"Aku harus bagaimana biar kau percaya?"
"Diam saja, tidak usah melakukan apa pun."
"Oke."
Jayan menopang dagunya dengan tangan, diam sambil terus memperhatikan Angel dalam. Awalnya Angel masih bisa bersikap biasa, lama kelamaan dia kalah juga. Ditatap sedalam itu oleh orang yang disuka mana bisa Angel bersikap cuek dan abai.
"Berhenti menatapku Jaydan!"
"Bagaimana caranya?" iseng Jaydan semakin menjadi-jadi.
Karel dan Alessa yang tak sengaja melihat kejadian itu bahkan sampai menganga. Terutama Karel, dia tidak menyangka sobatnya itu bisa bersikap seperti seorang player kalau sedang menggoda seorang gadis. Ini pemandangan langka. Lelaki jangkung itu iseng mengeluarkan ponselnya lalu memotret kebersamaan Jaydan dan Angel yang terlihat begitu manis jika dalam foto.
"Diam-diam menghanyutkan ya si Jaydan. Angel dipepet, Naina diladeni juga. Mau mengikuti jejakku atau bagaimana?" gumam Karel sambil menyeringai penuh kemenangan.
Berita tentang resminya hubungan Angel dan Jaydan sebagai pasangan kekasih sedang menjadi buah bibir di kalangan penduduk Nethern University. Terlebih setelah Jaydan memposting foto kekasih barunya dengan simbol hati. Sampai hari kelima sejak foto itu diunggah, komentar demi komentar terus berdatangan. Karena hal itu pula pengikut Jaydan tiba-tiba bertambah pesat. Kemungkinan besar itu adalah ara pengikut akun Angel yang penasaran dengan sosok Presiden mahasiswa yang berhasil meluluhkan hati Angel mereka. Bukan hanya Angel dan Jaydan yang ramai menjadi topik obrolan, Naina yang dengan mirisnya mengirim emoji senyum di postingan tersebut pun menuai banyak perhatian. Tidak sedikit yang menyayangkan keputusan Jaydan karena lebih memilih Angel dibanding Naina yang jelas-jelas lebih baik secara etikanya. Michelle, Austin, Hena, dan Renata pun masih konsisten bersikap nyinyir di segala k
Angel menoleh, menatap kekasihnya itu penuh tanya. "Apa?" "Mengenai kejadian di tangga waktu itu ... apa benar kau mendorong Naina?" Jaydan sudah lama ingin menanyakan hal ini namun selalu diurungkan karena merasa tidak enak. Terlebih waktu itu mereka sempat terlibat debat sengit karena masalah itu. "Kau masih peduli pada Naina?" balas Angel tidak suka. "Bukan, aku hanya ingin tahu cerita ini dari versimu." "Bukannya waktu itu kau sudah percaya bahwa aku mendorongnya, kenapa sekarang masih bertanya?" Angel semakin kesal, apa maksud Jaydan membahas hal itu di kencan pertama mereka? Benar-benar merusakmood. "Maaf, waktu itu aku terbawa emosi dan percaya begitu saja pada omongan orang-orang. Aku hanya ingin tahu tentang itu darimu." "Kalau aku mengaku bahwa benar Naina didorong olehku lantas kau mau apa? Mau mengajakku putus?" Emosi Angel ini memang rentan mengalamimood swing
"Minum dulu," titah Angel sambil memberikan minuman dingin yang tadi dia beli. "Terima kasih," ujar Jaydan setelah menegak setengah dari isi minuman dingin itu. "Ceritanya kencan tapi malah asyik main sendiri," sindir Angel bermaksud melayangkan candaan agar suasana di antara mereka bisa cair lagi. "Maaf, aku hanya ingin tahu rasanya olahraga ditonton pacar. Kata Karel itu sangat menyenangkan dan bisa menambah semangat." Angel tak habis pikir, astaga, Jaydan ini polos atau bagaimana? Kenapa tingkahnya yang begini bisa membuat hati Angel meleleh. "Lalu semangatmu bertambah?" balas Angel penasaran. "Biasa saja," jawab Jaydan sekenanya, sengaja mengusili Angel. Padahal sebenarnya tadi Jaydan senang sekali, semangatnya bertambah sepuluh kali lipat. Dia juga sering curi-curi pandang ke arah Angel. Gadis itu lalu meninju lengan kekasihnya sebal. "Aku senang Angel," jujur Jaydan akhirnya, sepertinya sudah cukup sejak tadi ia m
Angel baru selesai makan malam dengan Alessa di dapur asrama, ia kembali ke kamar lebih dulu karena ingin istirahat setelah menjalani kencan pertama yang sangat menyenangkan bersama sang kekasih. Mungkin memang tidak banyak senyum yang diumbar tapi dari aura saja sudah terlihat jelas bahwa kebahagiaan sedang bertumpuk di hati Angel. Dia membaringkan tubuh di kasur, melihat ponsel dan menggeser beberapa gambar yang dia ambil bersama Jaydan sore tadi. Tangan gadis itu gatal ingin mengunggah foto berdua dengan kekasihnya tapi ia masih ragu untuk melakukan itu. Walau bagaimana pun juga selama ini belum pernah ada laki-laki yang singgah difeed Stargramnyaselain sang ayah. Pada akhirnya, Angel memilih satu foto yang paling aman untuk dia unggah. Itu adalah foto bayangannya dan Jaydan yang dia ambil tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Tampak Jaydan sedang menuntun kekasihnya sedangkan bayangan Angel terlihat sedang memegangi ponsel sambil. Usai menentuka
"Aku tidak tahu sejak kapan suka padamu, tapi kalau tidak salah aku suka diam-diam memperhatikanmu." "Kamu punya bakatstalkerternyata," sinis Angel, kecewa dengan jawaban Jaydan yang tidak sesuai harapan. Berekspektasi memang menyakitkan kawan. "Aku juga heran." "Kapan tepatnya kamu suka memperhatikanku?" "Sejak awal, aku suka public speaking-mu ketika menjadi pembicara di beberapa forum kampus. Awalnya hanya sebatas kagum saja dengan kemampuanmu." "Lama-lama suka?" "Tidak secepat itu prosesnya, masih jauh dari kata suka sebenarnya tapi lebih ke kagum. Aku merasa kau berbeda dari gadis-gadis pada umumnya." "Apa bedanya?"
Karel ingin pura-pura tidak tahu dan mengabaikan keanehan yang sejak tadi ditunjukkan sahabatnya. Diajak diskusi serius soal tugas mata kuliah tapi Jaydan malah melamun dan sibuk senyum-senyum sendiri sambil memandangi ponselnya. Untung mereka hanya berdua, kalau ada orang lain, runtuh sudah citra Presma satu ini. Mungkin bisa dibilang alasan Jaydan berani bersikap begitu karena dirinya hanya bersama Karel. Saat dengan orang lain, dia tidak pernah seperti itu. "Anda sudah gila?" jengkel Karel sudah tidak kuat menahan emosi. Sejak tadi dia mengoceh sendiri, padahal langka sekali Karel mau belajar serius begini. Parah! Jaydan benar-benar mengabaikan Karel. Lelaki itu menggebrak meja pun tak dihiraukan. Akhirnya dia menggeser duduknya agar lebih rapat ke Jaydan. "Astaga," ujar Karel gemas sendiri. "Dari tadi kau mengabaikanku hanya karena foto bayangan ini?" lanjutnya masih berapi-api. "Aku tidak tahu dia mengambil foto ini, bagus, aku suka," bal
Dari arah yang berlawanan Jaydan tampak berjalan bersama satu teman Gery dan Naina. Mereka melangkah sambil sibuk berdiskusi entah masalah apa. Semakin dekat jarak mereka, Jaydan menyadari bahwa sebentar lagi dia akan berpapasan dengan kekasihnya. Dari jarak yang masih agak jauh, laki-laki itu sudah tersenyum yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri saking tipisnya senyum itu. Matanya tidak selalu fokus pada Angel untuk menghargai lawan bicaranya dan Jaydan pun yakin Angel akan melakukan hal yang sama. Benar saja, gadis itu malah sibuk mengajak Alessa bicara melantur tak jelas. Menyibukkan diri agar tidak terlihat terlalu salah tingkah. Padahal justru tindakan itulah definisi dari salah tingkah yang sebenarnya. "Wih, pacarnya tuh, Jay," goda Gery sambil menangkup pundak Jaydan. Jaydan menoleh dan tersenyum menanggapi godaan itu. "Sampai mana bahasan kita tadi?" "Sapa saja dulu, lanjut diskusinya nanti di sekre." Gery sangat peka
Jaydan dan teman-temannya sedang ada di ruang kelas, menanti dosen yang sebentar lagi akan memberi kuliah. Tiba-tiba ponselnya berdering, tertera nama Angel di layar ponselnya. Senyum Jaydan naik tapi sedikit aneh juga, tidak biasanya Angel menghubunginya di jam segini, apalagi gadis itu tahu sebentar lagi dia ada kelas. "Halo," ucap Jaydan memulai pembicaraan. "Jaydan hiks ... Angel ...." Itu suara Alessa yang menangis, seketika Jaydan menegang. Apa yang terjadi pada Angel? "Tenang dulu Alessa, kenapa kau menangis?" Karel yang duduk di samping Jaydan sontak menoleh ketika nama Alessa disebut. Ia jadi penasaran dengan isi percakapan Jaydan dan Alessa. "Angel masuk rumah sakit, dia sedang di UGD sekarang. Aku takut terjadi apa-apa padanya dan bingung harus menghubungi siapa. Pamannya tidak menjawab panggilanku." "Di rumah sakit mana?" tanya Jaydan berusaha tenang meski jantungnya tak merasakan hal itu.