Share

Orang Tua Angkat

Sepasang suami istri tersebut membawa Niken kerumahnya. Diatas mobil milik pasangan suami istri tersebut Niken mulai sadarkan diri secara perlahan dari pingsannya tadi. 

Aroma minyak kayu putih khas dari ambon tercium di indra penciuman Niken. Minyak kayu putih tersebut memiliki aroma khas membuat Niken perlahan membuka matanya akibat rasa perih dan sejuk yang ada di sudut hidungnya. 

"Kamu sudah sadar cantik?!" ucap wanita yang menolong Niken.

Niken mengguk lemah dan berusaha memperbaiki posisi duduknya saat ini. 

"Nama kamu siapa cantik?" tanya wanita tadi. 

"Nama Saya Niken nyonya," jawab Niken lirih. 

"Pagil saya dengan sebutan Mami Rena. Dan suami saya Papi Bras," ucap Wanita yang menolong Niken. 

Mami Rena memiliki kulit eksotik dan rambut yang terlihat ikal Niken bisa memastikan wanita yang ada dihadapannya ini berasal dari timur negara yang ia huni saat ini. Sementara suami ibu Rena  memiliki wajah dan berkulit putih khas orang barat dan suami Ibu Rena berkebangsaan Jerman. 

"Cantik, sebelum kami mengantarkan kamu pulang sebaiknya kamu istirahat dulu dirumah kami," ucap Mami Rena kepada Niken. 

Niken takpunya pilihan lain saat itu. Tubuhnya lemas,kepalanya pusing dan Niken belum tau apa yang harus dia lakukan setelah mendengar jawaban dari pria yang merenggut kehormatannya. 

"Apakah dunia sekejam ini kepada saya,?apakah dosa yang telah aku lakukan sehingga penderitaan selalu mengiringi setiap lagkahaku. Ibu dan abang yang membenciku sampai sampai aku rela diasingkan jauh dari mereka. Kini masa depan dan harga diriku sebagai wanita sudah hilang. Tuhan...," ucap Niken membatin. 

Niken beristirahat dikamar tamu dirumah keluarga Brasco. Kedua pasangan suami istri tersebut hanya memiliki satu orang anak namun pada saat ini anak mereka sedang menempuh pendidikan dijerman. 

Tuan Brasco mempunyai perusahaan yang cukup besar dibidang expor inport bahan tambang mentah. Kini anak tunggal mereka sedang mendalami ilmu untuk memajukan usaha mereka. 

Didalam kamar Niken tak heti henti Menagis meratapi nasibnya. Bayangan dirinya hamil bermunculan dibenaknya. 

Saat ini Niken masih bersatus mahasisa disebuah perguruan tinggi bagian Akutansi. Niken mendapatkan beasiswa untuk kuliah diluar ngeri namun sampai saat ini ia belum mengambil beasiswa tersebut. 

Untuk menghidupi dirinya Niken menerima tawaran mengiringi penyanyi di kafe kafe sebagai penabuh dram, terkadang Niken ikut bernanyi. Sekali tampil Niken dibayar 1rb perlagu untuk mengiringi penyanyi. 

Wajah Niken yang cantik dan gaya yang tomboy membuat Niken banyak disukai pria baik seusianya maupun pria hudung belang namun, sampai saat ini Niken belum mau menjalin kasih kepada pria manapun. Setelah ia putus dari cinta pertamanya yang berprofesi seorang guru olah raga ketika dia masih duduk dibangku seolah dulu. Namun karena penyakit radang otak guru olahraga Niken yang merupakan cinta pertamanya meninggal dunia. 

Setelah peningalan kekasihnya kini Niken fokus untuk pendidikannya. Namun setelah apa yang menimpanya kini seolah masa depannya gelap ia kini tak memiliki tujuan lagi. 

Tiga bulan lagi Niken akan mencapai gelar S-1 bagian akuntansi Niken sudah merencanakan akan melamar bekerja diperusahaan bonafit dengan gelar yang ia miliki namun semua hilang dalam sekejap. 

Membayangkan itu semua tak terasa air mata Niken mengalir tak henti. Niken terisak dalam diam, Niken tak memiliki tempat untuk bercerita saat ini. 

Jika Niken bercerita kepada rekannya pastinya rekan rekannya mengangap Niken adalah wanita murahan. Apalagi yang rekan rekannya tau Niken bekerja keluar masuk kafe. 

Istri Tuan Brasco diam diam memperhatikan Niken dari balik pintu yang tidak ditutup rapat. 

Niken terisak dengan membekap mulutnya sendiri ia tidak tau apa yang harus ia perbuat. 

Seketika Niken terkejut setelah ada tangan lembut menyentuh bahunya. Sentuha penuh kasih sayang. 

Niken berbalik melihat tangan lembut uang kini berada dibahunya. "Nyonya...," ucap Niken lirih sambil menghapus air mata yang masih mengenag di pelupuk matanya. 

Mami Rena duduk ditepi kasur tepat dihadapan Niken. Ia menatap kedalam mata Niken dengan lembut beliau mengengam tangan Niken dengan kasih. "Menagislah jika itu membuat beban yang engkau pikul bisa terasa ringan," ucap Mami Rena 

Mata Niken seolah terkunci ia tidak bisa menghindar dari tatapan mata mami Rena. 

Niken memeluk tubuh wanita yang baru ia jumpai ia menumpahkan segala sesak didadanya lewat airmata yang tiba tiba tak bisa ia tahan. Sapuan hangat dipungungnya membuat Niken merasa tenag dan damai. Seolah pelukan dari ibu kandungnya yang selama ini ia rindukan.

Setelah Niken bisa menguasai dirinya barulah Niken melepaskan pelukan Mami Rena. 

"Maaf nyonya baju anda basah," ucap Niken menunduk 

"Tidak masalah. Mami bisa ganti pakai baju yang kain."

"sepertinya maslah yang sedang kau alami sangat berat anak cantik," ucap Mami Rena sambil mengelus pungung tangan Niken yang ia genggam. 

Niken menatap nanar kesembarang arah ia tidak tau harus menjawab apa atas pertanyaan Mami Rena. 

"Jika kamu belum mau cerita yah sudah tidak perlu memaksakan diri untuk cerita. Tetapi jika kamu sudah siap bercerita Mami siap mendengarkan. Terkadang kita butuh seseorang untuk bercerita untuk membatu meringankan beban, degan bercerita kepada orang yang kita angap bisa dipercaya mana tau orang tersebut bisa  membantu kita menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang kita pikul," ujar mami Rena panjang lebar. 

Niken terdiam mencerna ucapan mami Rena. 

"entah mengapa setelah melihat kamu. Mami langsung sayang dan menggangap kamu seperti putriku." ucap Mami Rena tulus. 

"Mungkin setelah mendengar cerita ku Nyonya akan jijik dan tak mau lagi bertemu dengan Niken," ucap Niken dengan suara lemah. 

"Semua orang mempunyai jalan hidup masing masing. Apapun jalan yang orang pilih entah itu jalan kebaikan atau pun jalan yang salah kita sebagai manusia tidak bisa langsung menganggap mereka itu salah. Setiap orang punya alasan masing masing atas pilihannya." ujar Mami Rena lagi. 

Niken terdiam sejenak. Ia ragu untuk menceritakan masalahnya kepada wanita yang baru ia kenal. 

Niken memberanikan diri untuk bercerita tentang apa yang menimpanya. Sambil berlinag air mata Niken menceritakan kisah pilu dirinya yang di cap sebagai anak pembawa sial oleh ibu dan abangnya. Meski begitu Niken tak membenci mereka Ketika Niken bercerita tentang dirinya yang tak perawan lagi Mami Rena tekejut apalagi setelah Niken menceritakan pria yang menodainya tak mau bertanggung jawab. 

Mami Rena merasa ibah dan ikut hanyut dalam cerita dan kisah yang menimpa Niken. 

"Tinggalah bersama ku dirumah ini. Apabila kamu mengandung anak dari pria berengsek itu kami akan tetap menerima kalian sebagai bagian dari keluarga kami," ucap Mami Rena sambil mengengam tangan Niken yang terasa dingin. 

Kalau suka jangan lupa koment yah maksih

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status