"Ya pernah, kami bertemu satu kali,"
Rean segera mengalihkan tatapannya ke arah Alisha, meminta penjelasan sedangkan Alisha hanya berdiri dengan bingung, sama sekali tidak ingat pernah melihat pria bernama Neuro ini.
la menggeleng memberikan jawabannya kepada Rean. Tatapan mata Neuro memang terlihat tidak asing, tapi dimana ia pernah melihatnya?
"Istri Anda tidak akan ingat, kami hanya tidak sengaja berpapasan. Sepertinya dia sangat setia dengan pasangannya. Dia tidak menoleh bahkan ketika saya menyapanya lembut,"
Alisha dapat merasakan lengan Rean yang menyentuh bahunya terasa makin kuat.
la menatap wajah Rean yang mengeras, kecemburuan pria itu selalu berlebihan, "Kenapa Anda menyapa istri saya?" Tanya Rean dingin.
Neuro yang sepertinya tidak menyadari tatapan dingin Rean hanya mengangkat bahunya santai, "Hanya ingin saja karena istri Anda sangat cantik, saya tidak tahu jika dia sudah menikah,"
Alisha yang mulai merasakan ketegangan dari arah sampingnya tiba-tiba mengangkat suara, "Ah, sepertinya saya harus ke toilet,"
"Perlu saya antar Nona Alisha?" Tawar Neuro.
"Tidak perlu, saya suaminya yang akan mengantarnya," Sergah Rean cepat.
Alisha hanya mendesah, sepertinya Rean sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Sekali lagi Alisha menatap tajam pada Neuro, pria ini siapa sebenarnya?
"Baru datang kau sudah membuat masalah,"
Neuro meringis mendengar ucapan Robert, ayahnya. la memberikan raut wajah tanpa dosa, tidak sepenuhnya paham dimana letak kesalahannya, "Aku hanya sedang menyapa mereka, apa salahnya?"
Robert terlihat menampilkan raut wajah gemas pada Neuro, "Astaga, kau selamat karena sedang di tempat umum, Neuro. Kalau di rumah, Ayah pasti akan memukulmu karena membuat rekan kerja kita tidak senang,"
Neuro kembali meringis kecil, "Maafkan aku, Ayah. Aku harus pergi ada sesuatu yang harus aku urus.”
Robert ingin menahan langkah Neuro, namun Neuro sudah terlebih dulu melarikan diri darinya. Robert hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Neuro. Dari kejauhan Neuro dapat mendengar ayahnya mengeluh.
"Astaga, anak itu selalu membuatku pusing!"
Neuro yang tidak ingin ambil pusing kembali melangkahkan kakinya Wanita itu, ia sudah menemukan wanita itu, ia tidak akan melepasnya dengan bodoh seperti kemarin.
Neuro mengarahkan kakinya ke arah toilet, matanya memicing kala melihat Rean sedang bersama dengan seorang wanita.
la dapat mengenali bahwa wanita itu bukan Alisha. Neuro mengangkat alisnya bingung, siapa wanita yang sedang bermanja pada lengan Rean?
Neuro yang penasaran akhirnya mengikuti mereka yang terlihat berlalu dari sana menuju ke tempat lain.
Neuro semakin aneh kala melihat mereka menuju ke sudut tempat yang sepi, apa yang akan mereka lakukan sebenarnya?
Mata Neuro melebar saat melihat wanita itu melahap bibir Rean rakus. Astaga, apa suami Alisha ini ternyata berselingkuh?
Apa ini alasan Alisha mabuk-mabukan malam itu? Demi Tuhan, ini tempat umum kenapa mereka bermesraan seperti itu disini?
Neuro memilih menyingkir, enggan melihat pemandangan menjijikkan ini lebih jauh. Lebih baik ia mencari keberadaan Alisha.
Sudut matanya dapat melihat Alisha yang hendak berjalan ke arah kemari, entah kenapa Neuro merasa harus mencegahnya melihat pemandangan ini.
"Nona Alisha,” panggil Neuro cepat.
Alisha terlihat menghentikan langkahnya lalu menatap ke arah Neuro.
"Ah, Pak Neuro,"
"Bisa bicara sebentar? Hanya sekitar sepuluh menit,"
Alisha hanya mengangkat alisnya, sepertinya bingung karena Neuro tiba-tiba memanggil dirinya bukannya Rean. Wanita itu terlihat ragu sejenak, namun kemudian ia mengangguk kecil mengiyakan permintaan Neuro.
Neuro tersenyum tipis, selagi Rean sibuk dengan selingkuhannya, ia akan berbicara dengan istrinya ini.
Neuro akhimya mengajak Alisha ke arah balkon dimana tidak ada siapapun yang melihat mereka.
Neuro tidak ingin membuat rumor yang lebih merepotkan mengingat status Alisha yang merupakan seorang istri. Pertama, ia harus menjauhkan Alisha dari tempat Rean.
"Sebenarnya ada apa?"
Wanita itu terlihat melipat tangan di depan dada sesaat setelah mereka sampai. Neuro hanya bisa mendesah, harga dirinya terasa semakin terinjak karena Alisha sama sekali tidak mengingat kejadian itu.
"Kau sama sekali tidak mengingatku?" Neuro mulai memancing Kening Alisha terlihat berkerut, sepertinya dia memang tidak mengingat apapun. Neuro mulai merasa kesal.
"Night Club, Twenty Zero Seven, kau pasti tahu," sambung Neuro lagi.
Dalam sekejap raut wajah Alisha yang tenang berubah, matanya melebar tidak percaya menatap Neuro.
"Kau???"
Hari di mana pesta yang akan digelar Gea pun tiba. Tinggal beberapa jam lagi pesta itu akan dilangsungkan di kediaman Rean, tepatnya kediaman mereka dulu."Kau yakin akan datang ke sana?"Alisha menghela nafasnya panjang mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Jesselyn. Ini adalah pertanyaan ke dua puluh kali yang terlontar dari mulut sahabatnya itu setelah ia menerima undangan dari Gea."Tentu saja, aku kan sudah bilang padamu bahwa aku akan datang.”"Tapi Alisha, kau pasti akan dipermalukan jika hadir di sana. Mereka sedang mengejekmu, Alisha."Alisha mengangguk. "Tentu. Aku tahu.”"Lalu kau masih tetap akan datang ke sana?""Mau kau tanya seratus kali pun, jawabanku tetap sama Jess, aku pasti akan memenuhi undangan mereka."Jesselyn menepuk dahinya kuat, ia tahu Alisha memang keras kepala, tapi ia tidak tahu jika temannya ini juga sangat nekat.Menghadari pesta mantan suaminya dan selingkuhannya dulu, apa Alisha sudah gila? Tidak ada wanita yang bisa tahan melihat kebahagiaan merek
Kelly hanya bisa meremas foto-foto itu dengan kesal. Mustahil, bagaimana bisa Alisha menemukan jejak dirinya saat menjadi wanita penghibur beberapa tahun yang lalu.Hanya sebentar ia berada disana untuk bekerja, bagaimana mungkin Alisha bisa menemukan jejaknya?Apa Alisha memiliki orang handal yang pintar mencari informasi? Tidak mungkin. Perusahaan Alisha bukanlah perusahaan besar yang memiliki sumber daya manusia yang luar biasa."Bagaimana Kelly? Kau ingin aku mengirimnya pada Andrew?" ujar Alisha dengan senyuman miring."Atau bagaimana jika aku membeberkan hal ini ke media? Beritamu pasti akan besar seperti halnya beritaku. Bahkan aku bisa membuatnya lebih besar lagi," sambung Alisha kembali.Kelly mulai terlihat pucat pasi mendengar ucapan Alisha. Rahangnya bergemretak menahan amarah melihat Alisha yang tersenyum penuh arti. "Apa maumu?""Ha, tidak seru! Kenapa kau masih saja searogan itu saat kartu matimu ada di tanganku. Memohonlah padaku, Kelly Anderson! Baru aku akan memperca
Awalnya Alisha pikir Gea akan terbawa amarah saat ia lagi-lagi kalah darinya. Namun kali ini berbeda, Alisha terperangah saat melihat Gea malah mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman licik nan berbahaya. Kedua tangannya ia lipat di depan lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kelly. Aku memang sengaja kalah dari Kak Lisha,"Alisha mengangkat alis mendengar ucapan ambigu yang dilontarkan oleh Gea. Apa yang jalang ini maksud sebenarnya?"Sengaja kalah? Kenapa memangnya, Gea?" Kelly terlihat mulai memancing.Semua orang terlihat mencondongkan tubuh mereka, sama-sama ingin tahu jawaban yang akan Gea utarakan."Aku sudah mengambil semuanya dari Kak Lisha, hal ini tidak seberapa dengan pengorbanannya untukku. Dia sungguh berhati mulia mau memberikan suami tercintanya.”"Astaga, malangnya.""Kasihan sekali.""Dia tidak pandai menjaga suaminya."Alisha hanya bisa ternganga mendengar jawaban Gea. Semua orang kembali terkikik geli. Sialan, mereka sengaja menjadikan aib rumah tanggany
Alisha mengangkat wajahnya melihat ke arah depan. Matanya melebar sempurna melihat bayangan wanita itu. Raut wajah Alisha seketika mengeras melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar. Gea melangkahkan kakinya ke arah meja mereka dengan langkah mengayun. Alisha hanya bisa mengatupkan rahangnya kuat melihat penampilan Gea yang mewah malam ini. Sedang apa wanita jalang ini di sini?"Selamat malam, Kak Lisha. Akhirnya kita bertemu lagi hari ini."Melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar membuat amarah Alisha seketika bangkit. la refleks berdiri, menatap tajam ke arah Gea yang masih memasang senyum lebarnya."Apa-apaan ini, Kelly? Kenapa jalang ini ada di sini?" ujar Alisha sinis.Kelly terlihat mengangkat bahu. "Maafkan aku Alisha Sayang, tapi aku menerima semua orang yang menurutku memiliki derajat tinggi. Sekarang Gea adalah istri Rean Hadiyatma, salah satu perusahaan besar di kota ini,""Apa kalian tahu siapa dia?" Tanya Alisha sambil menunjuk Gea dengan telunjuknya."T
Dalam hati Gea bersorak mendengar ucapan Riana. Rencananya lebih lancar dari yang seharusnya berjalan. Kematian Hendriawan benar-benar menguntungkan baginya. Lihat orang-orang bodoh ini, mereka tidak tahu jika ia telah menyuntikan racun ke dalam infusan Hendriawan. Sebenarnya langkahnya untuk melenyapkan bukan bagian dari rencana, hanya saja mengingat pria tua itu bisa menjadi batu sandungan untuknya, Gea terpaksa melakukannya.Racun yang ia suntikan memang tidak dapat terdeteksi sebagai penyebab kematian, siapa yang menyangka jika pekerjaan ayahnya sebagai anggota preman cukup membantunya mengetahui informasi ini. Gea mengulas senyuman tipis. Kebencian Riana terhadap Alisha semakin membesar karena satu dua kebohongan yang ia lontarkan. la akan menjadikan Riana sebagai alat untuk menghancurkan Alisha. Tidak ada senjata yang lebih baik dibanding dari mereka yang dipenuhi dendam dan juga amarah.Dengan penuh yakin Gea mengangguk, menuruti apapun arahan Riana selanjutnya."Baik Ma, G
Suasana duka menyelimuti kediaman rumah Keluarga Hadiyatma ketika Alisha menginjakkan kakinya di sini.Semua orang berpakaian penuh hitam ikut menggambarkan betapa kelamnya hari panjang ini bagi mereka.Alisha hanya bisa menatap rumah duka itu dengan tatapan nanar. Suasana hatinya tak jua berbeda dengan suasana hati yang ditujukkan Rean dan Riana hari ini. Sedih dan putus asa.Riana terlihat masih menjerit histeris menggoncang tubuh suaminya yang terbujur kaku sementara Rean terlihat menahan lengan sang ibu untuk menguatkan hatinya yang ditinggal belahan jiwanya.Pemandangan ini sungguh memilukan membuat beberapa pelayat ikut menutup wajah, menyembunyikan tangisnya.Kedatangan Alisha dan raut wajah sedihnya nyatanya tak dapat menyentuh hati Riana sedikit pun.Melihat kedatangan Alisha yang tidak diharapkan membuat pandangan Riana berubah waspada.Wajah putus asanya seketika mengeras melihat Alisha menghampiri jasad Hendriawan. Berani sekali! Berani sekali orang yang menyebabkan kemala