Share

Belenggu Adat dalam Cinta
Belenggu Adat dalam Cinta
Penulis: Nismara_

Nikah Yuk!

Di bawah langit senja, seorang lelaki bernama Reyhan Mahendra nampak menunggu kehadiran seseorang di taman kota Bandung. Lelaki itu memakai jas warna hitam rapi dengan jam warna silver di tangan kirinya. Wajah karismatiknya makin kentara dengan aksesoris  kaca mata hitam yang ia kenakan. Kulit putih bersih dengan gaya rambut undercut berhasil membuat beberapa wanita berdecak kagum.

Sembari duduk menunggu, sesekali Reyhan mengedarkan matanya. Ia agak sedikit kesal. Pasalanya, sudah 10 menit ia berada di sini. Taman kota Bandung ini pun nampak semakin ramai dari pertama kali ia datang.

"Maaf. Saya terlambat," ucap seorang gadis berbalut rok plisket putih dan kemeja biru laut. Jilbab putih menutup dada yang ia kenakan terlihat makin memperindah penampilannya.

Reyhan tersenyum tipis. Ia melepas kaca mata hitamnya, menatap orang yang telah dinantikannya. Gina Agustya Mahanani, gadis yang ditunggunya sedari tadi.

Melihat Reyhan yang tersenyum, membuat Gina sedikit salah tingkah. Ia ikut tersenyum sambil sedikit tertawa, merutuki keterlambatannya. Senyumannya manis, berpadu sempurna dengan kulit sawo matang dan lesung pipi yang ia miliki.

"Tidak masalah. Silakan duduk." Reyhan mempersilakan Gina duduk di sampingnya. Gina pun menurut. Namun, ia sedikit mengambil jarak.

Setelah mendudukkan diri, Gina pun bertanya "Ada hal penting apa yang ingin anda sampaikan, pak?" Tanpa basa-basi dan pembukaan apapun, Gina langsung to the point. Begitulah Gina, sangat tak suka membuang waktu. Terlebih meski taman kota cukup ramai, Gina tak terlalu senang berbincang hanya berdua dengan seorang lelaki, meskipun laki-laki itu bosnya.

"Sebelumnya, aku sudah memberi tau kan? Jika kita tidak berada di kantor, jangan panggil aku pak," ucap Reyhan agak kesal. Gina yang melihat itu hanya cengar cengir saja.

Reyhan adalah CEO muda dari sebuah perusahaan ternama di Bandung, sementara Gina adalah sekertarisnya. Meski terlihat agak tidak masuk akal karena Gina berpakaian syar'i, Reyhan tak mempermasalahkan. Dari awal, cara Gina bekerja sangat baik. Itulah sebabnya, Reyhan mempekerjakannya sebagai sekertaris.

"Oke, oke. Jadi apa yang ingin kau katakan, Rey?" Gina membenahi ucapannya, agak sedikit kikuk.

"Ih kok gitu. Mas Reyhan dong. Kamu kan orang Jawa, kalau manggil laki-laki yang lebih tua harusnya pakek mas! Umurku 28 tahun. Aku 3 tahun lebih tua dari kamu loh! Cepetan, ulangi perkataan kamu," koreksi Reyhan. Sepertinya, ia memang suka menggoda Gina. Dari tadi, ia nampak menahan tawa.

Gina tertawa dan memperbaiki lagi perkataanya. "Baiklah. Mas Reyhan?" kata Gina.

Reyhan tersenyum manis dan berkata "Nah. Gitu dong!"

"Ga mending dipanggil kang aja sekalian? Kan kamu orang Sunda?" Gina menaikkan sebelah alisnya. Setahunya, orang Sunda akan memanggil kang untuk lelaki yang lebih tua.

"Dipanggil kang juga ga papa. Emmm, kang mas aja gimana, hehe."  Reyhan terkekeh geli dengan perkataannya sendiri.

"Idih! Alay banget!" Gina tertawa lepas, namun dengan etika. Ia menutup mulutnya dengan tangan kiri. Namun, ia segera menghentikan tawanya itu saat mengetahui Reyhan tengah menatapnya.

Mata Reyhan dan Gina bertemu pandang. Cukup lama, sampai akhirnya Reyhan mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

"Ayo kita menikah."

"Apa?!" Ekspresi terkejut memenuhi wajah Gina. Ia yakin, ia tak salah dengar.

Melihat ekspresi Gina, Reyhan malah tertawa. Kini ekspresi gadis itu berubah cemberut.

"Aku serius. Aku ingin mengajakmu menikah," kata Reyhan. Lelaki 28 tahun itu pun menoleh ke arah Gina. Menabrakkan pandangannya dengan tatapan heran gadis itu.

"Nikah?!" pekik Gina heboh.

Reyhan tersenyum dan mengangguk.

"Aku menyukaimu. Sangat," ucap Reyhan. Matanya tak berpaling dari Gina. Sementara itu, Gina malah salting dan tidak tau harus berkata apa. Gadis berusia 25 tahun itu masih tak bisa menelan perkataan Reyhan dengan baik.

"Aku tidak tau sejak kapan aku menyukaimu. Tapi, aku benar-benar sangat menyukaimu," Reyhan tersenyum dengan tulusnya. Nada bicaranya melunak, tanda ia sedang tak main-main dengan ucapannya.

"Apa kau serius dengan ucapanmu?"  Reyhan mengangguk mantap. Seketika itu juga, Gina diam tanpa ekspresi. Sepertinya, gadis itu agak terkejut karena tak menyangka bos nya sendiri tengah melamarnya.

Beberapa saat terdiam, sebutir air mata keluar dari mata Gina. Gadis itu menangis.

Reyhan terkejut melihat air mata turun dari pelupuk mata Gina. Ia hampir saja reflek ingin menghapusnya, sebelum Gina menutup wajah dengan kedua tangannya. Hampir saja Reyhan menyentuh Gina yang notabenenya bukan mahramnya.

"Apa ada yang salah dengan ucapanku?" kata Reyhan dengan paniknya. Gina menggeleng. Namun, tangisannya makin menjadi-jadi. Reyhan sungguh bingung harus melakukan apa. Di sisi lain, beberapa pengunjung taman nampak memperhatikan mereka. Sungguh suasana yang tak mengenakkan bagi Reyhan.

Reyhan beranjak dari duduknya. Kini, ia bertekuk lutut di depan Gina. "Jangan begini. Ku mohon jangan menangis. Aku minta maaf," pintanya.

Gina mengusap air matanya kasar. Ia menatap Reyhan dan berkata "Kenapa minta maaf, kau tidak salah. Aku hanya. Hanya.... Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan. Itu sebabnya aku menangis."

"Jadi.... Bagaimana?" tanya Reyhan ragu. Tak bisa dipungkiri jantung Reyhan sedang berdetak tak karuan. Ia harap-harap cemas menantikan jawaban dari lamarannya pada Gina.

"Aku...," ucap Gina terpotong. Gadis itu menatap Reyhan yang tengah bertekuk lutut di hadapannya. Ia memandangi Reyhan beberapa saat, sebelum ia mengalihkan pandangan lagi.

Tiba-tiba, Gina tersenyum dan tertawa. Reyhan yang melihat itu pun heran.

"Jangan membuatku malu, Gin!" Reyhan berusaha menahan wajahnya yang mulai merah. Ia kesal, ia berpikir Gina tengah mengejeknya karena telah melamarnya.

"Baiklah. Ayo menikah. Aku juga menyukaimu. Pak Reyhan Mahendra," Gina tersenyum manis. Mendengar perkataan itu pun Reyhan ikut tersenyum. Ketegangan lelaki itu kini berubah menjadi rasa lega yang luar biasa. Beban di benaknya seakan terangkat begitu saja.

Beberapa saat kemudian, Reyhan dan Gina masih duduk di tempat yang sama, taman kota Bandung. Mereka masih senyum-senyum dan entah kenapa, suasana semakin canggung. Namun, tiba-tiba Gina membuka suara.

"Sebenarnya. Ada hal yang aku khawatirkan," kata Gina memecah kesunyian yang ada.

"Apa?" jawab Reyhan cepat.

Gina memberi jeda sebentar sebelum ia melanjutkan perkataannya. "Aku orang Jawa dan kamu orang Sunda. Apakah kita mungkin?"

Reyhan menghela nafas. Ia tau, persoalan ini tak bisa dihindari. Larangan pernikahan antara suku Jawa dan Sunda begitu kuat. Kebencian orang Sunda pada orang Jawa bermula dari perang bubat di masa lampau. Sementara orang Jawa pun punya perspektif negatif pada orang Sunda. Semua pandangan itu masih melekat kuat hingga zaman modern.

"Sebelum merantau ke Bandung 2 tahun lalu, ayahku pernah memperingatkan masalah ini. Orang Jawa dan Sunda dilarang menikah. 2 bulan lalu saat aku pulang ke Surabaya pun, ayah masih memperingatkanku akan larangan itu," jelas Gina.

"Aku akan meyakinkan ayahmu. Jangan khawatir."

"Bagaimana dengan keluargamu?" tanya Gina cepat.

Ekspresi Reyhan sedikit berubah murung. "Mitos larangan orang Jawa dan Sunda menikah sangat populer, bahkan sampai sekarang. Tapi, tidak mustahil mematahkan mitos itu jika kita berjuang bersama. Keluargaku sudah mengenalmu dengan baik karena kau adalah sekertarisku. Mungkin mereka akan mengerti," Reyhan mencoba meyakinkan Gina.

Gina hanya mengangguk dan tersenyum. Ia berharap, Reyhan serius dengan kata-katanya. Ia harap, kedua keluarga mereka akan merestui.

"Tapi, kenapa aku?" tanya Gina. Ia bermaksud menanyakan kenapa Reyhan berniat menikahinya.

"Saat di stasiun kereta, tepatnya saat kau pertama kali ke Bandung. Entah kenapa, aku sudah menyukaimu. Itu adalah pertemuan pertama kita, kan?"

Gina mengangguk-anggkuk, mencoba mengingat kejadian 2 tahun silam. "Stasiun kereta, ya?"

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status