah menjadikan Tania sebagai 'target' dirinya. Namun, Lexi juga tak ingin mempermalukan Eva yang dulu memiliki hubungan spesial dengannya."Eva, kapan papamu akan kembali dari Belanda?" tanya Maria seraya mengangkat gelas berisi wine jenis rose wine."Mungkin esok atau lusa, Tante.""Begitu ya, sayang sekali ... padahal ada yang ingin Tante bicarakan dengan papamu. Tante pikir dia akan langsung kembali dari Belanda." Hembusan napas panjang di keluarkan Maria di sela minumnya.
Lotte Hotel MoscowMalam telah menunjukkan pukul 23.30 waktu Rusia. Jalanan yang mulai sepi membuat Tania sedikit takut dan was-was. Meskipun kini dia berada di dalam mobil milik Lexi yang bisa disebut super car, namun tetap saja kecemasan masih melanda wanita cantik ini. Dengan bantuan GPS yang ada di mobil Lexi, dia dapat menemukan hotel tempatnya menginap dengan mudah. Beruntung, vallet hotelnya menginap tetap beroperasional selama 24 jam. Dengan langkah cepat, Tania segera memasuki lift yang tengah terbuka dan langsung menekan lantai tempat kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih dan netranya menatap langit-langit di atas kamarnya."What a hard day ..." gumamnya tanpa ia sadari matanya mulai terpejam perlahan.****Lounge n Pub, St. PetersburgLexi yang tengah dalam keadaan gusar, galau dan putus asa menenggelamkan dirinya dalam minuman beralkohol jenis vodka dan beberapa minuman alkoh
"Itu 'kan ...." Sepasang netra dengan kontak lens warna coklat gelap melihat dengan jelas Tania pergi bersama dengan beberapa orang pria. Tangannya langsung meraih ponsel yang ada di dalam tasnya dan mengikuti hingga ke depan pintu hotel dan mengambil gambar Tania beserta ketiga pria berbadan tegap tersebut."Hahaahaha, Tania! Wanita 'suci' di mata Lexi yang ternyata tak lebih dari wanita jalang!" ucapnya seraya menyeringai.Tanpa pikir panjang, seseorang tersebut langsung mengirimkan foto Tania dengan para pria yang pergi dengannya ke nomor Lexi dan tersenyum sangat puas! "Let me open your eyes, Richard Lexi Hendrikova!" tawa seseorang itu dan menyipitkan netranya di balik lensa kacamata berwarna hitam.****Kediaman Richard Lexi, RublevkaTinggggg ...Bunyi bertubi-tubi pesan yang masuk di ponsel milik Lexi membuatnya sedikit terusik. Sambil membuka matanya perlahan, Lexi meraba-raba ponsel yang ia letakkan di sisi kanan dekat meja l
BANG!!!Sebuah tendangan benda keras mengejutkan Tania dan Maria. Para bodyguard Maria pun segera pergi melihat dan menyelidiki dari mana suara hentakan keras tersebut berasal. Usut punya usut, hentakan keras tersebut berasal dari atas, yaitu rumah utama keluarga Hendrikova."Cepat, cari Nona Tania sampai dapat! Cari di seluruh penjuru rumah ini!" perintah Yuri pada para anak buahnya.Segera, tak lama setelah perintah dari mulut Yuri meluncur, para anak buah pilihannya segera bergegas menyusur tiap sudut kamar dan ruang yang ada di mansion megah dan mewah itu.Lexi tak lama kemudian masuk ke dalam ruangan utama Hendrikova. Netra hijau Altai Lexi mulai menyeloroh seluruh ruangan yang ada di keluarga bangsawan itu. Sepi dan sunyi. Itulah gambaran kondisi kediaman Hendrikova sekarang ini. Tak ada asisten rumah tangga satu pun yang tampak terlihat oleh netranya. Kecurigaan Lexi semakin bertambah ketika dia tak melihat keberadaan sang mama dan berusaha menelep
Sebuah mobil van warna hitam tengah menanti di lubang yang cukup besar diameternya dan merupakan pintu masuk dungeon milik keluarga Hendrikova. Yuri serta beberapa pengawal pribadi Lexi membawa dan melindungi Tania jikalau ada serangan balasan dari pengawal keluarga Hendrikova. Tania yang mengalami luka di bagian lutut sebelah kanan dan siku sebelah kirinya segera mendapat pertolongan dari Yuri. Dengan telaten, Yuri membersihkan luka di lutut dan siku Tania dengan alkohol dan menutupinya dengan perekat."Anda baik-baik saja, Nona Tania?" tanya Yuri melihat wajah Tania yang pucat dan gemetar."A--Anda kenapa, Nona? Are you okay?" tanya Yuri sekali lagi kali ini ingin memegang tangan Tania namun yang terjadi adalah tepisan keras dari Tania!"JANGAN SENTUH AKU!!!" teriak Tania dari dalam mobil van yang masih berada di pintu masuk dungeon Hendrikova.Yuri dan para pengawal lainnya terkejut namun berusaha untuk menyembunyikannya, "Nona, tolong jangan teriak. J