Cinta bagiku hanya luka. Keindahannya hanya sebatas kata yang menyiksaku sepanjang usia. Namun cinta juga memberiku jiwa saat dia tiba-tiba hadir dan memanggilku mama.
- Joanna Michelle (37 tahun)❤
Aku seorang pria pendosa, menyakiti dia yang memberiku cinta dengan segenap jiwa. Bukannya memberi bahagia, aku malah menumpuk luka dan membuatnya trauma.
- Dareen Tucker (39 tahun)❤
Mereka bilang aku hina karena tak memiliki seorang papa. Tapi bagiku, mama adalah segalanya. Aku tidak perlu dunia dan seisinya. Selama ada mama maka hidupku sempurna.
- Khesa Devano (15 tahun)❤
Daddy dan mommy memang tidak tinggal bersama, tapi aku bahagia karena mereka tetap memberiku banyak cinta. Sampai akhirnya aku bertemu dia yang mengubah segalanya. Kepadanya aku jatuh cinta, tapi dia memperkenalkanku dengan neraka.
- Dara Tucker (15 tahun)❤
Aku bukan perempuan yang banyak bicara, tapi aku tidak pernah pura-pura. Dia hadir dengan senyum mempesona, dan membuatku jatuh cinta. Tapi sikapnya selalu menyisakan tanya, kepada siapa sebenarnya dia melabuhkan rasa?
- Jenny Zhuravel (15 tahun)❤
Aku terlahir dari keluarga bahagia, orang tuaku sangat jenaka dan mereka juga saling cinta. Tapi aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, sampai aku melihat dia menjatuhkan air mata dan dadaku sesak dibuatnya.
- Elfredo Russelen (14 tahun)❤
Aku pernah berada dalam lingkaran dosa. Menjadi duri dalam pernikahan mereka. Tapi aku tidak bisa mengulang semua, penyesalan yang ku punya tidak akan merubah segalanya. Aku menebusnya dengan memberi putriku banyak cinta. Dia tidak terlahir hina, orang tuanyalah yang berdosa.
- Wenda Maira (38 tahun)❤
Aku hanya seorang pria sederhana yang mendamba hidup bahagia bersama keluarga. Tapi takdir ternyata senang sekali mengajakku bercanda. Ia menyeretku kedalam pusara neraka dimana istriku sebagai tersangka utamanya.
- Raiden Butler (39 tahun)
❤
Aku tahu apa itu cinta, tapi kini hatiku sudah mati rasa. Aku menggunakan harta dan tahta untuk menghukum mereka yang sudah merenggut dia yang kucinta.
- Richard Clay (52 tahun)
❤
Tugasku mungkin mengabdikan diri pada negara, tapi harta dan tahta adalah caraku untuk mencintai keluarga.
- Zain Boseman (45 tahun)
Cinta bagiku adalah sesuatu yang selalu berakhir begitu saja, tidak peduli seberapa kuat aku berusaha, namun pada akhirnya semua selalu kembali pada titik semula. Dimana aku tidak punya siapa-siapa.
Jesfer/Jeffrey (37 tahun)
With love : Nhana
Brenda membolak-balikan kertas yang ada di tangannya untuk membaca secara berulang kali informasi yang tertulis diatasnya. Sudah hampir satu jam Brenda bertahan dengan posisi tersebut dan mengabaikan lawan bicaranya yang duduk bersebrangan dengannya di sofa. Kerutan di kening Brenda tidak hilang sama sekali sejak pertama ia membaca kertas tersebut sampai akhirnya sebuah desahan keras terdengar. "Oke, cukup! Aku rasa aku tidak akan pernah mengerti meski aku baca sampai kertas ini robek sekalipun." Brenda menjatuhkan tubuhnya dan memijat keningnya yang mulai pusing. "Lalu apa yang akan dr. lakukan sekarang?" tanya lawan bicara Brenda yang masih duduk anteng dan memaklumi rasa frustasi yang di perlihatkan oleh seniornya itu.
Wenda menatap punggung Raiden yang sedang membuat sarapan. Tatapan matanya begitu fokus seolah ada sesuatu yang menarik dari punggung lebar milik suami nya itu. Ekspresi Wenda pun berubah-ubah, terkadang dia terlihat bahagia, namun sesaat kemudian berubah menjadi kecewa, sedih, dingin bahkan tidak terbaca sama sekali. Sudah 2 minggu Wenda dan Raiden kembali tinggal bersama. Kondisi kejiwaan Wenda juga mulai stabil, setidaknya dirinya tidak pernah lagi mencoba untuk bunuh diri. Tapi walaupun begitu hubungan mereka tidak membaik seperti yang diharapakan karena Raiden tidak pernah benar-benar menganggap keberadaan Wenda meski mereka tinggal bersama. "Makanlah," ujar Raiden dingin saat menyodorkan sepiring sandwich dihadapan Wenda. Wenda
Dona menatap lekat sebuah album foto yang dia temukan di ruang baca milik keluarga Tucker. Tatapannya begitu fokus saat lembar demi lembar dia buka secara perlahan. Namun semakin lama, semakin banyak lembaran yang terbuka, ekspresi wajahnya justru semakin tidak terbaca. Ada kerutan di keningnya yang menandakan sebuah kebingungan. "Kak Dareen?" gumamnya penuh tanya. "Tapi kenapa fotonya di simpan di akhir, tidak berurutan seperti yang sebelumnya?" Dona mengambil salah satu foto yang tersimpan di bagian akhir album. Album foto yang sedang Dona lihat adalah album yang berisi foto-foto masa kecil Dareen. Mulai dari foto bayi hingga foto saat Dareen memasuki sekolah dasar. Semua tersusun dengan rapi dan berurutan di dalam album tersebut. Tapi ada satu foto ya
Edwin membolak-balik berkas-berkas yang akan dia gunakan untuk menuntut Wenda. Sudah berhari-hari dirinya disibukkan dengan hal yang sama, tapi tidak sedikitpun dia merasa lelah atau putus asa. Wenda memang masih dalam perawatan medis akibat depresi berat, tapi Edwin akan tetap memastikan perempuan tersebut masuk kedalam penjara dan menerima semua balasan dari perbuatannya. "Hah, aku benar-benar tidak mengerti," desah Edwin pelan. "Kali ini apa?" tanya Hanna yang setia mendampingi suaminya di ruang kerja. "Zayn Boseman dan Richard Clay.""Bukankah sudah jelas kenapa mereka saling serang, lalu bagian mana yang membuatmu ma
Dona keluar dari rumah sakit dengan wajah lelah. Sudah beberapa hari ini dia memiliki banyak jadwal operasi. Selain itu, dirinya juga disibukkan dengan pemikiran tentang Jesfer, Jeffrey dan kabar Jeno yang masih abu-abu.Hari ini Dona meminta ijin untuk pulang lebih cepat karena ingin mencari informasi tentang keberadaan Ten, sahabatnya dan satu-satunya orang yang ingin dia mintai penjelasan.Sebelum pergi menuju tempat parkiran mobil, Dona memilih untuk membeli minuman kaleng dan meneguk nya dengan kasar di bangku yang tidak jauh dari parkiran.Dona mendesah kasar begitu cairan tersebut melewati tenggorokannya. "Aku benar-benar bisa gila," desisnya pelan sambil meremat kaleng yang tidak berdosa tersebut hingga tidak berbentuk lagi dan membuangnya asal."Kenapa mereka mempermainkan ku? Siapa yang harus aku percaya sekarang?!" tanyanya pada dirinya sendiri."Maaf tante, ini sampahnya," seor
Ten berlari bagai orang kesetanan. Semua mata para penjaga rumahnya menatap bingung kearah majikannya yang tiba-tiba saja masuk rumah dengan terus berteriak."Mark!" panggil Ten dengan panik."Mark!" lagi Ten memanggil nama putranya.Para maid yang sedang bekerja pun segera menuju sumber suara untuk mengetahui apa yang sedang terjadi."Dimana Mark?" tanya Ten masih dengan nada panik."Mohon maaf nyonya, tuan muda Mark tidak berada di rumah," jawab salah satu Maid yang menunduk takut."What? Lalu dimana Mark? Siapa yang mengijinkan dia keluar?"emosi Ten seketika naik."Maaf nyonya, sepertinya tuan besar Track yang mengijinkan.""Ten, ada apa?" Track keluar dari ruang kerjanya dan menghampiri Ten yang tengah menatap para maid nya dengan tajam."Mana anakku?" desis Ten tajam.