Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan

Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan

last updateLast Updated : 2025-02-28
By:  Suhadii90Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
117Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Alisha selalu percaya bahwa pernikahannya adalah dongeng indah yang tak akan ternoda. Namun, semuanya berubah ketika dia menemukan suaminya, Rean, berselingkuh dengan sepupunya sendiri, Gea. Dunia Alisha runtuh seketika. Dalam keputusasaan yang mencekam, sebuah malam yang penuh penyesalan membawa Alisha ke pelukan Neuro Edenvile, seorang pria misterius yang ternyata memiliki obsesi padanya. Alih-alih menyesali kesalahannya, Alisha memutuskan untuk memanfaatkan Neuro sebagai alat balas dendam. Tapi permainan berbahaya ini hanya membuat jalinan hidupnya semakin kusut. Antara cinta, pengkhianatan, dan obsesi, ke mana akhirnya perjalanan pernikahan Alisha dan Rean?

View More

Chapter 1

Ajakan Mengejutkan

“Ah, brengsek kalian! Brengsek!” suara Alisha meledak seperti petir di langit yang kelam. Jemarinya mencengkeram erat setir mobil, sementara air matanya berjatuhan, membasahi pipinya yang telah lama kehilangan cahaya.

Ia hanya ingin pergi. Pergi jauh dari segalanya—dari rasa sakit yang mengguncang setiap serat keberadaannya, dari bayangan kebahagiaan palsu yang kini tampak seperti lelucon kejam.

Kehidupan rumah tangga yang selama ini ia banggakan, seolah mahkota berlian di kepala, runtuh menjadi debu oleh ulah pengkhianatan.

Dan tidak sembarang pengkhianatan; yang menusuk hatinya adalah darah dagingnya sendiri, sepupunya selingkuh dan bermain gila dengan suaminya. Ini benar-benar menyakitkan!

Akhirnya, mobil itu berhenti dengan derit menyakitkan di depan sebuah bar malam. Alisha turun, melemparkan kunci mobil kepada penjaga tanpa sepatah kata, dan melangkah masuk dengan langkah yang tegas namun rapuh.

“Nona, Anda baik-baik saja? Sebenarnya Anda mau ke mana?” tanya seorang pria yang tiba-tiba menghampirinya dengan suara yang dalam dan bergetar lembut, seperti alunan cello yang menghentikan badai.

Alisha tersenyum, senyum yang lebih mirip luka terbuka daripada kebahagiaan. “Kau tampan,” gumamnya, nyaris seperti desahan.

Jemarinya, seolah digerakkan oleh sesuatu di luar kendalinya, menyentuh bibir pria itu. Lalu, seperti petir yang menyambar tanpa aba-aba, ia mendekat.

Cup!

Ciuman itu mendarat dengan kelembutan yang tak terduga. Pria itu terpaku, matanya melebar, sementara Alisha tersenyum samar. “Tampan,” bisiknya, suaranya seperti angin yang berbisik di telinga. “Kau mau jadi selingkuhanku?”

Kata-kata itu meluncur dari bibirnya seperti racun yang manis. Pria itu menatapnya dengan mata penuh kebingungan dan keterkejutan.

Ia tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi seperti ini. Selingkuhan? Konsep itu seperti tanah asing baginya, namun ada sesuatu yang menarik—sesuatu yang gelap, menggoda, dan tidak terjelaskan.

“Kau menantangku?” suaranya menggema seperti denting baja, memastikan niat di balik kata-kata penuh keberanian itu.

Wanita di depannya hanya mengangguk, lalu tertawa—tawa yang memancarkan aura seperti racun manis yang mengundang bahaya.

Senyumnya memperlihatkan deretan gigi putih sempurna, namun di balik keindahan itu ada sesuatu yang liar, tak terkendali. “Ya,” jawabnya, dengan nada yang setenang badai yang baru saja mereda.

“Kau mau? Bagaimana jika kita memulainya dengan... tidur bersama?” katanya, dengan keberanian yang membakar udara di antara mereka.

Seperti percikan api yang menyentuh tumpukan jerami kering, hasrat Neuro yang hampir terkubur oleh akal sehat kembali menyala.

Matanya menyapu wanita itu, menghafal setiap lekuk wajahnya, setiap tatapan tajam yang menghujam.

Ia tak salah dengar, wanita ini yang lebih dulu mengundangnya ke permainan berbahaya ini. Jika ia menolak, tidakkah itu akan menghancurkan serpihan terakhir dari harga diri wanita ini?

“Baiklah. Kita pergi,” katanya singkat namun tegas, menggenggam tangan wanita itu dengan hangat yang bercampur bara.

Ia memimpin langkahnya ke ruangan VIP di lantai atas, tempat yang diselimuti keintiman dan gelapnya rahasia.

“Siapa namamu, pria tampan?” tanyanya dengan suara lembutnya.

“Neuro.”

“Um! Nama yang indah.”

Namun sebelum pintu terbuka, wanita itu telah menyerangnya lebih dulu. Bibirnya yang lembut mendarat di bibir Neuro dengan kelaparan yang menggetarkan.

Neuro terkesiap, tapi segera membalas ciuman itu dengan gairah yang sama ganasnya. Nafas mereka bertaut, saling mencuri oksigen, sementara tubuh mereka semakin tenggelam dalam tarian panas yang tak terhindarkan.

Wanita itu jauh dari apa yang Neuro bayangkan. Tidak ada jejak rasa malu, hanya keberanian mentah yang mengalir dalam setiap gerakannya.

Lidah mereka menari, liar dan tak terkendali, menyapu setiap sudut rongga mulut dengan keserakahan yang tak terpuaskan.

Neuro merasa dirinya terombang-ambing dalam badai, dikuasai oleh wanita yang tampaknya memahami setiap sisi gelap hasratnya.

Ia mengerang saat bibir wanita itu mulai menelusuri kulitnya, meninggalkan jejak panas di sepanjang leher hingga dadanya. Sensasi itu seperti aliran listrik yang menjalar di setiap sarafnya, membuat pikirannya kabur.

“Wanita ini terlalu berani,” pikir Neuro, tetapi ia tahu ia menyukai setiap detiknya.

Perannya terbalik—biasanya, ia yang menjadi penguasa permainan ini, tetapi kini ia merasa tunduk pada dominasi wanita ini.

Siapa sebenarnya dia? Bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu mahir menaklukkan dirinya dalam waktu sesingkat ini?

Namun pertanyaan-pertanyaan itu hilang begitu saja ketika Neuro memutuskan untuk mengambil alih.

Ia meraih gaunnya dengan gerakan liar, menariknya hingga robek separuh, memperlihatkan tubuhnya yang bagai pahatan seni hidup.

Neuro menelan ludah. Tubuh wanita itu seperti porselen, halus tanpa cela, memantulkan kilauan samar dari cahaya lampu.

Tanpa berkata-kata, Neuro memeluk wanita itu dan melemparkannya ke ranjang, membiarkan dirinya hanyut dalam kenikmatan yang baru saja dimulai.

Permainan mereka baru saja dimulai, dan malam ini, Neuro tahu, tidak ada ruang untuk menyesal.

Neuro menggeram pelan, meminta agar benda itu terdiam. Sabar dia harus sabar, wanita ini bukan wanita yang akan ia tiduri secara sembarangan.

la akan memanjakannya, menyesap seluruh inchi di tubuh indah itu sampai seluruh dahaganya tersalurkan.

“Aku tidak tahan lagi, ah…” suara itu meluncur dari bibir wanita itu, seperti bisikan lembut di tengah badai yang membara.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
117 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status