Alisha selalu percaya bahwa pernikahannya adalah dongeng indah yang tak akan ternoda. Namun, semuanya berubah ketika dia menemukan suaminya, Rean, berselingkuh dengan sepupunya sendiri, Gea. Dunia Alisha runtuh seketika. Dalam keputusasaan yang mencekam, sebuah malam yang penuh penyesalan membawa Alisha ke pelukan Neuro Edenvile, seorang pria misterius yang ternyata memiliki obsesi padanya. Alih-alih menyesali kesalahannya, Alisha memutuskan untuk memanfaatkan Neuro sebagai alat balas dendam. Tapi permainan berbahaya ini hanya membuat jalinan hidupnya semakin kusut. Antara cinta, pengkhianatan, dan obsesi, ke mana akhirnya perjalanan pernikahan Alisha dan Rean?
View More“Ah, brengsek kalian! Brengsek!” suara Alisha meledak seperti petir di langit yang kelam. Jemarinya mencengkeram erat setir mobil, sementara air matanya berjatuhan, membasahi pipinya yang telah lama kehilangan cahaya.
Ia hanya ingin pergi. Pergi jauh dari segalanya—dari rasa sakit yang mengguncang setiap serat keberadaannya, dari bayangan kebahagiaan palsu yang kini tampak seperti lelucon kejam.
Kehidupan rumah tangga yang selama ini ia banggakan, seolah mahkota berlian di kepala, runtuh menjadi debu oleh ulah pengkhianatan.
Dan tidak sembarang pengkhianatan; yang menusuk hatinya adalah darah dagingnya sendiri, sepupunya selingkuh dan bermain gila dengan suaminya. Ini benar-benar menyakitkan!
Akhirnya, mobil itu berhenti dengan derit menyakitkan di depan sebuah bar malam. Alisha turun, melemparkan kunci mobil kepada penjaga tanpa sepatah kata, dan melangkah masuk dengan langkah yang tegas namun rapuh.
“Nona, Anda baik-baik saja? Sebenarnya Anda mau ke mana?” tanya seorang pria yang tiba-tiba menghampirinya dengan suara yang dalam dan bergetar lembut, seperti alunan cello yang menghentikan badai.
Alisha tersenyum, senyum yang lebih mirip luka terbuka daripada kebahagiaan. “Kau tampan,” gumamnya, nyaris seperti desahan.
Jemarinya, seolah digerakkan oleh sesuatu di luar kendalinya, menyentuh bibir pria itu. Lalu, seperti petir yang menyambar tanpa aba-aba, ia mendekat.
Cup!
Ciuman itu mendarat dengan kelembutan yang tak terduga. Pria itu terpaku, matanya melebar, sementara Alisha tersenyum samar. “Tampan,” bisiknya, suaranya seperti angin yang berbisik di telinga. “Kau mau jadi selingkuhanku?”
Kata-kata itu meluncur dari bibirnya seperti racun yang manis. Pria itu menatapnya dengan mata penuh kebingungan dan keterkejutan.
Ia tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi seperti ini. Selingkuhan? Konsep itu seperti tanah asing baginya, namun ada sesuatu yang menarik—sesuatu yang gelap, menggoda, dan tidak terjelaskan.
“Kau menantangku?” suaranya menggema seperti denting baja, memastikan niat di balik kata-kata penuh keberanian itu.
Wanita di depannya hanya mengangguk, lalu tertawa—tawa yang memancarkan aura seperti racun manis yang mengundang bahaya.
Senyumnya memperlihatkan deretan gigi putih sempurna, namun di balik keindahan itu ada sesuatu yang liar, tak terkendali. “Ya,” jawabnya, dengan nada yang setenang badai yang baru saja mereda.
“Kau mau? Bagaimana jika kita memulainya dengan... tidur bersama?” katanya, dengan keberanian yang membakar udara di antara mereka.
Seperti percikan api yang menyentuh tumpukan jerami kering, hasrat Neuro yang hampir terkubur oleh akal sehat kembali menyala.
Matanya menyapu wanita itu, menghafal setiap lekuk wajahnya, setiap tatapan tajam yang menghujam.
Ia tak salah dengar, wanita ini yang lebih dulu mengundangnya ke permainan berbahaya ini. Jika ia menolak, tidakkah itu akan menghancurkan serpihan terakhir dari harga diri wanita ini?
“Baiklah. Kita pergi,” katanya singkat namun tegas, menggenggam tangan wanita itu dengan hangat yang bercampur bara.
Ia memimpin langkahnya ke ruangan VIP di lantai atas, tempat yang diselimuti keintiman dan gelapnya rahasia.
“Siapa namamu, pria tampan?” tanyanya dengan suara lembutnya.
“Neuro.”
“Um! Nama yang indah.”
Namun sebelum pintu terbuka, wanita itu telah menyerangnya lebih dulu. Bibirnya yang lembut mendarat di bibir Neuro dengan kelaparan yang menggetarkan.
Neuro terkesiap, tapi segera membalas ciuman itu dengan gairah yang sama ganasnya. Nafas mereka bertaut, saling mencuri oksigen, sementara tubuh mereka semakin tenggelam dalam tarian panas yang tak terhindarkan.
Wanita itu jauh dari apa yang Neuro bayangkan. Tidak ada jejak rasa malu, hanya keberanian mentah yang mengalir dalam setiap gerakannya.
Lidah mereka menari, liar dan tak terkendali, menyapu setiap sudut rongga mulut dengan keserakahan yang tak terpuaskan.
Neuro merasa dirinya terombang-ambing dalam badai, dikuasai oleh wanita yang tampaknya memahami setiap sisi gelap hasratnya.
Ia mengerang saat bibir wanita itu mulai menelusuri kulitnya, meninggalkan jejak panas di sepanjang leher hingga dadanya. Sensasi itu seperti aliran listrik yang menjalar di setiap sarafnya, membuat pikirannya kabur.
“Wanita ini terlalu berani,” pikir Neuro, tetapi ia tahu ia menyukai setiap detiknya.
Perannya terbalik—biasanya, ia yang menjadi penguasa permainan ini, tetapi kini ia merasa tunduk pada dominasi wanita ini.
Siapa sebenarnya dia? Bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu mahir menaklukkan dirinya dalam waktu sesingkat ini?
Namun pertanyaan-pertanyaan itu hilang begitu saja ketika Neuro memutuskan untuk mengambil alih.
Ia meraih gaunnya dengan gerakan liar, menariknya hingga robek separuh, memperlihatkan tubuhnya yang bagai pahatan seni hidup.
Neuro menelan ludah. Tubuh wanita itu seperti porselen, halus tanpa cela, memantulkan kilauan samar dari cahaya lampu.
Tanpa berkata-kata, Neuro memeluk wanita itu dan melemparkannya ke ranjang, membiarkan dirinya hanyut dalam kenikmatan yang baru saja dimulai.
Permainan mereka baru saja dimulai, dan malam ini, Neuro tahu, tidak ada ruang untuk menyesal.
Neuro menggeram pelan, meminta agar benda itu terdiam. Sabar dia harus sabar, wanita ini bukan wanita yang akan ia tiduri secara sembarangan.
la akan memanjakannya, menyesap seluruh inchi di tubuh indah itu sampai seluruh dahaganya tersalurkan.
“Aku tidak tahan lagi, ah…” suara itu meluncur dari bibir wanita itu, seperti bisikan lembut di tengah badai yang membara.
Kelly hanya bisa meremas foto-foto itu dengan kesal. Mustahil, bagaimana bisa Alisha menemukan jejak dirinya saat menjadi wanita penghibur beberapa tahun yang lalu.Hanya sebentar ia berada disana untuk bekerja, bagaimana mungkin Alisha bisa menemukan jejaknya?Apa Alisha memiliki orang handal yang pintar mencari informasi? Tidak mungkin. Perusahaan Alisha bukanlah perusahaan besar yang memiliki sumber daya manusia yang luar biasa."Bagaimana Kelly? Kau ingin aku mengirimnya pada Andrew?" ujar Alisha dengan senyuman miring."Atau bagaimana jika aku membeberkan hal ini ke media? Beritamu pasti akan besar seperti halnya beritaku. Bahkan aku bisa membuatnya lebih besar lagi," sambung Alisha kembali.Kelly mulai terlihat pucat pasi mendengar ucapan Alisha. Rahangnya bergemretak menahan amarah melihat Alisha yang tersenyum penuh arti. "Apa maumu?""Ha, tidak seru! Kenapa kau masih saja searogan itu saat kartu matimu ada di tanganku. Memohonlah padaku, Kelly Anderson! Baru aku akan memperca
Awalnya Alisha pikir Gea akan terbawa amarah saat ia lagi-lagi kalah darinya. Namun kali ini berbeda, Alisha terperangah saat melihat Gea malah mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman licik nan berbahaya. Kedua tangannya ia lipat di depan lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kelly. Aku memang sengaja kalah dari Kak Lisha,"Alisha mengangkat alis mendengar ucapan ambigu yang dilontarkan oleh Gea. Apa yang jalang ini maksud sebenarnya?"Sengaja kalah? Kenapa memangnya, Gea?" Kelly terlihat mulai memancing.Semua orang terlihat mencondongkan tubuh mereka, sama-sama ingin tahu jawaban yang akan Gea utarakan."Aku sudah mengambil semuanya dari Kak Lisha, hal ini tidak seberapa dengan pengorbanannya untukku. Dia sungguh berhati mulia mau memberikan suami tercintanya.”"Astaga, malangnya.""Kasihan sekali.""Dia tidak pandai menjaga suaminya."Alisha hanya bisa ternganga mendengar jawaban Gea. Semua orang kembali terkikik geli. Sialan, mereka sengaja menjadikan aib rumah tanggany
Alisha mengangkat wajahnya melihat ke arah depan. Matanya melebar sempurna melihat bayangan wanita itu. Raut wajah Alisha seketika mengeras melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar. Gea melangkahkan kakinya ke arah meja mereka dengan langkah mengayun. Alisha hanya bisa mengatupkan rahangnya kuat melihat penampilan Gea yang mewah malam ini. Sedang apa wanita jalang ini di sini?"Selamat malam, Kak Lisha. Akhirnya kita bertemu lagi hari ini."Melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar membuat amarah Alisha seketika bangkit. la refleks berdiri, menatap tajam ke arah Gea yang masih memasang senyum lebarnya."Apa-apaan ini, Kelly? Kenapa jalang ini ada di sini?" ujar Alisha sinis.Kelly terlihat mengangkat bahu. "Maafkan aku Alisha Sayang, tapi aku menerima semua orang yang menurutku memiliki derajat tinggi. Sekarang Gea adalah istri Rean Hadiyatma, salah satu perusahaan besar di kota ini,""Apa kalian tahu siapa dia?" Tanya Alisha sambil menunjuk Gea dengan telunjuknya."T
Dalam hati Gea bersorak mendengar ucapan Riana. Rencananya lebih lancar dari yang seharusnya berjalan. Kematian Hendriawan benar-benar menguntungkan baginya. Lihat orang-orang bodoh ini, mereka tidak tahu jika ia telah menyuntikan racun ke dalam infusan Hendriawan. Sebenarnya langkahnya untuk melenyapkan bukan bagian dari rencana, hanya saja mengingat pria tua itu bisa menjadi batu sandungan untuknya, Gea terpaksa melakukannya.Racun yang ia suntikan memang tidak dapat terdeteksi sebagai penyebab kematian, siapa yang menyangka jika pekerjaan ayahnya sebagai anggota preman cukup membantunya mengetahui informasi ini. Gea mengulas senyuman tipis. Kebencian Riana terhadap Alisha semakin membesar karena satu dua kebohongan yang ia lontarkan. la akan menjadikan Riana sebagai alat untuk menghancurkan Alisha. Tidak ada senjata yang lebih baik dibanding dari mereka yang dipenuhi dendam dan juga amarah.Dengan penuh yakin Gea mengangguk, menuruti apapun arahan Riana selanjutnya."Baik Ma, G
Suasana duka menyelimuti kediaman rumah Keluarga Hadiyatma ketika Alisha menginjakkan kakinya di sini.Semua orang berpakaian penuh hitam ikut menggambarkan betapa kelamnya hari panjang ini bagi mereka.Alisha hanya bisa menatap rumah duka itu dengan tatapan nanar. Suasana hatinya tak jua berbeda dengan suasana hati yang ditujukkan Rean dan Riana hari ini. Sedih dan putus asa.Riana terlihat masih menjerit histeris menggoncang tubuh suaminya yang terbujur kaku sementara Rean terlihat menahan lengan sang ibu untuk menguatkan hatinya yang ditinggal belahan jiwanya.Pemandangan ini sungguh memilukan membuat beberapa pelayat ikut menutup wajah, menyembunyikan tangisnya.Kedatangan Alisha dan raut wajah sedihnya nyatanya tak dapat menyentuh hati Riana sedikit pun.Melihat kedatangan Alisha yang tidak diharapkan membuat pandangan Riana berubah waspada.Wajah putus asanya seketika mengeras melihat Alisha menghampiri jasad Hendriawan. Berani sekali! Berani sekali orang yang menyebabkan kemala
Telinga Riana seolah berdenging mendengar ucapan dokter di depannya."Apa maksudnya dokter? Jangan main-main. Saya mau menemui suami saya, tadi dia masih baik-baik saja. Mana mungkin suami saya meninggal," ujar Riana menolak fakta yang baru saja dikatakan dokter di depannya."Maafkan kami Bu, kami sudah berusaha namun Tuhan berkehendak lain. Nyawa suami Ibu tidak dapat kami selamatkan.”Tubuh Riana seketika melemas mendengar perkataan dokter di depannya. Tidak mungkin, tidak mungkin suaminya meninggalkannya sekarang.Dengan daya yang tersisa tinggal sedikit, Riana menghampiri ruangan Hendriawan.Tatapannya berubah nanar saat melihat tubuh kaku Hendriawan dengan wajahnya yang sudah memucat."Papa baik-baik saja kan, Pa? Papa pasti bohong kan sama Mama? Papa tidak mungkin meninggalkan Mama sendirian, bukan?"Meski Riana sudah mengguncang tubuh Hendriawan berkali-kali dengan daya yang cukup keras, Hendriawan tetap tidak merespon apapun yang sudah ia lakukan."Papa jangan bercanda begini
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments