Share

Sisi Lain

Penulis: Putri R
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-15 14:36:11

Jamie memperhatikan Rani yang duduk di kursi belakang saat ia sudah menjalankan pekerjaan terbarunya, supir pribadi Rani.


Ia melihat kerapuhan di wajah lembut wanita yang saat ini sedang menggunakan blazer hitam, senada dengan mini skirt yang tengah ia pakai.


Ia menatap wanita judes itu sekilas melalui kaca mobil yang sengaja ia arahkan kepada Rani.


Jamie melihat buliran bening masih saja membasahi pipi mulus sang pemilik mobil yang sedang ia kendarai, dengan mimik wajah yang juga mengkhawatirkan wanita di belakangnya.


“Bisakah menyopir mobil dengan konsentrasi penuh tanpa melihat ke arah lain?” ucap Rani ketus dengan suara yang serak. Ia sadar Jamie menatapnya sejak baru memasuki mobil.


“Maaf? Apa anda sedang bicara dengan saya?” Jamie beralasan

“Kalau masih mau kerja dan hidup enak di negara orang, kerja yang bener. Jangan ikut campur urusan pribadi majikan, apalagi bersikap sok pahlawan. Dan ingat, jika orang lain tau bahwa seorang Rani menangisi pria, maka kau akan kehilangan pekerjaan, bahkan tidak akan ada yang mau menerima mu, sekalipun hanya menjadi pengantar makanan!” ancamnya agar Jamie tidak menceritakan kelemahannya kepada orang lain.


“Tenang, paduka ratu. Rahasia aman di tangan saya,”ucap Jamie dengan nada pasti sembari merapatkan bibir tipisnya.


Pria bule itu menghentikan mobil tepat di depan pintu kaca dengan lambang SG, Sanjaya Group.


“Ji, hari ini batalin dulu semua rapat sama klien. Gue nggak enak badan. Lagi nggak mood ketemu orang – orang. Gue mau sendirian dulu,” ucap Rani saat Jihan memasuki ruangannya dengan setumpuk map warna warni sebagai bahan rapat yang telah di rencanakan hari ini.


“Baiklah, tapi untuk besok tidak dapat di tunda, loh. Ingat, besok kita akan ke Jepang buat ngeresmiin pembukaan cabang baru di sana,” Jihan mengingatkan. Rani hanya menekan batang hidungnya tanda frustasi. Ia benar – benar sudah bosan dengan rutinitas seperti ini setiap harinya. Ia butuh ketenangan, dan ia hanya ingin sendiri saat ini.


“Ji, gue keluar bentar, ya, gue lagi bener – bener nggak mood,” ucapnya kemudian meninggalkan ruangan dan hanya membawa tas tangan.


“Lo mau kemana?” Jihan mengekori Rani yang sedikit tidak memperdulikannya.

Saat di lobby, ia bertemu dengan Jamie yang menebar senyum di hadapan semua orang. Ia kaget melihat Rani yang tampak memasang wajah tak enak.


“Heh, sopir. Sini kunci mobil!” ucapnya dengan angkuh

“Ran, dia punya nama,” bisik Jihan

“Siapa nama kamu? Ah, sudah lah, siapkan mobil!” perintahnya

“Siap, paduka ratu,” jawab Jamie yang segera menuju parkiran khusus dan menyiapkan mobil untuk Rani

“Ji, hari ini gue lagi nggak mau di ganggu ama siapa aja termasuk kerjaan, ya. Please lu handle semuanya, gue mau pergi bentar. Kalau mood gue dah balik, gue kabarin,” ucapnya seraya meninggalkan sahabatnya yang masih menatapnya pilu,


“Ayo, nona, kita berangkat!” sopir bule itu dengan santai membunyikan klakson

“Minggir, biar gue yang bawa mobil, lu nggak usah ngikut!” Rani berdiri di dekat pintu kemudi

“Tapi nona, saya adalah sopir anda, saya harus membawa anda kemana saja. Oh, baiklah, saya duduk di samping nona? Begitu?” canda Jamie berusaha mengembalikan mood Rani yang benar – benar belum bisa di kembalikan saat ini

“Saya tidak suka mengulangi kalimat apapun yang sudah di ucapkan,” ucap Rani tegas seraya menduduki kursi kemudi, menggantikan Jamie yang segera keluar dari mobil sport asal Inggris, Bentley Continental GT V8 S, dengan warna Dragon Red.


“Nona, ada baiknya dengan mood anda saat ini di temani seorang sopir seperti saya, no ... nona!” Jamie tidak bisa melanjutkan bujuk rayunya, sang majikan sudah membanting pintu mobil dengan keras dan pergi meninggalkannya yang masih berdiri memandang flat mobil yang sudah hampir tidak terlihat.


Ia melihat Jihan dan mengangkat kedua bahunya. Dan tertunduk lesu hingga di hampiri oleh wanita berambut panjang dan lurus itu.


“Sabar, Jam. Rani emang suka gitu. Dia, kalau lagi nggak mood, pasti kebut – kebutan di jalanan. Nanti juga pulang lagi sendiri. Sebenernya dia itu butuh temen curhat, sih kalau kata gue. Tapi sayang, dia bukan tipe orang terbuka. Cerita sama Mamanya, takut malah nambahi kesusahan Mama-nya yang sering sakit – sakitan, lagi,” jelas Jihan menepuk bahu kanan Jamie yang mendengarkan ucapan calon istri sahabatnya ini.


“Dia biasanya berapa lama begini?” tanya Jamie khawatir

“Entah, pernah juga ampe malem. Bnetar lagi nyokabnya pasti nanyain gue. Tuh, kan, hp gue bunyi, bentar, ya,” Jihan segera menerima panggilan ibunya Rani

“Halo, tante? Iya, baru aja dia pergi. Biasa, dia nggak pernah bilang mau kemana. Ya, begitulah. Oke, nanti Jihan kabarin, ya. Oke. Iya, tante, bye,” Jihan segera memutuskan panggilan.


“Jam, menurut gue, lu susul dia aja. Kata nyokabnya, Rani udah lama nggak nangis sesenggukan kayak tadi. Oh, iya, Emang dia nangis?” Tanya Jihan. Dan Jamie hanya mengangkat kedua alisnya.


“Udah gue duga, pasti dia nangisin cowok yang pernah nolak dia. Udah, lu pake mobil gue aja. Ini kuncinya!" Jihan menyerahkan kunci ke tangan Jamie, dan pria tinggi itu langsung meninggalkan Jihan yang masih memegang map di tangan kirinya.


Sementara itu, Rani terus menekan gas di kakinya, di iringi tangisnya yang pecah. Ia kesal, kenapa ia bisa di tolak? Kenapa Papanya dengan merendahkan harga diri mau saja mendatangi orang tua Rey dan di tolak mentah – mentah oleh Rey sendiri.


“Pa, kalau Rani nggak minta yang aneh – aneh, pasti Papa masih di sini. Masih duduk di sebelah Rani. Gara – gara pria bajingan itu papa jadi sering sakit,” Rani berbicara dalam tangisnya

Ia ingat ketika sang Papa mendengar kabar bahwa Rani di tolak bahkan di permalukan di lapangan basket. Papanya langsung terbang ke Inggris menemui orang tua Rey dan siap memberikan dana berapa saja asalkan Rey mau menjadi kekasihnya Rani.


“Maaf, tuan Hussain, saya sangat senang bahwa anda bisa membantu perusahaan ini. Namun, saya tidak bisa memberikan jawaban. Putra kamilah yang berhak memutuskan,” ucap pria yang usianya tak jauh dari Sanjaya.


“Katakan kepada putri anda! Tolong, tolong jangan pernah berharap saya akan menjadi miliknya. Saya tidak akan pernah bisa menjadi miliknya sampai kapanpun!" jawab Rey yang saat itu baru saja pulang

“Tapi, nak. Coba pertimbangkan lagi tawaran saya. Saya hanya ingin putri saya bahagia,” ucap Sanjaya tampak mengemis

Rey berlalu, meninggalkan Sanjaya yang menunduk dan memasang wajah kecewa. Ia beralih menatap orang tua Rey yang juga tak berdaya

“Sorry, tuan Hussain,” tutup ayah Rey, dengan wajah penuh sesal.


Sanjaya pergi dengan rasa kecewa. Ia berfikir, anak gadisnya akan terus – terusan murung dan tidak mau melakukan apapun. Ia akan menyakiti dirinya sendiri, hingga kemauannya di kabulkan.


Namun, fikiran Sanjaya ternyata tidak terjadi sepenuhnya. Rani memang selalu tampak murung dan malas melakukan apapun kecuali belajar dan belajar.


“Kamu jangan banyak gerak dulu, dokter bilang kamu harus banyak istirhat,” ucap wanita yang selalu ada untuk Sanjaya

“Aku tidak mau melakukan apapun termasuk meminum obat – obatan ini, sama seperti Rani yang tidak mau melakukan apapun,” Sanjaya bertingkah seperti anak kecil

“Kamu jangan ngomong begitu, dong. Aku yang susah di sini,” keluh wanita yang kecantikannya masih terlihat jelas walaupun sudah di tumbuhi rambut putih di kepalanya

“Dia tidak menghukum dirinya, tapi dia menghukum kita. Apa gunanya kita sebagai orang tua, mencarikan segala isi dunia hanya untuk dia, namun pada akhirnya kita tetap tidak bisa membahagiakan dia, iya, kan?” laki – laki paruh baya itu tampak menerawang jauh. Ia tidak menyadari, bahwa Rani mendengarkan obrolan suami istri itu dari balik pintu rumah sakit.


Ia menangis sembari membawa sertifikat kelulusan yang menyatakan bahwa dirinya adalah mahasiswa summa cumlaude. Ia masih mengenakan jubah dan perlengkapan wisuda lainnya, karena hari itu adalah hari wisuda Rani yang orang tuanya tidak bisa menghadiri.


“Papa, Rani benci sama diri Rani sendiri. Benci, benci, benciii,” Rani yang saat ini masih menerawang ke masa lalu di dalam mobil mewahnya, sama sekali tidak menginjak rem. Ia terus saja melajukan mobilnya sembari memaki diri.

Hingga ia panik ketika ada truk oleng bermuatan melebihi kapasitas sedang berhadapan dengan mobil mewahnya, dan Rani tidak bisa menjaga keseimbangan mobilnya.


Bersambung ...


Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Beauty in the Dark   Amanda Hamil?

    "Sebaiknya, kita lihat. Apa yang terjadi pada dirinya, hingga berteriak seperti itu," pinta Rani"No, tidak usah. Ia akan menjadi lebih tak terkendali jika kita ada di sana," ucap Jamie"Tuan, maaf, nona Amanda sudah mengetahui kedatangan anda yang membawa nyonya muda. Ia histeris dan ingin bertemu dengan anda," ucap Sam terbata - bata. Ia takut akan menyinggung perasaan istri Jamie yang wajahnya langsung berubah setelah mendengar ucapan sang pelayan."Jam, pergilah. Walau bagaimana pun, ia adalah sahabat mu. Dan, sahabatmu adalah sahabatku juga," ucap Rani dengan bijak"Thank's, baby," balas Jamie. Ia mendaratkan kecupan di kening Rani dan pergi menemui Amanda di kamarnya.Di sana, Amanda duduk di atas tempat tidur, dengan rambut yang acak walau wajah mempesonanya tetap menghias di sana."Amanda?!" sapa Jamie dari balik pintu"Ja ... Jamie! Come here, Jamie. We miss you, really miss you, honey. Kami ... kami begitu merindukan mu," uc

  • Beauty in the Dark   Pertemuan Rani dan Trisha

    Di perjalanan ke Jerman, dengan menggunakan pesawat pribadi miliknya, Jamie dan Rani menceritakan hal - hal lucu tentang keluarga Cornelius, dan semua kebiasaan di sana.Jamie bercerita, bahwa ibunya tinggal bersama Jonathan saat ini.Sang ayah semakin benci dengan semua tindakan Jamie yang terkadang sangat bertentangan dengan norma keluarga."Jadi, kamu masuk Islam dan sunat, tanpa restu mama dan papa mertua aku? Kamu jahat, Jam," ucap Rani menatap suaminya tak percaya"Baby, aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan jalan hidupku. Orang tuaku tidak ada yang sempat mengajarkan agama mana yang baik untuk diriku. Dan, kamu sungguh berjasa, mengenalkan aku kepada agama damai seperti Islam. Apa aku salah? Lagi pula, kamu jangan terlalu percaya diri. Aku udah lama mempelajari tentang Islam selama ini. Jadi, aku menjadi mualaf itu, bukan karena mau nikahin kamu aja," ucap Jamie seraya merengkuh tubuh mungil sang istri gang sudah di nikahinya lebih dari enam bulan.

  • Beauty in the Dark   Pengacau

    Rani segera mendorong Jonathan yang sudah sangat lancang memasuki kamarnya."Sungguh, aku tidak menyangka. Putra sulung dari keluarga seorang Arthur Cornelius tidak memiliki adab. Bejat. Dan sangat tidak waras!" desis Rani dengan wajah yang sangat memanas"Tenang, sayang. Aku kemari di suruh oleh adikku sendiri," ucap Jonathan beralasan"Aku tidak akan mempercayai ucapan pria mesum seperti mu. Kejadian semalam sudah bisa di simpulkan, bahwa dirimu tak lebih dari seekor binatang!" ucap Rani lagi. Rasanya ia ingin terus memaki pria yang kini sudah sah menjadi kakak iparnya."Ck ... Aku baru ingat. Terimakasih, sayang. Kau sudah mengingatkanku tentang perbincangan kita semalam. So, bagaimana? Penawaran itu masih berlaku sampai kapan pun. Sampai kau siap," bisik Jonathan menambah mual seorang Rani"Hai, Jo," Jamie tiba - tiba berdiri di belakang Jonathan. Membuat Rani langsung berlari kepelukan suaminya, meminta perlindungan."Apa yang terja

  • Beauty in the Dark   Kehidupan Rani dan Jamie

    Perasaan berkecamuk dari dalam diri Rani.Jantungnya bagai berdetak hebat. Tubuhnya gemetar. Kepalanya terasa begitu pusing.Ia benar - benar tak percaya, bahwa pria yang pertama kali membuatnya jatuh cinta hingga ke jurang penyesalan, kini kembali hadir di hadapannya."Kita akan bicara setelah ini," bisik Rey nyaris tak terdengar"Hai, man. Jangan mengganggu diskusi kami. Sekarang silahkan pergi!" Jonathan mengusir Rey dengan wajah yang masih cengengesan, dan berusaha menarik Rani yang berdiri di sisi Rey.Bugh!!!Tangan kekar Jamie meninju wajah Rey dari samping tanpa diduga. Membuat semua orang terkejut melihat Jamie yang sempoyongan meninju Rey tanpa basa - basi."Jamie!" teriak Rani tak percaya"Ya, Bro! Dia mencoba untuk menarik tangan istri mu dan seolah membisikkan sesuatu. Aku hanya curiga dan ... dan aku menengahi mereka," Jonathan memutar balikkan fakta"Kenapa? Kenapa kau kembali lagi ke kehidupan Rani, hah? Kau meny

  • Beauty in the Dark   Pesta Pernikahan

    Kebahagiaan sangat jelas terpampang dari wajah perempuan yang kini tengah mengenakan gaun pengantin. Berwarna putih, di lapisi berlian yang sangat memukau.Tak kalah sumringah, wajah pria yang saat ini mengenakan tuxedo berwarna navy, di hiasi bow tie berwarna hitam di lehernya, menambah gagah pria bermata biru itu saat ini.Resepsi pernikahan Jamie dan Rani berlangsung secara kekeluargaan, dan di hadiri oleh beberapa rekan bisnis, karyawan dan teman - teman Jamie dan juga Rani. Dengan konsep pesta taman, para tamu perempuan yang datang rata - rata mengenakan baju berwarna putih atau pastel, dan di pasangkan dengan tamu pria yang mengenakan jas berwarna hitam.Jamie tak melepaskan genggamannya dari tangan Rani yang sangat menampilkan aura kecantikannya saat ini.Menambah kesan sexi ketika gaun yang di kenakan hanya sebatas lutut dan menonjolkan bentuk dada Rani yang sangat padat.Gaun putih berbentuk mullet, ekor panjang dan veil bermotif bintang, dan

  • Beauty in the Dark   Melakukan Kewajiban

    Tepat pukul lima sore, Jamie membawa Rani dan Ibu mertuanya pindah ke rumah yang sudah di beli, membuatnya merasa hidup baru akan segera di mulai.Tanpa halangan dan gangguan siapapun.Membeli rumah di dekat pegunungan membuatnya tak menghabiskan uang sedikit. Sebuah hotel yang di sebut rumah ia beli dengan harga yang fantastis, walau terkesan sederhana. Menambah mudah bagi Jonathan untuk melacak dimana keberadaan dua insan yang tengah di mabuk asmara.Dengan menutup kedua mata Rani menggunakan kain kecil, Jamie menuntun istrinya turun keluar dari mobil.Mertuanya hanya menggelengkan kepala, melihat sepasang kekasih yang tengah saling menggoda ini."Jadi, kapan sih ini kain bisa di buka?" rengek Rani dengan manja"Sabar, baby. Aku bantu Mama turun dulu," jawab sang suami siaga."Baiklah, aku buka, ya. Satu ... Dua ... Tiga ...," Jamie membuka penutup mata Rani secara perlahan, membuat Rani pelan - pelan pula membuka kedua mata itu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status