Dalam kamar yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap, saat ini Rae mulai menggeliat. Ia benar-benar merasa sedang berada di gurun pasir yang panas, bahkan tubuhnya sudah basah dengan keringat.
Belum terkumpul semua kesadarannya, Rae langsung dikejutkan oleh sebuah sapaan dari dua orang wanita, yang tidak lain adalah maid yang bertugas untuk menyiapkan segala kebutuhan Rae. Tentu saja, sekarang dia adalah Nyonya Gerardo, sangat wajah jika Rae mendapatkan apa yang seharusnya Ia dapatkan.
“Selamat pagi, Nyonya, kami berdua ditugaskan untuk membantu anda mandi dan bersiap,” jelas keduanya.
“Keluar!”
“Tuan Gerardo bisa barah besar jika kami keluar sebelum melaksanakan tugas kami. Kasihanilah kami, karena jika nyonya melakukan ini nyawa keluarga kami taruhannya.”
Dibalik selimut tebalnya, kedua tangan Rae mengepal kuat saat mendengar hal itu. Gerardo, pria itu benar-benar bukan tidak memiliki perasaan. Bagaimana bisa I
Dalam kamar mandi besar dan mewah saat ini Rae sedang mengguyur tubuhnya di bawah shower. Dengan spons mandi, Rae menggosok setiap inci tubuhnya dengan kuat, hingga kulitnya mulai memerah karena hal tersebut.Apalagi pada bagian bibir, Rae menggosoknya dengan lebih kuat. Ia berusaha untuk mengahapus jejak bibir Gerardo yang beberapa saat lalu menciumnya dengan begitu berhasrat.“Aku tidak suka dengan semua jejak ini!”Napasnya memburu di bawah guyuran air, bahkan Rae sepertinya merasa mandi susu sekalipun tidak akan bisa menghapus jejak pria bernama Gerardo.“Arghhh.....!!”Brakkk...Amarahnya tak kunjung mereda, Rae bahan semakin tidak bisa mengontrol diri seperti biasanya. Ketenangan perempuan itu lenyap seketika, bahkan ia mulai mengeluarkan sisi lain darinya. Sisi yang begitu kejam dan tidak akan segan untuk menyakiti dirinya sendiri jika memang itu harus ia lakukan.Dengan kepalan tangan yang kuat, Rae mem
“Mammy....”Rae tiba-tiba saja berteriak keras, ia menarik tangannya, terulur jauh seakan ia ingin menggapai sesuatu.“Rae Catalina...” panggil Gerardo.Napas Rae tiba-tiba saja memburu saat mendengar suara Gerardo. Matanya melebar sempurna dan entah apa yang yang terjadi padanya, Rae langsung berdiri dan mendorong tubuh Gerardo kuat hingga pria itu terjatuh.“Tenanglah, Nona Catalina!”“Tidak ada lagi ketenangan! Aku akan mengabisi mu detik ini juga.”Terkurung dalam kenangan kesedihannya, Rae mulai kehilangan kontrol atas tubuhnya sendiri. Ia menginjak perut Gerardo, namun pria itu berhasil menahan serangan tersebut.‘Apa yang terjadi padanya?’ batin Gerardo. ‘Sedalam apa luka yang ia miliki?’Gerardo yang awalnya tidak ingin berbuat kasar pun terpaksa melakukan hal tersebut. dengan gerakan cepat dan terkendali, Gerardo membuat Rae terjengkang ke
“Habab Monic! Apa mungkin dia orang yang sama?” gumam Gerardo.Setelah mendengar nama itu, Gerardo dengan cepat mencabut miliknya dan menatap Rae dengan penuh tanda tanya. Sekarang Ia mengerti, kenapa semua jurus dan tindakkan Rae saat menghadapi anak buahnya hampir sama dengan yang selalu Ia lakukan.Gerardo kehilangan anak buahnya bahkan tanpa terluka, dan itu adalah ajaran dari Habab Monic. Tidak semua murid Habab Monic bisa mendapat pelajaran itu, tapi kenapa Rae bisa?Dengan cepat ia merogoh ponselnya dan menghubu Dante.“Ke ruanganku sekarang!”Tuttt...Lima menit kemudian pintu terbuka, Dante masuk dan mendekati Gerardo yang saat ini sednag berdiri dibalik kaca besar dalam kamarnya.“Ada apa? Kau terlihat gelisah?”“Habab Monic!”“Kenapa tiba-tiba kau menyebut nama itu?” Dante melihat garis kecemasan di wajah Gerardo, tapi pria itu belum tahu apa penyebab
Beberapa hari telah berlalu dan setelah penyatuan itu Gerardo sama sekali tidak menemui Raee, pun sebaliknya. Keduanya masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.“Nyonya, anda ingin sarapan apa pagi ini?”“Aku tidak berselera! Jangan datang lagi kemari jika aku tidak memanggil kalian!!” tegas Rae.“Tapi nyonya...”Rae tidak bicara, tapi sorot matanya sudah menunjukkan segalanya. Tanpa berani membantah lagi, maid tersebut mundur teratur dan menutup kembali pintu dengan rapat.Selepas kepegian mereka, Rae kembali menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan memejamkan matanya. Rasa perih dan sakit karena penyatuan penuh paksaan itu sudah tidak terasa, tapi efeknya begitu membekas, membuat Rae selalu saja merasa was-was. Takut jika Gerardo kembali menyiksanya dengan gaya yang sama.“Kemana dia? Apa mungkin dia sedang menyusun rencana untuk menyentuh papi dan kakak ku?” gumamnya dengan mata tertu
“Semalat malam, Tuan?”“Siapkan minuman untukku!” seru Gerardo.Pria itu dengan cepat menyiapkan apa yang Gerardo inginkan. Ia membuka botol pertama dan meninggalkan sang tuan tanpa benar-benar pergi.“Rae bukanlah, Lin! Tapi kenapa aku merasa sorot mata mereka begitu sama. Tajam dan menusuk!” gumamnya pelan.Ia meraih botol itu dan langsung menenggank isinya tanpa menggunakan gelas. Satu botol sudah tak bersisa, maka Gerardo kembali membuka boto yang baru. Terus seperti itu, sampai hatinya merasa lebih baik.Botol kedua telah kandas tak bersisa. Gerakan lantas melemparkan botol tersebut hingga hancur berkeping-keping tapi pria itu sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.Tidak ada satupun dari mereka yang berani mengusik keberadaan giraldo atau apapun yang dilakukan oleh pria itu. Bagaimana tidak Gerardo adalah pria yang memiliki saham besar di setiap klub malam jam yang ada di negara
Beberapa bulan berlalu, Rae menjadi sorotan semua wanita simpanan Gerardo. Mereka begitu membencinya, karena sebagai wanita yang baru saja Gerardo kenal, ia sudah mendapat tempat dan kehormatan menjadi istri, bukan seperti mereka yang hanya seorang simpanan.“Lihat! Rasanya aku ingin naik ke atas dan melumuri wajahnya dengan lumpur.”“Entah apa yang dilakukannya, sampai Gerard begitu memujanya dan melupakan kita semua.”Dari kolam renang paviliun, para wanita itu tidak pernah berhenti menggunjingkan Rae. Tatapan penuh kebencian selalu saja mereka lemparkan, manakala melihat wajah cantik Rae.Diam-diam, Rae juga memperhatikan mereka dari balkon kamarnya. Entah apa tujuan Gerardo menempatkanya pada ruangan tersebut, karena jika Rae ingin, dari ruangan ini Ia bisa melarikan diri dengan mudah tanpa diketahui siapa pun.Tapi jika itu terjadi, maka Ed dan Al yang akan menanggung akibatnya.Maka dari itu ia memilih untuk ber
Setelah mendapat penolakan Rae, hari itu Gerardo bersenang-senang bersama para wanitanya yang berada di paviliun. Mereka bersorak riang, setelah sekian lama terabaikan, akhirnya mereka bisa mendapatkan kembali sosok pria yang membuat mereka rela terkurung.“Saya kira tuan sudah melupakan kami,” kata seorang wanita 40 tahunan yang memiliki body seperti gadis 20 tahunan.Dengan begitu berani, ia duduk di samping Gerardo dan menyentuh dada pria itu dengan gerakan yang sensual. Wanita itu berusaha untuk tetap santai, tapi nyatanya sesuatu di bawah sana sudah berdenyut meminta lebih.Tapi sayangnya Gerardo tidak beraksi, ia hanya diam dan menerima pelayanan yang sudah lama tidak ia rasakan. Kakinya dipegang dikedua sisi, dipijat dengan begitu lembut, pun dengan tangan dan pundak yang saat ini sedang mendapat pijatan relaksasi.“Aku hanya sibuk, kalian tahu jika aku selalu seperti itu.”“Ya! Sibuk dengan istrimu!” kata
Rae mulai bosan menunggu jawaban pelayan tersebut. Ia menjadi tidak sabar, rasa penasarannya benar-benar luar biasa pada gadis itu."Maksud nyonya...?"Rae berdecak kesal, sayangnya ia harus lebih lembut dan bersabar. Ia tidak boleh gegabah dan harus mendahulukan otak daripada otot."Wanita paling muda ada di paviliun! Gerardo meminta ku untuk menemuinya, tapi dia tidak memberi tahu siapa nama wanita itu."Pelayan itu terdiam, menatap Rae dengan seksama, seakan mencari sebuah kebenaran. Tapi Rae bukanlah perempuan bodoh, ia menunjukkan kesungguhan yang memiliki daya magnet tersendiri.'Dia adalah nyonya besar, aku harus bisa mengamankan posisi ku dengan percaya padanya.'"Baiklah nyonya, namanya gadis itu adalah Starla, usianya masih sangat muda dan dia gadis kesayangan tuan.""Silahkan pergi! Aku ingin bicara berdua saja dengan nya."Pelayan itu pergi sesuai dengan perintah Rae.Rae senyum tipis yang hampir tidak terlih