Share

Pertemuan Mengejutkan

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2025-01-20 00:16:49

“Kau terlambat. Haruskah kau terlambat di hari penting ini, Neuro?”

Suara dingin itu memotong suasana seperti pedang tipis yang menusuk tanpa ampun. Neuro menghentikan langkahnya, napasnya tercekat sejenak sebelum perlahan ia membalikkan tubuhnya.

Suara itu, tegas dan penuh nada mengejek, datang dari arah Daniel, kakak keduanya, yang kini berdiri dengan tangan terlipat, menatapnya dengan tatapan penuh kebencian yang telah ia kenal sejak kecil.

Astaga! Apa lagi ini?

Neuro menarik napas panjang, menahan rasa malas yang mulai menguasai pikirannya. Hubungannya dengan Daniel selalu buruk—tidak, lebih dari buruk.

Sejak ia ingat, Daniel memperlakukannya seolah ia adalah noda yang tak diinginkan di kehidupan keluarga mereka.

“Kenapa aku harus peduli pada hari penting ini?” batinnya, meskipun ia tahu ia tidak bisa melontarkan itu secara langsung.

Daniel, seperti biasanya, berdiri dengan postur arogan yang mencerminkan kepribadiannya yang keras. “Kebahagiaanku lenyap sejak kau lahir,” itulah mantra yang selalu Daniel lontarkan setiap kali ada kesempatan.

Neuro sudah hampir kebal mendengarnya, tetapi dampaknya tetap menusuk, menggoreskan luka kecil yang tak terlihat di hatinya.

“Aku tidak mau berdebat denganmu di sini, Kak,” jawab Neuro, suaranya datar, seperti permukaan danau tanpa riak.

“Oh, ini bukan debat, Adikku. Ini peringatan,” sahut Daniel, suaranya menyusup seperti racun ke telinga Neuro. “Jangan membuat masalah atau mencoba menarik perhatian Ayah hanya untuk merebut perusahaan dariku.”

Neuro mendengus, hampir tidak percaya bahwa Daniel masih mengulang lagu lama ini. Sudah berapa kali ia menjelaskan?

Ia tidak peduli tentang perusahaan atau apa pun yang Daniel pikirkan. Namun, kata-kata itu seolah tidak pernah mencapai hati Daniel, tenggelam di dasar lautan prasangka yang telah lama tertanam.

“Terserah,” gumam Neuro akhirnya, mengangkat bahu. Ia memilih menyerah pada debat ini, bukan karena kalah, tetapi karena lelah.

Berbicara dengan Daniel sama seperti mencoba berbicara dengan tembok batu, hanya menghasilkan gema tanpa jawaban.

Ia melangkah pergi, langkahnya lebar, seolah ingin menjauh dari semua energi negatif yang Daniel pancarkan. Tapi pikirannya masih terasa berat, beban yang selalu ia rasakan setiap kali harus berhadapan dengan kakaknya.

Matanya memicing saat ia menangkap sosok ayahnya di seberang ruangan, berdiri anggun dengan senyum ramah, tengah berbincang dengan sepasang tamu yang membelakanginya.

Sosok itu—Robert—mendominasi ruangan dengan kehadirannya yang kharismatik, dan panggilan hangatnya memecahkan sejenak beban di hati Neuro.

“Neuro, kemari!”

Senyum terulas di wajah Neuro, sebuah senyuman lebar yang terasa hampir seperti pelarian.

Dengan cepat ia merapikan jasnya, memastikan setiap lipatan rapi sebelum melangkah ke arah ayahnya. Langkahnya penuh percaya diri, tetapi ada rasa penasaran yang menggantung di udara.

Tamu ini pasti seseorang yang penting jika sampai Robert memperkenalkannya secara langsung.

Namun, semua rasa penasaran itu seketika berubah menjadi kejutan saat matanya menangkap sosok wanita yang berdiri di samping pria itu.

Tubuh Neuro membeku, langkahnya terhenti di tengah jalan. Matanya membelalak, penuh keterkejutan.

Wanita itu… tubuhnya merapat sempurna di lengan pria di sebelahnya, dan ia tersenyum kecil, senyuman yang tampak tenang tetapi penuh arti.

Rambutnya kini berbeda, lebih rapi dan elegan, penampilannya pun begitu anggun. Tapi Neuro tahu—seribu persen ia tahu—bahwa ia tidak mungkin salah.

Itu dia. Wanita itu.

Wanita yang telah ia cari selama beberapa hari terakhir. Wanita yang membuatnya merasa gila sepanjang malam.

Alisha hanya tersenyum tipis, senyuman yang tampak seperti permukaan cermin tanpa cela, kala Rean menyalami rekan kerjanya dengan penuh percaya diri.

Tatapan Rean menyala-nyala, seakan seluruh dunia berputar di bawah telapak kakinya. Dengan bangga, ia menyentuh bahu Alisha, jari-jarinya mengencang sejenak, seolah ingin menandai kepemilikannya di hadapan dunia.

"Ini istri saya, Alisha," ujarnya, suaranya menggelegar seperti genderang kemenangan.

Alisha tersenyum lagi, kali ini senyuman yang ia poles dengan kesopanan. "Ah, senang bertemu dengan Anda," ucapnya sembari memberikan salam penghormatan yang anggun kepada Tuan Robert.

Namun, di dalam hati, ada api kecil yang menyala—api kemenangan kecil yang ia nikmati diam-diam. Gea, sang bayangan yang selalu mencoba mengambil tempatnya, kini hanyalah siluet yang terabaikan.

Alisha menatapnya dengan ekor matanya, memperhatikan bagaimana Gea menggeliat gelisah di sudut seperti seekor kucing kecil yang kehilangan perhatian.

Gea mendekat, suaranya kecil dan bergetar, "Kak Lisha, boleh aku ke sana saja?"

Tawa hampir meledak dari dada Alisha. Ia menelan gelombang itu, menggantinya dengan anggukan dingin.

"Baiklah. Kembali ke sini jika kau sudah merasa bosan," jawabnya ringan, sambil melihat Gea melangkah pergi.

Diam-diam, Alisha mengangkat sudut bibirnya, membentuk lengkungan kecil yang penuh dengan kepuasan.

Rasakan itu, Gea, bisik hatinya. Seorang simpanan tidak akan pernah diakui selama istri sah berdiri di samping suami.

Perhatiannya teralihkan saat suara Tuan Robert, berat dan penuh wibawa, memecah suasana.

"Itu anak saya, Neuro!" seru pria setengah baya itu, melambai dengan semangat. "Neuro, kemari!"

Alisha hampir tidak peduli. Siapa pun anak Tuan Robert, ia hanyalah salah satu bagian dari malam yang panjang ini.

Namun, saat pria bernama Neuro itu mulai melangkah mendekat, sesuatu di udara berubah.

Ketika Neuro akhirnya tiba di hadapan mereka, Alisha mengangkat pandangannya tanpa niat khusus—dan terkejut melihat tatapan pria itu.

Mata Neuro membelalak, raut wajahnya terpahat oleh keterkejutan yang begitu jelas. Seolah-olah ia baru saja melihat sesuatu yang tidak mungkin berada di hadapannya.

Ada apa? Kenapa pria ini terlihat begitu terguncang?

Rean, tanpa menyadari ketegangan yang perlahan-lahan merayap di udara, memperkenalkan Alisha lagi dengan nada bangga. "Ah, senang bertemu dengan Anda. Saya Rean, dan ini istri saya, Alisha."

Alisha mengulurkan tangan, tetapi ia memilih diam, hanya menawarkan senyum tipis yang kini mulai pudar.

Namun, ia mendapati sesuatu yang tidak biasa dalam genggaman tangan Neuro. Terlalu erat, terlalu lama.

Kurang ajar!

"Jadi namanya Alisha," gumam Neuro, suaranya rendah dan nyaris mengalun.

Matanya menyusuri wajah Alisha dengan tatapan yang terlalu dalam, terlalu penuh makna. "Cantik sekali. Ternyata benar Anda sudah menikah. Pantas saja..."

Alisha terdiam, bibirnya kaku, sementara matanya terus meneliti Neuro dengan kebingungan yang semakin mengental.

Ada sesuatu yang mencurigakan dalam senyumnya, dalam tatapan itu—tatapan yang tidak asing, tetapi sulit ia tempatkan.

Astaga. Siapa pria ini sebenarnya?

Dengan satu tarikan cepat, Alisha menarik tangannya dari genggaman Neuro. Napasnya terasa lebih cepat dari biasanya, tetapi ia berusaha keras untuk menjaga ekspresi wajahnya tetap datar.

Rean, yang kini tampak terkejut dengan suasana yang aneh, menatap Neuro dengan alis yang terangkat tinggi. "Anda mengenal istri saya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Dapatkan Uangnya dengan Cara Apa pun!

    Rean kembali ke tempatnya dengan langkah gontai. Ia segera menghampiri Gea yang tertunduk di kamar mereka.“Apa mereka benar-benar orang tuamu?” tanya Rean dengan ketus.Gea terlihat enggan menjawab, gadis itu semakin membuang wajah enggan bertatapan langsung dengan Rean.Rean merasa sangat gemas. Dia mulai menarik bahu Gea agar wajahnya menghadap langsung ke arah Gea.“Jawab!” bentak Rean kuat.Anggukan kepala yang diberikan oleh Gea membuat Rean seketika melempar tubuh itu kembali.Dia benar-benar kecewa karena Gea sama sekali tidak mendengarkan peringatannya.Bukankah sudah dia bilang jangan membuat keributan? Sekarang, Gea malah kembali mencoreng nama baik keluarga mereka.“Mama benar-benar kecewa Gea, pada kamu. Ibu dan Ayah kamu benar-benar membuat malu di sana! Seharusnya kamu mempermalukan Alisha tadi, bukan malah dia yang mempermalukanmu!”Riana ikut menimpali perdebatan mereka.Rean terperangah mendengar ucapan Riana. “Jadi, Mama juga ikut merencanakan ini?” tanya Rean tidak

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Ancaman dari Cipto

    Netra Gea melebar mendengar pernyataan yang diucapkan Cipto Kepalanya terasa sakit seketika, bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin Cipto tahu tentang hal yang ia lakukan pada Hendriawan?"Kau pikir Si Jana itu pintar menutup mulut? Dia itu jika sudah minum alkohol omongannya melantur ke mana-mana.”Gigi Gea bergemretak mendengar perkataan Cipto. Sial, seharusnya ia tidak meminta tolong pada rekan ayahnya untuk mendapatkan racun itu.la tidak tahu jika ayahnya masih berhubungan dengan para temannya setelah bebas dari penjara. Gea segera melipir ketakutan. Sekarang bagaimana? Jika Iblis ini tahu maka semua rencananya akan hancur berantakan.Riana tidak akan memaafkannya dan Rean pasti akan menceraikannya. Bagaimana sekarang? Apa dia akan diusir setelah ini? Tidak ia tidak mau, ia tidak mau kembali menjadi budak Cipto."Apa maumu?" Tanya Gea sinis. la harus tahu apa yang diinginkan Iblis yang mengaku ayahnya ini. la harus tahu kenapa Cipto membeberkan semua ini padanya."Apalagi aku mau u

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Hadiah Istimewa dari Gea

    Senyum Alisha segera ia tampilkan saat mendengar perkataan Gea. Wah, Gea sudah makin pintar dalam bersandiwara.Sedangkan Rean terlihat melebarkan matanya saat mendengar ucapan Gea. Sayang sekali mereka sedang berada di depan umum, jika tidak, Rean sudah membekap mulut Gea untuk berhenti."Jangan kira aku merebutnya, Kak Lisha sendiri yang memberikan suaminya untukku. Dia bilang pernikahannya jenuh, jadi Kak Lisha tidak tahan lalu melepas Kak Rean.“Dia bilang ingin mencari daun muda seperti pria di sebelahnya. Tapi, tolong jangan ada yang menghujatnya. Ini hari baik bagi kami, kami tidak ingin ada keributan.“Kak Lisha, tolong berikan sepatah dua patah kata untuk memberikan restu pada pernikahan kami juga untuk bayi yang berada dalam kandungan. Aku harap setelah ini tidak ada kesalahpahaman lagi tentang hubungan kami."Alisha segera melepaskan kaitan tangannya pada lengan Neuro mendengar tantangan yang dilontarkan Gea.Sejenak Neuro menahan tangan Alisha lalu menggeleng kecil, memint

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Ingin Berterimakasih

    Hari di mana pesta yang akan digelar Gea pun tiba. Tinggal beberapa jam lagi pesta itu akan dilangsungkan di kediaman Rean, tepatnya kediaman mereka dulu."Kau yakin akan datang ke sana?"Alisha menghela nafasnya panjang mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Jesselyn. Ini adalah pertanyaan ke dua puluh kali yang terlontar dari mulut sahabatnya itu setelah ia menerima undangan dari Gea."Tentu saja, aku kan sudah bilang padamu bahwa aku akan datang.”"Tapi Alisha, kau pasti akan dipermalukan jika hadir di sana. Mereka sedang mengejekmu, Alisha."Alisha mengangguk. "Tentu. Aku tahu.”"Lalu kau masih tetap akan datang ke sana?""Mau kau tanya seratus kali pun, jawabanku tetap sama Jess, aku pasti akan memenuhi undangan mereka."Jesselyn menepuk dahinya kuat, ia tahu Alisha memang keras kepala, tapi ia tidak tahu jika temannya ini juga sangat nekat.Menghadari pesta mantan suaminya dan selingkuhannya dulu, apa Alisha sudah gila? Tidak ada wanita yang bisa tahan melihat kebahagiaan merek

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Salah Memilih Lawan

    Kelly hanya bisa meremas foto-foto itu dengan kesal. Mustahil, bagaimana bisa Alisha menemukan jejak dirinya saat menjadi wanita penghibur beberapa tahun yang lalu.Hanya sebentar ia berada disana untuk bekerja, bagaimana mungkin Alisha bisa menemukan jejaknya?Apa Alisha memiliki orang handal yang pintar mencari informasi? Tidak mungkin. Perusahaan Alisha bukanlah perusahaan besar yang memiliki sumber daya manusia yang luar biasa."Bagaimana Kelly? Kau ingin aku mengirimnya pada Andrew?" ujar Alisha dengan senyuman miring."Atau bagaimana jika aku membeberkan hal ini ke media? Beritamu pasti akan besar seperti halnya beritaku. Bahkan aku bisa membuatnya lebih besar lagi," sambung Alisha kembali.Kelly mulai terlihat pucat pasi mendengar ucapan Alisha. Rahangnya bergemretak menahan amarah melihat Alisha yang tersenyum penuh arti. "Apa maumu?""Ha, tidak seru! Kenapa kau masih saja searogan itu saat kartu matimu ada di tanganku. Memohonlah padaku, Kelly Anderson! Baru aku akan memperca

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Ancaman Untuk Kelly

    Awalnya Alisha pikir Gea akan terbawa amarah saat ia lagi-lagi kalah darinya. Namun kali ini berbeda, Alisha terperangah saat melihat Gea malah mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman licik nan berbahaya. Kedua tangannya ia lipat di depan lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kelly. Aku memang sengaja kalah dari Kak Lisha,"Alisha mengangkat alis mendengar ucapan ambigu yang dilontarkan oleh Gea. Apa yang jalang ini maksud sebenarnya?"Sengaja kalah? Kenapa memangnya, Gea?" Kelly terlihat mulai memancing.Semua orang terlihat mencondongkan tubuh mereka, sama-sama ingin tahu jawaban yang akan Gea utarakan."Aku sudah mengambil semuanya dari Kak Lisha, hal ini tidak seberapa dengan pengorbanannya untukku. Dia sungguh berhati mulia mau memberikan suami tercintanya.”"Astaga, malangnya.""Kasihan sekali.""Dia tidak pandai menjaga suaminya."Alisha hanya bisa ternganga mendengar jawaban Gea. Semua orang kembali terkikik geli. Sialan, mereka sengaja menjadikan aib rumah tanggany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status