Share

Tuan Muda Dan Egonya

Givo sedikit mendorong Grey, berusaha untuk memasuki gudang. Namun, Grey kembali ke tempatnya, Dengan dalih bahwa tidak ada apapun di dalam gudang. 

"Apa telingamu tuli?" Saat mendengar teriakan dari dalam gudang, Givo mendorong kasar Grey sampai terjatuh. Givo membuka pintu gudang. Terlihat Widuri yang tengah kesakitan. 

"Kalian tidak waras." Ziyo langsung mengikuti Givo dari belakang. Ziyo mengambil Jaka dan memasukannya lagi dalam kotak. Meskipun, butuh perjuangan, Ziyo mampu melakukannya. Sedangkan, Della dan Grey kabur.

"Apa kamu sanggup untuk berdiri?" tanya Givo saat melihat Widuri tergulai lemah di bawah lantai yang kotor. Givo memangku Widuri dengan kedua tangannya, Saat Widuri tak mampu lagi berjalan. Buk Asa yang merindukan kedua anaknya itu, berencana untuk mencarinya. Karena, Buk Asa berpikir bahwa ini adalah pesta untuk rakyat, dia menduga akan menemukan anak-anakya. 

"Widuri sungguh beruntung bukan?" ucap seorang gadis dari rumah bordil. 

"Benar sekali, dia berhasil untuk pergi dari sini, aku juga yakin dia sedang menikmati pesta," sambung gadis lainnya. 

"Aku iri," oceh yang lainnya.

"Minggir!" Givo menyuruh banyak orang untuk tidak menghalangi jalannya. Givo membawa Widuri ke ruangan khusus untuk para bangsawan. Buk Asa yang melihat itu tidak ingin tahu lebih dalam, karena menurutnya, tidak penting untuk mengetahui urusan orang lain. Juga, itu adalah tempat para bangsawan, tidak mungkin bahwa anaknya berada di sana.

"Buk Asa, bisakah anda meracik daun untuk mengobati bisa ular?" pinta Ziyo sambil masih membawa Jaka dalam kardus. 

"Tentu bisa, siapakah yang terluka?" belum selesai bertanya, Ziyo telah meninggalkannya. 

"Harus kutunda untuk mencari kedua anakku, dan sekarang aku harus mengobati orang lain," gumamnya sambil meracik daun di dapur. 

"Apakah sudah selesai?" tanya Ziyo pada Buk Asa. 

"Sudah, Tuan Muda Ziyo." Buk Asa menyodorkan piring kecil yang berisi daun penyembuh untuk Widuri. Karena, rasa bersalahnya pada Widuri, Ziyo mengambil racikan daun itu dan berniat untuk menempelkannya pada luka di kaki Widuri. 

"Mengapa lama sekali?" Givo membentaknya, dan merebut piring kecil yang Ziyo bawa. Namun, Ziyo merebutnya kembali. 

"Biar aku saja." Widuri merintih kesakitan, Givo berusaha menenangkannya. Melihat keramaian di ruangan khusus untuk bangsawan, Putri Dian menghampiri keramaian itu, ia terkejut saat Widuri mengeluh kesakitan. 

"Apa yang terjadi?" tanya Putri Dian. 

"Aku terkena bisa ular." Jawaban dari Widuri membuat seisi ruangan tercengang. Mereka berhambur keluar, dan memberitahu pada semua orang yang mereka temui, bahwa ada ular di kediaman Putri Qilma. Termasuk, Buk Asa yang berlari pergi setelah diberitahu oleh orang-orang yang bekerja didapur.

Grecy yang sedang memutar badan, begitu bahagia memiliki gaun baru yang indah. Namun, dia tidak dapat melihat keluar, karena, dayangnya menyuruh dia untuk tetap berada di dalam kamarnya. Grecy pun mengintip dari jendela untuk melihat apa yang sedang terjadi. 

"Biarkan aku yang keluar lebih dulu" jerit salah seorang bangsawan. Mereka berebut untuk bisa cepat-cepat keluar dari rumah itu. Juga, saling bertabrakan.

"Putri Anna!" panggil pengawal. Salah seorang putri bangsawan, lupa bahwa ia pergi menggunakan tandu. Suasana di luar begitu kacau. Ada juga yang kehilangan sepatunya. Putri Qilma bertanya-tanya, kemana perginya orang-orang, padahal acara belum berlangsung. Putri Qilma menuju ke arah Ziyo. Putri Qilma sama syoknya dengan Putri Dian saat mengetahui apa yang terjadi. Givo menggendong Widuri dan memasukannya ke dalam tandu. diikuti oleh Putri Dian.

"Mengapa semua orang menghilang?" Kedua orang tua Putri Qilma mempertanyakan hal itu. Tuan santo, ayah dari Putri Qilma dan Tuan Muda Ziyo marah besar pada Ziyo dan menyuruh Ziyo untuk membuang atau membunuh koleksi ular-ularnya. 

"Bukan aku yang mengeluarkannya ayah." Alibi Ziyo membuat Tuan Santo jadi semakin marah. 

"Benar ayah, Grey dan Della yang harusnya bertanggung jawab." Putri Qilma berusaha untuk membela kakaknya. 

"Jangan membelanya, pergilah ke ruanganmu! anakmu membutuhkanmu." Tuan santo meminta agar Putri Qilma dan Nyonya Kay, ibunda Putri Qilma dan Tuan Muda Ziyo untuk tidak mendengar percakapan mereka.

"Buang! Atau akan kubunuh mereka semua." Ancaman itu tidak membuat Ziyo membuang para ular kesayangannya. 

"Tidak akan kubiarkan ayah membunuhnya." Tatapan tajam milik Ziyo menyiratkan bahwa dia tidak bersalah. 

"Jika kamu masih ingin memelihara mereka, pergilah dari sini, dan juga bawa mereka semua pergi!" Tanpa menunda-nunda waktu, Ziyo meninggalkan rumah besar itu. Rumah yang selama 20 tahun menjadi tempat tinggalnya, yang di dalamnya terdapat kebahagiaan. 

"Kamu mengusirnya pergi?" Nyonya Kay menatap mata suaminya itu.

"Dia lebih cocok untuk tinggal di hutan, dengan ular-ularnya itu. Daripada, harus membahayakan nyawa orang lain." Tuan Santo membulatkan mata sambil menunjuk-nunjuk ke arah luar. 

"Apa kamu tidak berpikir dimana dia akan tinggal?"

"Aku sudah bilang padamu. Dia akan tinggal di hutan belantara."

"Aku membencimu." Nyonya Kay berteriak sambil menangis saat Tuan Santo pergi meninggalkannya. Grecy, yang mendengar perdebatan kedua orang tuanya, dan telah melihat kekacauan di luar, memeluk hangat sang ibu. Dan berbisik bahwa dia juga bersedih atas perginya Ziyo dari rumah. 

"Ayah akan membuatkan lagi acara kelahiran untuk Suri." Tuan santo menghibur Putri Qilma yamg sedang bersedih. 

"Aku tidak setuju, jika kak Ziyo tidak menghadiri acara kelahiran Suri. Ayah pikir aku sedih karena acaranya menjadi kacau? aku bersedih karena ayah mengusir Kak Ziyo." Putri Qilma memprotes. 

"Tentu saja, karena acara berikutnya juga acara untuk rakyat biasa. Jangan terlalu khawatir, ayah yakin dia bisa menjaga dirinya dengan baik."

Givo menggendong widuri dan menidurkannya pada ranjang yang ada di kamar para dayang. Para dayang melihat sinis pada Widuri dan mengunjingkannya. 

"Memangnya dia pikir dia ratu? atau seorang putri?" Dayang itu menyunggingkan senyum sinis, sambil merapihkan perabotan. 

"Mungkin dia berpikir bisa memiliki Tuan Muda Givo" 

"Itu hal yang mustahil. Bukankah Tuan Muda Givo lebih cocok dengan Putri Della."

"Tidakkah kalian menyadari bahwa Tuan Muda Givo itu sangat cocok denganku." ucap salah seorang dayang. Mereka pun tertawa bersama, gunjingan mereka berhenti, saat Putri Dian menyuruh mereka menjaga Widuri. 

"Tapi, siapa yang nanti akan menjagamu Putri Dian?"

"Kak Givo akan menjagaku." Putri Dian menatap iba pada Widuri. 

"Kau melihatnya, tapi tidak bisa menangkapnya?" ucap wanita pemilik rumah bordil, saat Bagus menceritakan apa yang terjadi. 

"Benar, Madam, seorang bangsawan melindunginya, aku jadi tidak bisa menangkapnya" 

"Aku dengar acaranya kacau, dan juga aku yakin Tuan Santo akan mengadakan lagi acara. Datanglah lagi ke acara itu! dia pasti akan kembali lagi ke acara itu," titahnya pada Bagus. 

Tuan Muda ziyo pergi ke rumah pak Bani. pak Bani merasa canggung, karena, Ziyo memohon untuk menginap di rumahnya selama satu hari. Apalagi, Tuan Muda Ziyo membawa para ular kesayangannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status