Share

[07] - Dituduh Copet

HAPPY READING

__________________

 “Ponsel gue!!!”

Tiba-tiba, seorang pencopet langsung menyambar  ponsel yang ada di tangan Adel, membuatnya berteriak panik. Ilham langsung berlari mengejar pencopet itu, berharap ponsel adiknya masih bisa terselamatkan.

Adel mengacak-acak rambutnya frustrasi, bagaimana bisa ia seceroboh itu. Dia hanya mampu menatap tempat menghilangnya Ilham seraya menggigit jari. Ya Allah, semoga saja bang Ilham bisa menyelamatkan ponsel aku! Batin Adel berdo’a.

*****

Suasana siang yang begitu panas membuat semua orang yang sedang istirahat dari kerja kantor memilih bercengkerama di salah satu cafe terkenal yang ada di Jalan Diponegoro.

Cafe Andalusi, di sana pula terdapat sekelompok anak geng motor dari SMA Sriwijaya sedang bercengkerama ria. Untung sekali, hari ini anak geng motor itu tidak lagi membuat keonaran. Walaupun hanya bercengkerama ria, tetapi pemilik cafe tetap was-was, mengingat kerusuhan yang disebabkan oleh anak geng itu dapat terjadi secara tiba-tiba.

Geng bernama Dark Tiger – yang di ketuai Badai Ranendra Arikusuma ini memang cukup terkenal di Yogyakarta. Geng motor yang dikenal sebagai anak geng yang sadis, suka memblokade jalan, dan melakukan tawuran yang memberikan dampak tragis bagi sebagian masyarakat. Korban trauma dan dan harta benda.

“Gimana, Rez! Masih mau nambah?” tanya Badai, setelah merasa puas dengan makan siangnya. Dia hanya menyenderkan punggung di kursi seraya menatap Irez yang masih memakan beberapa dessert yang belum habis.

“Ah! Ini lebih dari cukup, Bro!” balas Irez menghabiskan dessertnya lalu mengelus perutnya yang terlihat sudah buncit, karena kekenyangan.

“Leon, Abra, Keran, Demas? Gimana masih mau nambah!” tanya Badai bersedekap dada, bak bos yang sedang memberitahu anak buahnya.

“Wah, sudah cukup, Bad. Rasanya gue sudah mau keluar nih!” balas Leon seraya bangkit dari tempat duduk. “Gue ke toilet bentar yah,” pamit Leon seraya berlari menuju toilet.

Sontak tawa teman-temannya meledak. Dasar si Leon lugu, boker harus pamit dulu.

Badai juga ikut terkekeh melihat tingkah salah satu anggotanya. Hari ini sepertinya Badai menampilkan sisi berbeda dari dirinya, biasanya dia selalu ngutang sama Mbak Iren, tetapi saat ini dia yang men-traktir semua temannya. Dasar aneh!

“Eh, Bro, lihat dompet gue tidak?” tanya Badai merogoh saku celananya kaget karena dompetnya tiba-tiba raib.

Kontan semua temannya terkejut dan menatapnya dengan lototan mata. Bagaimana tidak? Jika hari ini Badai berniat mentraktir mereka dengan sepuasnya, tetapi dengan cerobohnya, Badai kehilangan dompet. Terus yang membayar semua itu siapa? Ya kali mereka yang harus merogoh kocek! Drama apa lagi yang akan terjadi selanjutnya.

“Yang benar, Bad! Lo gak becanda kan?” tanya Demas mendekati Badai dan mencoba membantu mengecek setiap kantong dan di sekitar tempat duduk Badai. Bukan tanpa alasan, jika di antara mereka, dialah yang paling banyak memesan. Kalau benar Badai kehilangan dompet, maka dia yang harus membayar semua makanan sudah dimakannya. Bisa limit kartu kreditnya, entar!

“Beneran!” ujar Badai serius dan bangkit dari duduk, mengecek seluruh bawah meja, saku dan tas sekolahnya. Tetapi tidak kunjung dia menemukan dompetnya.

Semua orang menjadi panik, tanpa terkecuali Leon yang sudah tiba dari toilet. Dia pun langsung ikut mencari dompet Badai. “Eh, bentar-bentar, gue ke motor gue dulu, gue baru ingat sehabis beli bensin tadi pagi, gue nyimpan dompet du di bagasi motor. Bentar yah!” ujar badai, membuat semua temannya tersenyum lega dan mempersilakannya.

Badai keluar ke depan cafe menghampiri motornya. Dan untung sekali, dompetnya ternyata ada di bagasi motornya. Pas selesai mengambil dompetnya, tiba-tiba ia merasa ada yang mengetuk punggungnya.

Badai balik badan dan mendapatkan sosok laki-laki  gondrong yang ngos-ngosan. “Kenapa Mang?” tanya Badai heran.

“Selamat, Mas. Anda terpilih menjadi pemenang Giveaway dadakan!” ucap orang itu langsung memberinya sebuah ponsel dengan paksa.

Badai membeo, tetapi berusaha menerima ponsel itu, “Tapi, Mang, gue gak pernah ikutan acara giveaway!”

“Tidak usah banyak bicara, ini rezeki, Mas!” tegas orang itu lalu berlari kencang menjauh.

Badai hanya mengernyitkan jidat, belum mampu mencerna seratus persen. Sejak kapan ada giveaway dadakan seperti itu. “Ini juga, hadiahnya pake hp bekas. Seandainya saja, mobil atau motor sport, gue sih fine-fine aja,” ujar Badai kepada dirinya sendiri.

“Tapi gak papa deh, rezeki anak soleh. Gak boleh ditolak! Gue lihat ini ponsel  juga masih bagus juga. Nanti gue kasih hadiah untuk Mbok  aja yang ada di rumah, sudah lama dia gak punya ponsel!” lanjut Badai mulai melangkah meninggalkan motornya.

Langkah Badai langsung terhenti ketika ada orang yang menyerunya, “Stop! Stop!” Dia menoleh ke arah datangnya orang itu, dan menunggu apa yang akan dia katakan.

Ilham menghela napas panjang, dan berusaha menetralkan detakan jatungnya, “Dek! Kakak mau tanya!” ucap Ilham setelah jantungnya mulai mereda.

“Iya Bang, ada apa?” tanya Badai.

“Dek, lihat preman yang berambut gondrong lewat sini, tidak?” tanya Ilham.

“Preman rambut gondrong? Em ... iya Bang, tadi memang ada preman yang lewat di sini. Emangnya kenapa Bang?” tanya Badai dengan heran.

“Dia lewat mana?”

“Dia lew—“

Ucapan Badai terhenti, ketika teriakan perempuan dari arah belakang Ilham, yang membuat pandangannya terarahkan ke sana.

Adel berhenti berlari tepat di samping Ilham, “Gimana, copetnya sudah di tangkap? Mana-mana?  Aku congkel matanya!” tanya Adel menggebu-gebu.

Badai hanya membeku, kerena belum paham dengan paa yang terjadi. Sedangkan Adel, langsung melototkan matanya terkejut melihat siapa yang ada di depannya! “You!!” tunjuk Adel tepat di depan dada Badai.

Adel menatap Badai dari kepala hingga terheti pas di tangannya, “Ponsel gue! lo ambil ponsel gue! wah lo kurang ajar banget,” sarkas Adel langsung menyambar ponselnya dari tangan Badai.

“Heh, tapi itu hadiah giveaway gue!” tahan Badai ingin merebut kembali ponsel itu dari dari

“Hah? Gue gak salah dengar kan! Ini jelas-jelas ponsel gue. ternyat lo itu selain mesum, tukang copet juga!”

“Heh, lo ngomong apa sih!” kesal Badai.

“Lo nggak usah marah, lo emang copet! Sepertinya lo perlu ditahan di kantor polisi deh? Atau di gebukin mungkin?”

“Tapi gue gak nyopet! Lo jangan asal nuduh dong!” ujar Badai tidak terima.

“Lo mau ngeles! Buktinya ponsel gue ada di tangan lo, ya kali ponsel gue terbang sendiri ke elo. Sangat mustahil bukan?”

“Tapi itu—“

“Hus! Lo gak usah menyangkal! Lo emang copet kan!” ujar Adel bersikeras menuduh Badai.

“Bentar-bentar. Kalian udah saling kenal? Kok bisa? Dia siapa Del?” tanya Ilham angkat bicara, seray melerai adiknya dengan cowok yang ada di hadapannya, serta memberinya pertanyaan yang menggebu-gebu.

“Kak, ini dia cowok yang kurang ajar sama aku di stasiun kemarin!” aduh Adel kepada Ilham. Langsung saja Ilham menatap nyalang cowok yang ada di hadapannya.

“Heh lo, ngapai adek gue kemarin?” tanya Ilham mendekati Badai.

Badai terkesiap! Jujur melihat tubuh Ilham, Badai langsung kicep. Bisa remuk tubuhnya jika di hantam oleh tangan berotot Ilham.

“Lo ngapai adek gue!” Ilham mulai memegang kerah baju Badai.

“Ampun, Bang! Gue gak sengaja kemarin! Swer!” ucap Badai terlihat gugup serta menampilkan jari tengah dan telunjuknya.

Melihat ada kerusuhan di depan cafe, teman-teman Badai pun menghampiri dan langsung melepaskan Badai dari Ilham.

“Stop! Stop! Ini ada apa, Bang?” tanya Leon berusaha melepaskan Badai dari Ilham.

“Lo tanya sama teman lo ini, dia itu sudah ganggu adek gue kemarin! Dan hari ini dia nyopet ponsel adek gue!” geram Ilham murka.

“Wah-wah, ini sepertinya salah paham, Bang. Sejak tadi kami semua berkumpul di cafe dalam sana. Terus Badai keluar untuk mengambil dompet! Dia gak copet bang!” jelas Irez membela Badai, jika memang faktanya seperti itu.

“Tapi, kenapa ponsel adek gue ada sama dia?” tanya Ilham masih panas.

“Gue tadi di kasih sama preman, Bang! Dia bilang itu giveaway dadakan, eh tau-tau, sakratul maut dadakan!” jelas Badai .

“Oh maaf, gue sudah salah duga. terimah kasih yah,” ujar Ilham meminta maaf dan mengelus bahu Badai pelan. “Tapi masalahnya, lo ngapain adek gue kemarin?” tanya Ilham berbisik disertai tatapan horornya, membuat Badai yang sempat lega kembali kicep.

“An – anu ....”

*****

TO BE CONTINUED ....

sansuris27

Nikmatin alurnya, pas ke kunci buka yah. wkwk

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status