“Semalat malam, Tuan?”
“Siapkan minuman untukku!” seru Gerardo.
Pria itu dengan cepat menyiapkan apa yang Gerardo inginkan. Ia membuka botol pertama dan meninggalkan sang tuan tanpa benar-benar pergi.
“Rae bukanlah, Lin! Tapi kenapa aku merasa sorot mata mereka begitu sama. Tajam dan menusuk!” gumamnya pelan.
Ia meraih botol itu dan langsung menenggank isinya tanpa menggunakan gelas. Satu botol sudah tak bersisa, maka Gerardo kembali membuka boto yang baru. Terus seperti itu, sampai hatinya merasa lebih baik.
Botol kedua telah kandas tak bersisa. Gerakan lantas melemparkan botol tersebut hingga hancur berkeping-keping tapi pria itu sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.
Tidak ada satupun dari mereka yang berani mengusik keberadaan giraldo atau apapun yang dilakukan oleh pria itu. Bagaimana tidak Gerardo adalah pria yang memiliki saham besar di setiap klub malam jam yang ada di negara
Beberapa bulan berlalu, Rae menjadi sorotan semua wanita simpanan Gerardo. Mereka begitu membencinya, karena sebagai wanita yang baru saja Gerardo kenal, ia sudah mendapat tempat dan kehormatan menjadi istri, bukan seperti mereka yang hanya seorang simpanan.“Lihat! Rasanya aku ingin naik ke atas dan melumuri wajahnya dengan lumpur.”“Entah apa yang dilakukannya, sampai Gerard begitu memujanya dan melupakan kita semua.”Dari kolam renang paviliun, para wanita itu tidak pernah berhenti menggunjingkan Rae. Tatapan penuh kebencian selalu saja mereka lemparkan, manakala melihat wajah cantik Rae.Diam-diam, Rae juga memperhatikan mereka dari balkon kamarnya. Entah apa tujuan Gerardo menempatkanya pada ruangan tersebut, karena jika Rae ingin, dari ruangan ini Ia bisa melarikan diri dengan mudah tanpa diketahui siapa pun.Tapi jika itu terjadi, maka Ed dan Al yang akan menanggung akibatnya.Maka dari itu ia memilih untuk ber
Setelah mendapat penolakan Rae, hari itu Gerardo bersenang-senang bersama para wanitanya yang berada di paviliun. Mereka bersorak riang, setelah sekian lama terabaikan, akhirnya mereka bisa mendapatkan kembali sosok pria yang membuat mereka rela terkurung.“Saya kira tuan sudah melupakan kami,” kata seorang wanita 40 tahunan yang memiliki body seperti gadis 20 tahunan.Dengan begitu berani, ia duduk di samping Gerardo dan menyentuh dada pria itu dengan gerakan yang sensual. Wanita itu berusaha untuk tetap santai, tapi nyatanya sesuatu di bawah sana sudah berdenyut meminta lebih.Tapi sayangnya Gerardo tidak beraksi, ia hanya diam dan menerima pelayanan yang sudah lama tidak ia rasakan. Kakinya dipegang dikedua sisi, dipijat dengan begitu lembut, pun dengan tangan dan pundak yang saat ini sedang mendapat pijatan relaksasi.“Aku hanya sibuk, kalian tahu jika aku selalu seperti itu.”“Ya! Sibuk dengan istrimu!” kata
Rae mulai bosan menunggu jawaban pelayan tersebut. Ia menjadi tidak sabar, rasa penasarannya benar-benar luar biasa pada gadis itu."Maksud nyonya...?"Rae berdecak kesal, sayangnya ia harus lebih lembut dan bersabar. Ia tidak boleh gegabah dan harus mendahulukan otak daripada otot."Wanita paling muda ada di paviliun! Gerardo meminta ku untuk menemuinya, tapi dia tidak memberi tahu siapa nama wanita itu."Pelayan itu terdiam, menatap Rae dengan seksama, seakan mencari sebuah kebenaran. Tapi Rae bukanlah perempuan bodoh, ia menunjukkan kesungguhan yang memiliki daya magnet tersendiri.'Dia adalah nyonya besar, aku harus bisa mengamankan posisi ku dengan percaya padanya.'"Baiklah nyonya, namanya gadis itu adalah Starla, usianya masih sangat muda dan dia gadis kesayangan tuan.""Silahkan pergi! Aku ingin bicara berdua saja dengan nya."Pelayan itu pergi sesuai dengan perintah Rae.Rae senyum tipis yang hampir tidak terlih
Rae saat ini kembali ke kamarnya. Ia berdiri ditempat yang sama dan memperhatikan banyak hal. Tidak berselang lama, sebuah mobil terlihat keluar dari pagar besar kediaman Gerardo.Sudah pasti itu Starla dan tidak lama berselang dua mobil kembali keluar. Rae pendesah pelan, apa tempat ini menjadi sebuah penjara untuk semua orang termasuk dirinya?Perlahan, ia menutup mata dan menikmati udara yang kian dingin. Musim dingin akan segera tiba dan tahun Rae hanya bisa melewatinya dengan tetap berada di tempat ini bersama Gerardo.Sungguh malang!Tok, tok, tok“Permisi nyonya, Tuan Alex ingin bertemu dengan anda,” ujar pelayan dari balik pintu.Rahangnya tiba-tiba mengeras saat mendangr nama Alex. Kedua tangannya mengepal dan giginya bergemerat.‘Ternyata dia masih memiliki nyali yang besar untuk menemui ku!’“Aku akan segera keluar!” seru Rae pada akhirnya.Rae memutuskan untuk mene
Gerardo baru saja selesai dengan pergulatan penuh kegilaan bersama para wanitanya. Ia melirik paviliun yang nampak sepi, seperti semua orang memang sedang pergi hanya tersisa empat wanita yang saat ini sedang terkapar tidak berdaya.Sekilas ia melirik ke balkon kamar milik Rae, sepi, bahkan pintu balkonnya tertutup. Entah kenapa, hatinya terasa kosong saat tidak melihat siapa pun di sana, karena sejujurnya Gerardo berharap jika istrinya itu berdiri di sana dengan wajah cemberut.“Dia tidak ada di sana,” gumamnya pelan.Tidak seharusnya ia berharap lebih, karena memang pernikahan yang terjalin hanya untuk saling menyakiti.“Seharusnya aku memang tidak boleh berharap lebih. Bodoh!”Gerardo akhirnya memutuskan untuk bergegas menuju kamar pribadinya, dimana ia bisa memandangi wajah Rae dan apa yang ia lakukan dalam kamarnya.Ia bergegas mandi sebelum beristirahat. Setelah beberapa lama berkutat dalam kamar mandi, akhirnya
Di sebuah rumah sakit, saat ini Star ditemani Dante baru saja menyelesaikan adminitrasi kedua orang tuanya. Awalnya Star sama sekali tidak ingin menemui kedua orang tuanya, tapi Dante tetap memaksa dan meminta Star untuk menemui mereka.Dante berpikir kapan lagi Starla bisa bertemu dengan kedua orang tuanya, jika bukan hari ini. Entah kapan kesempatan ini akan kembali datang, mengingat Gerardo tidak selalu akan menemui dan mendengar keluh kesahnya di paviliu.“Kita harus segera pulang, tuan memberi waktu sampai jam 10 untuk kami keluar,” Starla berusaha untuk menolak, sejujurnya ia takut kehilangan kepercayaan Gerardo.“Aku akan memberitahunya, sekarang lebih baik kamu masuk. Ingat Star! Kesempatan seperti ini belum tentu bisa kau dapatkan lagi, meskipun kedua orang tua mu tiada.”Star menunduk dalam, memikirkan semua yang Dante katakan. Tapi selain itu, Star takut jika kedua orang tuanya bertanya dimana Ia bekerja selama ini?
Plak...Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Gerardo, suara tamparan itu bahkan menggema dalam ruangan gelap dan sepi tersebut.“Kau...!! Berhenti untuk menyentuhku dan mengatakan jika aku adalah milikmu!!” Rae menunjuk wajah Gerardo penuh kebencian.Gerardo mengusap bekas tamparan yang terasa panas, ia menatap Rae dengan begitu santai, seakan baru saja mendapat kecupan selamat datang dari istri tercinta.“Kau tidak bisa mengelak lagi, Nona Catalina! Kau adalah istriku dan aku tidak harus memperjelas lagi kepemilikan ku bukan?”Rae merasa tidak ada gunanya lagi untuk bicara dengan Gerardo. Sebelum amarahnya kembali meledak, Rae memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut tanpa berkata apa-apa lagi.Ia melangkah dengan tergesa, tanpa sadar Rae menyentuh bibirnya, bekas ciuman kasar itu masih berbekas, bahkan bibirnya terasa mati rasa.“Tidak! Aku tidak memiliki hati, rasa ku telah mati, terkubur bersa
Tiga hari berlalu, dan selama tiga pagi pun Rae menyantap sarapan paginya di meja makan. Hidupnya sedikit tenang karena ia sama sekali tidak melihat kemunculan Gerardo dimana pun. Tapi sebaik apa pun ia berusaha, tetap saja ia merasa penasaran denga keberadaan pria itu.Pagi ini, Rae kembali ke maja makan dengan santai. Gerardo masih belum kembali, bahkan Dnate ikut menghilang bagaikan di telan bumi. Rae berjalan melewati beberapa pelayan sampai akhir duduk dan langsung di sambut pelayan yang khusus melayaninya di meja makan.“Nyonya, tuan masih belum kembali. Beliau menitipkan pesan ini untuk anda,” pelayan tersebut memberikan secarik kertas, seperti surat tapi leboh cocok di sebut sebuah note.“Ya! Aku akan melihatnya setelah aku memiliki waktu.”Ia melanjutkan sarapannya, tapi tiba-tiba saja Rae mendengar seorang pelayan berbisik-bisik mengenai sorang pria yang semalam di bawa Dante dengan di seret paksa dalam keadaan mabuk bera