Share

Bab 45 Melarikan Diri

Lotte Hotel Moscow

Malam telah menunjukkan pukul 23.30 waktu Rusia. Jalanan yang mulai sepi membuat Tania sedikit takut dan was-was. Meskipun kini dia berada di dalam mobil milik Lexi yang bisa disebut super car, namun tetap saja kecemasan masih melanda wanita cantik ini. Dengan bantuan GPS yang ada di mobil Lexi, dia dapat menemukan hotel tempatnya menginap dengan mudah. Beruntung, vallet hotelnya menginap tetap beroperasional selama 24 jam. Dengan langkah cepat, Tania segera memasuki lift yang tengah terbuka dan langsung menekan lantai tempat kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih dan netranya menatap langit-langit di atas kamarnya.

"What a hard day ..." gumamnya tanpa ia sadari matanya mulai terpejam perlahan.

****

Lounge n Pub, St. Petersburg

Lexi yang tengah dalam keadaan gusar, galau dan putus asa menenggelamkan dirinya dalam minuman beralkohol jenis vodka dan beberapa minuman alkohol yang ada di pub tempat ia biasa menghibur diri.

"Bartender!!!! One more!" seru Lexi yang sudah setengah mabuk.

"Maaf, Tuan Lexi. Tapi Anda sudah sangat mabuk. Apa saya perlu memanggil sekretaris Anda, Nona Yuri untuk datang menjemput Anda?" tanya salah seorang bartender di pub itu.

"Heh!! Siapa kau berani mengaturku! Apa kau mau seperti mamaku yang selalu membicarakan tentang norma dan etika, hah!!" teriak Lexi menarik seragam bartender pria itu dengan tiba-tiba.

"M--maaf, Tuan Lexi. Maafkan saya." bartender itu kemudian pergi dari hadapan Lexi dan sang serigala pun masih bergumul dengan vodka yang masih tersisa sedikit di botolnya. 

"Eits, sudah cukup! Kita pulang!" suara seorang wanita tiba-tiba datang dari samping Lexi dan memegang botol vodka yang sedang dipegang Lexi.

"Kau! Katrina?" sahut Lexi masih mengenali sepupu seksinya.

"Hah! What's matter? Kenapa mabuk?" tanya Katrina langsung duduk di sebelah Lexi.

"Nothin! Kenapa kau tahu aku di sini?" tanya Lexi penasaran.

"Just same like you, nothin!" sahut Katrina tersenyum lebar.

"Hahaha. Joseph, Jacob, atau ... Andre?" kelakar Lexi menenggak minumannya lagi.

"Yah, kau tahu aku 'kan? Aku hanya mau tubuh mereka, tapi tak pernah ingin ada ikatan." Katrina dengan santainya menjawab kata-kata Lexi dan ikut menenggak vodka dari gelas Lexi.

"You're sick!" sahut Lexi sambil tertawa.

"Bukannya kau juga sama, sepupu tampanku?" Katrina mendekatkan tubuhnya ke Lexi hingga netra hijau dan netra kontak lens ungu tua miliknya saling bertemu dan bertatapan, intim dan menggairahkan.

"Sayangnya ... you're not my type, Lexi!" Katrina langsung menarik diri setelah memancing 'panas' tubuh Lexi.

"Shitt!!!" ucapnya sambil tertawa lebar namun lama-lama terdengar seperti anak kecil yang menangis.

"Ada apa denganmu? Would you tell me?" tanya Katrina menatap sepupunya dengan tatapan sendu.

"Aku bosan!" sahut Lexi dengan nada kesal.

"Bosan? Bosan karena apa?" 

"Semuanya! Hidupku, nasibku, takdirku ... semuanya benar-benar membuatku muak!" sahut Lexi masih dengan nada kesal.

Katrina hanya bergeming, "Kita mabuk sampai pagi, bagaimana?" ajak Katrina menyenggol bahu sepupu tampannya itu.

"Hah, I wish I could! But I can't. Aku masih harus menjemput seseorang," balas Lexi melihat gelas vodka-nya yang telah kosong dan juga botol tinggi dan bening di depannya.

"Siapa? Tania?"

Lexi menganggukkan kepalanya. "Hari ini aku telah membuat seorang Eva Laika dan Maria Anna Luka Hendrikova murka, hahahhahhaaha ...."

"Maksudmu?" bingung Katrina dengan ucapan sepupunya itu.

"Eva mengundangku makan malam di rumahnya dan ternyata dia juga mengundang mama ..."

"Let me guessssss, kau mengajak Tania ke rumah keluarga Medyedev supaya Eva cemburu? Tapi, Tante Maria ...."

"Hampir benar! Tapi aku tak ada niatan untuk membuat Eva cemburu! Sebaliknya, aku ingin dia tahu posisinya di hatiku saat ini," jelas Lexi.

"Dan ... mama--mu?"

"Yah, aku juga tak menyangka akan bertemu dengan mama dan Tania harus mengalami kejadian ini," tambah Lexi.

"Lalu bagaimana dengan perjanjian 'mati' antara Medyedev dan Hendrikova? Bukankah kakek buyut telah membuat perjanjian darah dengan Medyedev?" 

"I don't care! Aku tak peduli dengan hal macam itu! Selama ini aku selalu menuruti apa yang mama inginkan, sekarang aku ingin hidupku sendiri!" tegas Lexi menatap tajam Katrina.

"Tapi Lexi, Tania itu 'kan ..."

"Apa? Menikah? Aku juga tak peduli! Apa kau lupa siapa aku? Serigala Tanah Lenin! Wanita mana yang tak tunduk padaku? Jika aku inginkan Tania, maka harus kudapatkan, bagaimanapun caranya! Sama seperti kau, 'kan yang menginginkan sesuatu harus mendapatkannya," sindir Lexi.

"Hahhaha, kau tahu aku, sepupuku sayang. Tapi ... yah, kurasa kini aku harus berubah. Berubah menjadi lebih baik." Katrina memandang Lexi dengan senyuman manis miliknya.

"Heiiiii ...." Rangkul Lexi ke bahu sepupu seksinya itu dengan pelukan hangat layaknya dua pasang insan yang dimabuk asmara. 

"Apa kau sudah selesai? Kuantar ke rumahmu," Katrina menawarkan diri.

"Hnnn, mobilku juga dipakai Tania hari ini. Aku menyuruhnya memakai mobilku.

"Apa? Tania memakai mobilmu? Which car?" tanya Katrina tertegun.

"Mobil sport kesayanganku ... the red ones."

"Aneh, padahal tak ada seorang pun yang boleh memegang apalagi sampai mengendarai mobil kesayangannya Lexi. Tapi Tania ..."gumam Katrina menatap punggung Lexi yang mulai tak sadarkan diri karena mabuk.

****

Lotte Hotel Moscow

Keesokan paginya, Tania terbangun ketika mendengar pintu kamar hotelnya diketuk-ketuk dengan cukup kencang dan tanpa henti. Suara bising itu membuat Tania spontan membuka langsung netranya dan melihat ke arah pintu kamar yang masih diketuk dengan kencang. Netranya melihat tubuhnya yang masih terbalut dengan pakaian yang semalam ia pakai sewaktu menghadiri undangan makan malam di keluarga Medyedev. Segera, Tania melangkah menuju pintu kamar hotelnya dan langsung membuka tanpa 'mengintip' di balik bolongan kecil yang ada di pintu kamarnya.

"Ya ..." sapanya ketika Tania membuka pintu dia terkejut karena di depan netranya berdiri tiga orang berbadan tegap dengan memakai pakaian yang sama dengan para pria yang membawa Lexi semalam.

"Kalian!!!" terkejut Tania membelalakkan matanya.

"Selamat pagi, Nona Tania. Kami datang  ke sini dan menemui Anda baik-baik. Dan kami ingin Anda bisa bekerjasama dengan kami," jelas salah satu dari ketiga pria tegap tersebut.

"Apa maksud Anda? Bekerjasama dalam hal apa?" netra Tania sedikit menyipit penuh curiga.

"Kami ingin Anda ikut dengan kami karena nyonya besar ingin bertemu dengan Anda," jelas mereka lagi.

Perasaan Tania semakin tak menentu. Dalam hatinya ia bergumam kenapa ia harus berurusan dengan pria macam Lexi yang penuh masalah! Dia hanya ingin ketenangan dan kenyamanan, lepas mulut harimau masuk kandang serigala! Begitulah kira-kira pemikiran Tania saat ini.

"Nona Tania! Kami tak memiliki waktu banyak! Kenapa Anda malah diam" sahut pria lainnya dengan nada emosi.

"Maaf, tapi saya tak ada hubungan apapun dengan Tuan Lexi jika nyonya besar kalian ingin tahu! Saya dan Tuan Lexi, kami hanya partner bisinis dan tak lebih, jadi jika nyonya besar mengira kami memiliki hubungan lebih ... sorry to say, NO WAYYYYY!!!" tegas Tania berniat menutup pintu kamarnya namun tak disangka, salah satu dari mereka menahan dengan tangan kekarnya dan menarik lengan Tania secara paksa dan memelintir tangannya hingga Tania teriak kesakitan. Salah satu dari pria itu berkata, "Kami telah meminta Anda baik-baik, tapi Anda yang meminta supaya kami menggunakan cara yang ekstrem. Jika Anda teriak, tak segan kami akan memotong lidah Anda! Jadi tolong bekerjasamalah dengan kami, Nona Tania!" 

Tak pelak, ucapan salah satu pria itu membuat bergidik Tania dan mau tak mau dia mengikuti kemauan mereka. Tania dan 'rombongan' para pria berbadan body builder itupun segera masuk ke dalam lift yang sedang terbuka. Tania yang masih menahan rasa sakit di pergelangan tangannya menahan tangis dan ingin rasanya segera pergi dari tempat itu. Tak lama, setelah lift mencapai lobby hotel, mereka pun segera bergegas menuju mobil yang telah diparkir di depan pintu keluar masuk hotel agar tak menimbulkan kecurigaan. Para pria tegap itu akhirnya berhasil membawa Tania keluar dari hotel tanpa adanya kecurigaan, baik dari staf hotel terlebih petugas keamanan hotel tempat Tania menginap, kecuali satu orang yang mengetahui identitas wanita yang pergi bersama pria-pria berbadan tegap tersebut.

"Itu 'kan ...." 

---Bersambung---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status