Share

Berisik

Author: nura0484
last update Last Updated: 2023-05-08 18:01:40

Memaki sepanjang perjalanan mengingat kejadian tadi dengan orang asing, Dona tidak pernah kesal seperti ini sebelumnya dengan orang asing, ditekankan sekali lagi orang asing dan kalau perlu dicetak tebal dan garis bawahi. Ponselnya berbunyi, menatap sekilas siapa yang menghubungi semakin membuatnya kesal dan semua berawal dari Lucas.

“Kenapa?” tanya Dona setelah mengangkat panggilan yang dilakukan Endi.

[Lucas bilang kalau kamu...]

“Dasar mulut lemes dia itu.” Dona mengatakan dengan kesal.

[Kita khawatir sama kamu] Endi menenangkan Dona yang sudah semakin kesal.

“Kamu nggak tahu apa yang dia lakukan disini sama Anggi? Datang dan melakukan pengecekan laporan keuangan.” Dona mengatakan apa yang dirasakannya.

Endi tertawa mendengarnya [Kamu tahu gimana dia, itu semua cuman alasan biar bisa liburan sama Anggi]

Dona mencibir langsung dan membenarkan kata-kata Endi “Dimana kamu?”

[Perjalanan hotel habis antar Tere ke kampus, mau aku salamin sama Irwan?]

“Nggak usah aneh-aneh.” Dona menghentikan godaan Endi.

[Dia pasti khawatir kamu mimpi buruk lagi, aku yakin Irwan sudah tahu apa yang kamu alami]

Dona membenarkan kata-kata Endi, Irwan pasti sudah tahu jika dirinya mengalami mimpi buruk. Sayangnya tidak akan menghubungi Dona untuk bertanya kabar, jika bisa jujur Dona merindukan Irwan dengan semua perhatiannya.

[Jangan mikir hal aneh, kamu tahu bagaimana bunda. Apa yang bunda lakukan salah, walaupun wanita itu...]

“Aku nggak akan seperti bunda, cukup sudah apa yang dialami keluargaku dan pastinya aku tahu bagaimana perasaan Irwan sebenarnya. Dari awal memang tidak ada cinta dalam hubungan kita, kalau sampai terjadi semua itu bukan cinta.”

Dona mengatakan untuk menyenangkan dirinya, keputusannya menjauh memang agar tidak semakin menambah perasaan pada Irwan. Perasaan wanita di keluarga Hadinata memang lebih lembut dan berani, termasuk apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Dona bahkan tidak mendengarkan kata-kata Endi, fokusnya adalah keadaan jalanan yang ada dihadapannya.

“Kita sambung nanti, salam buat Tere.” Dona mematikan sambungan mereka.

Tujuannya saat ini adalah kantor, kembali kesana untuk melihat pekerjaan yang harusnya diserahkan pada Lucas sore ini. Pria satu itu meminta hasilnya sekarang juga, kepergiannya ke tempat lain untuk menenangkan diri dan ternyata tidak berhasil. Mobilnya langsung memasuki lobby kantor, Dona turun dan memberikan kunci mobilnya pada petugas.

“Bagaimana sudah siap? Ayah?” Dona bertanya sambil melangkah masuk kedalam ruangan.

“Pak Bima baru saja menyelesaikan tugas dari Pak Lucas.” Vivi mengatakan dengan suara pelan.

Dona menghentikan langkahnya, memberikan tatapan penuh selidik pada Vivi yang menundukkan kepalanya.

“Ayah yang mengerjakan?” Vivi menganggukkan kepalanya “Pak Lucas terima?” sekali lagi Vivi menganggukkan kepalanya “Ahh...”

Dona meletakkan tasnya dengan kasar, melupakan keberadaan Vivi yang berada di ruangannya. Lucas memang membuat pikiran Dona pusing sepanjang hari, kedatangan tiba-tiba dan meminta laporan hari itu juga. Dona tahu apa yang Lucas lakukan untuk kebaikan dirinya, tapi tetap saja semua itu membuatnya kesal.

“Aku pulang.”

Dona melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Vivi yang terdiam didalam ruangannya. Tujuannya saat ini adalah rumah, istirahat dan meletakkan badannya di ranjang karena tubuhnya benar-benar sudah sangat lelah. Dona sedikit bersyukur saat keadaan jalan tidak terlalu ramai membuatnya sampai di tempat tinggalnya dengan cepat, melangkahkan kakinya ke kedalam lobby apartemen untuk menuju unitnya dengan langkah pelan. Memutuskan bukan ke rumah melainkan apartemennya, tempat tinggal yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan.

Dona membelalakkan matanya saat melihat seseorang yang ditemuinya di cafe tadi, pria tidak tahu diri yang memberikan obat. Menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, tapi tampaknya pria tersebut tidak menyadari keberadaan Dona yang berada di belakangnya. Fandi membalikkan badannya dan terkejut dengan keberadaan Dona yang ada di belakangnya, ekspresi terkejutnya dengan cepat berubah menjadi datar kembali.

Masuk kedalam lift, berdua saja tanpa adanya orang lain hanya mereka berdua. Apartemen yang Dona miliki ini adalah apartemen dengan harga sewa yang tidak murah, jika orang yang berasal dari Indonesia tinggal di apartemen ini artinya adalah orang tersebut memiliki jumlah uang yang tidak sedikit. Dona hanya diam, tidak ada yang membuka suara sama sekali dan suara ponsel membuat Dona menatap kesal saat tahu siapa pelakunya.

“Ada apa?” jawab Dona malas.

[Pulang kemana? Kita belum bicara banyak]

Dona memutar bola matanya malas “Lucas lebih baik mesraan sama Anggi daripada mikirin aku, lagian pekerjaan sudah ayah selesaikan.”

Lucas tertawa mendengar kata-kata Dona [Kalau masalah mesra-mesraan sama Anggi kamu nggak perlu khawatir, tapi beneran kamu dimana?]

“Apartemen.” Dona memilih menjawab daripada Lucas semakin berisik “Nggak ada kalian kesini! Aku mau istirahat jadi jangan ganggu, mending kalian mesraan aja.”

[Aku mau nyuruh kamu ke hotel, dulu kan pernah sama Irwan jadi...]

“Ngapain ngajak ke hotel sih? Hotel kan urusan Leo bukan aku, terus buat apa bawa nama-nama Irwan?”

[Ngetest kamu udah move on atau belum?]

“Sial! Aku bukan pelakor!”

Dona menutup pembicaraan dengan Lucas, perasaan kesal mendominasi dan melupakan keberadaan Fandi yang mendengar jelas pembicaraan mereka berdua. Sedikit tenang dan seketika Dona menyadari jika terdapat seseorang yang berada didalam satu ruangan, menatap ke samping dimana Fandi tampak tidak peduli sama sekali.

“Maaf kalau mengganggu.” Dona mengatakan dengan sopan.

“Hm.”

Dona menatap tidak percaya dengan reaksi yang Fandi berikan “Kamu tinggal disini?”

“Hm.”

Dona menghembuskan nafas panjang mendengar jawaban Fandi “Kamu nggak bisa bicara sampai hanya menjawab hm?” kekesalan mulai dikeluarkannya.

Hari ini memang membuatnya kesal dan semua itu berawal dari omnya Lucas, pria yang usianya tidak berbeda jauh dengannya dan sialnya pria itu adalah adik bundanya dari ibu yang berbeda. Pertemuan dengan Fandi sebenarnya baik-baik saja, harusnya mereka tidak perlu saling menyapa saat berada di cafe tadi. Pintu lift terbuka membuat Dona menatap angkanya yang berada di angka enam belas, Fandi keluar dari lift dan langkahnya terhenti menatap Dona yang membuatya menahan tombol terbuka barangkali ada hal penting yang ingin Fandi katakan.

“Kamu itu berisik jadi orang.”

Fandi berjalan meninggalkan Dona yang masih mencerna kata-kata yang dikeluarkannya, tidak lama kemudian membelalakkan matanya setelah menyadari kata-kata Fandi. Dona memilih keluar mencari keberadaan Fandi yang ternyata belum terlalu jauh, berjalan cepat mendekatinya dan langsung memegang lengan Fandi yang membuat langkahnya terhenti menatap Dona bingung.

“Apa salahku sampai kamu mengatakan itu? Kita baru mengenal beberapa jam dan kamu dengan seenaknya mengatakan itu?” Dona memberikan tatapan tajam dan kesalnya.

“Kamu tersinggung?” Fandi melepaskan tangan Dona yang berada di lengannya “Kamu nggak sadar kalau dari tadi suaramu sudah mengganggu banyak orang termasuk di cafe.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Behind The Close Door   End

    "Sudah tidur mereka?""Barusan, ada apa?" "Aku nggak menyangka kita bisa melewati semua masalah, punya anak-anak yang lucu.""Kamu nggak kasih aku istirahat, masa setiap tahun melahirkan kaya kejar target aja." Dona mengerucutkan bibirnya yang langsung mendapatkan ciuman singkat dari Fandi."Kamu hebat dan luar biasa, melahirkan tiga anak setiap tahun." "Kamu yang kebangetan nggak biarin aku istirahat." Dona mengerucutkan bibirnya "Tapi...waktu lihat mereka lahir rasa sakit seketika hilang, aku langsung jadi penasaran kalau punya lagi akan mirip siapa.""Tapi...kenapa anak kita dan Azka nggak ada yang kembar ya?" "Mau kembar?" Dona menatap tanda tanya."Bukan gitu, kalian berdua kan kembar terus kenapa anak kalian nggak ada yang kembar?"Dona mengangkat bahunya "Belum mungkin, sekarang juga nggak kembar.""Apa kita buat kembar setelah ini lahir?" Dona membelalakkan matanya mendengar kalimat

  • Behind The Close Door   Bicara Tidak Jelas

    "Kamu mau ke Singapore aja? Sudah yakin? Memang nggak pecah itu kepala diisi belajar mulu?""Aku buat karya ilmiah disana, setidaknya sampai anak kita lahir.""Kita disini juga nggak ada masalah.""Kasihan ayah sama bunda kamu, mereka pastinya butuh anak disana. Anggap aja sebagai bakti ke orang tua.""Gimana sama mama dan papa?""Disini ada banyak anak-anaknya, beda sama ayah dan bunda. Anaknya cuman kamu sama Azka, apalagi Azka lebih senang di agency daripada ngurus perusahaan disana. Azka bilang pecah kepalanya kalau urus perusahaan disana, dia coba udah gatal pengen keluar."Dona berdecih mendengar kata-kata yang Azka ucapkan ke Fandi, Azka memang nggak suka lihat angka atau apapun itu. Azka lebih menyukai suara musik, membuat musik membuat jiwanya tenang, tidak salah jika opanya menyiapkan masa depan mereka masing-masing."Dia bukan pecah kepala aja, tapi gatal pantatnya kalau kelamaan duduk lihat angka dan baca per

  • Behind The Close Door   Hamil

    "Tokcer juga.""Jelas!" Fandi berkata dengan nada bangga dan penuh kesombongan."Kita sama sekali nggak membayangkan kamu bakal hamil lebih cepat.""Sama, ma. Kita sama sekali nggak nyangka bakal secepat ini.""Kita jadi ikut bahagia waktu Fandi kasih kabar lewat pesan, percaya nggak percaya. Apalagi kalian langsung pisah, kamu sibuk sama kerjaan dan Fandi juga sama."Dona dan Fandi hanya tersenyum mendengar kalimat sang mama, sebenarnya memang tidak bisa ditebak sama sekali. Dona tidak merasakan apapun sama sekali ketika di Singapore, masalah pekerjaan membuat Dona yang tidak merasakan tanda-tandanya. Saat bertemu Fandi seketika terjadi perubahan dan mereka segera memutuskan perika menggunakan alat tes kehamilan yang dijual umum, hasilnya positif dan tanpa menunggu waktu langsung menuju dokter kandungan di rumah sakit. Hasilnya tidak jauh berbeda, tapi bagusnya mereka langsung mengetahui usia kehamilan yang ternyata sudah ada dari sebelu

  • Behind The Close Door   Pembicaraan Dalam

    "Kenapa, bang?""Masih lama Dona?""Abang ini aneh, masih ada satu jam kali."Fandi menghirup udara banyak agar sedikit lebih tenang, biarkan Lita menganggap dirinya merindukan Dona padahal memikirkan hal yang tidak penting."Pekerjaanmu bagaimana?" Fandi membuka pembicaraan terlebih dahulu.Lita menghembuskan napas panjangnya "Aku masuk waktu lagi banyak event, makanya aku sering pulang malam. Apartemen yang diminta Mbak Dona tempati bisa membuat aku nggak perlu dengar mama ngomel.""Kamu jadi kerja di H&D?" Fandi memastikan kembali.Lita menganggukkan kepala tanpa ragu "Kurang dua tahap lagi, bang. Aku juga sering ketemu Tama buat tanya-tanya, kadang kalau luang juga ke cafenya Mbak Naila buat belajar.""Memang ditempatin dimana?" Fandi tidak tahu pembicaraan kedua wanita tersebut."Rencananya sih agency, Mbak Dona minta aku disana bantuin Mas Azka. Mbak Reina yang mantan istrinya sudah nggak disana,

  • Behind The Close Door   MDR

    "Hubungan jarak jauh? Memang enak? Sudah menikah tapi pisah.""Sementara, lagian cuman beberapa hari.""Tetap saja nggak enak secara nggak ada yang menghangatkan, hubungi Ratih aja.""Kami sudah berakhir lama."Fandi meninggalkan meja setelah tidak ada pembicaraan lebih lanjut, pembicaraan yang tidak memberikan manfaat apapun. Dua hari setelah di rumah Vivi memberi kabar untuk ke Singapore dimana ada perusahaan yang membutuhkan dipastikan dan Dona sangat ahli dalam hal itu. Disamping itu harus melakukan rapat bulanan yang mengharuskan Dona dan ayahnya berada disana."Maaf, pak.""Pras, sudah mau wisuda?" Fandi menatap mahasiswa yang baru lulus atau bisa dikatakan telat."Ya, akhirnya.""Kemana setelah ini?" "Belum tahu, pak. Saya sudah bekerja di event organizer, bukan pekerjaan di firma hukum tapi setidaknya saya bekerja dengan posisi bagus.""Bagus kalau begitu, apa kamu nggak ingin melanjut

  • Behind The Close Door   Bulan Madu (21+)

    "Dalam...ahh...lebih....ahh...."Dona meremas rambut Fandi atas apa yang dilakukan dibawah, jilatan yang dilakukan dengan memasukkan jemarinya membuat Dona bergerak tidak menentu, menarik kepala Fandi menghentikan kegaiatannya dibawah sana. Melumat kasar bibirnya menyalurkan hasrat dan gairahnya, mendorong tubuh Fandi agar berbaring dan berganti dengannya.Memberikan sentuhan pada tubuh Fandi dengan gerakan sensual, melihat itu Fandi hanya bisa mendesah dengan meremas rambut Dona, bibirnya sudah beralih ke bawah dengan memegang milik Fandi. Memasukkan kedalam mulut, memberikan jilatan pada kepalanya sebelum memasukkan kedalam mulut, gerakan maju mundur dilakukan yang membuat Fandi mendesah keras atas perbuatan Dona, mendengar suara Fandi membuat Don semangat.Memberikan tatapan menggoda dibawah sana disertai dengan jilatan kasar pada milik Fandi yang diikuti dengan gerakan tangannya yang bermain pada telurnya, Fandi mendesah keras atas semua yang Dona laku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status