Share

Bab 4 Penyelamat Yang Tampan

Marsha meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri, karena merasa kesal pria botak itu menampar Marsha dengan sangat kuat sampai Marsha terpental ke tanah.

"Jadilah anak baik. Kalau tidak, pisau ini akan menikam perutmu," ancam pria botak.

Saat itu, Marsha melihat ada mobil melintas, dia menunggu disaat mobil itu lebih dekat ke arahnya. Dia mendorong pria botak itu dan berlari ke arah mobil sampai menabrakkan dirinya.

Brakk.

"Apa itu," 

Pengemudi di dalam mobil terkejut. "Tuan, tunggu disini, aku akan melihatnya."

"Mmm."

Pengemudi turun dan melihat seorang wanita tertabrak oleh mobilnya, namun wajahnya masih belum terlihat. Dia mendekati wanita yang sedang mencoba untuk bangkit, pengemudi menundukkan untuk bertanya keadaan wanita itu.

"Hei Nona, apa kau baik-baik saja."

Marsha merasa sakit, tapi bukan itu yang penting sekarang. Dia harus meminta pertolongan.

"Tolong pak, ada orang jahat yang mengejarku dan temanku," ucap Marsha dengan cepat.

"Kau,"

Rupanya pengemudi itu adalah sekretaris Deo, dia mengerutkan dahinya melihat Marsha. Sebelum sempat bertanya apa yang terjadi, pria botak dan anak-anak buahnya telah datang.

"Jangan hiraukan ucapan wanita itu, pergilah dari sini," ucap pria botak dengan arogan.

Sekretaris Deo masih mengamati situasi yang terjadi, pria botak mendekat dan menarik Marsha menjauh dari sana.

"Tolong, selamatkan aku," mohon Marsha.

Axton yang merasa lama menunggu keluar. Pemandangan diluar sangat mengganggu, Axton berjalan lebih mendekat dan melihat Marsha tengah diseret pergi.

"Kau. Kemari," tunjuk Axton sambil menggerakkan jari telunjuknya.

Marsha mendengarnya, dia mendorong pria yang tengah memegangnya dan berlari ke arah Axton dengan sangat gugup Marsha sembunyi di belakang Axton.

"Beraninya kau! Rasakan ini," pria botak melayangkan tinjunya.

Dengan cepat Axton menghindar. "Hampir saja kau mengotori setelanku," kibas Axton angkuh.

Pria botak merasa dirinya telah dipermainkan dengan perintahnya semua anak buahnya menyerang Axton.

Axton hanya tersenyum sinis, malam ini sepertinya dia harus berolahraga membereskan para sampah di hadapannya.

Perkelahian terjadi, Axton cukup lihai, kakinya yang panjang menendang lawannya, tinjunya kuat mengenai wajah lawan, gerakan secepat kilat, hingga lawannya tidak bisa melihatnya. Axton terus menghajar mereka dengan tinjunya.

Lawan Axton sudah terkapar di tanah sambil meringis kesakitan, begitu juga pria botak yang telah babak belur di buat oleh Axton.

"Kau dalam masalah karena mengambil wanita itu dariku. Dia itu sudah aku beli. Jika aku melaporkannya, kau akan dibunuh," ancam pria botak.

"Ckk. Besar juga nyalimu bicara saat di situasi seperti ini," ucap Axton memandang rendah ke arah pria botak.

Axton berjalan mendekat, tangannya masih berada di dalam sakunya, tapi matanya tajam mengintimidasi pria botak.

"Arghhh."

Axton menekan bahu pria itu dengan kakinya. "Aku tidak suka ruangan kotor, karena itu aku butuh wanita itu," ucap Axton.

Pria botak itu tidak mengerti arah perkataan Axton, dia hanya memohon untuk dilepaskan. Setelah Axton menarik kembali kakinya, pria botak itu dan anak buahnya segera kabur dari tempat itu.

Disana tinggalah mereka, sekretari Deo melihat Mery berdiri dengan gemetar.

"Tenanglah, mereka sudah pergi," ucap sekretaris Deo pada Mery sambil menutup tubuh Mery dengan jasnya.

"Terima kasih."

Axton melihat kearah Marsha. "Minggir, kau menghalangi jalanku," ucap Axton dingin.

Marsha melebarkan bola matanya saat pria itu menekan ucapannya, rasanya pria yang di hadapannya terlihat menakutkan sekaligus tatapannya sangat dingin, sampai Marsha tidak sanggup bertatapan dengan lama.

Marsha menyingkir dari jalan Axton, kemudian dia membungkukkan badanya. "Terima kasih telah menolong kami," ucap Marsha dengan sangat sopan.

Axton hanya diam saja dan langsung masung ke dalam mobil, diikuti dengan sekretaris Deo masuk kedalam mobil.

Di Dalam mobil sekretaris Deo bertanya pada Axton apakah mereka perlu diantar pulang, tapi Axton menolak.

"Biarkan saja mereka, cepat jalan." Axton duduk dengan santai di dalam mobilnya.

"Baik Tuan."

Setelah mobil Axton sudah melaju tinggallah Mery dan Marsha.

"Sekarang kita harus bagaimana? Mereka tidak akan menyerah begitu saja," ucap Mery.

"Kita pindah saja besok, bersembunyi lebih baik," saut Marsha.

"Marsha. Maafkan aku. Karena aku. Kau mendapat masalah lagi," ucap Mery merasa bersalah.

"Kau itu temanku, sewajarnya aku membantumu. Jadi tidak usah berkata begitu," ucap Marsha.

Mery terlibat dari prostitusi karena dijual pacarnya, sudah sejak satu bulan Mery masuk kedalam dunia kejam itu, dan hari ini Marsha menyadari ada yang aneh dengan temannya, karena itu dia mencari tahu.

***

Keesokan harinya.

Marsha mulai membuka matanya dengan perlahan, lalu beranjak dari tempat tidur. Saat itu dia merasa ada yang salah. Setelah di cek kembali, Marsha sudah tidak melihat Mery, dia menjadi gelisah dan berusaha menghubungi Mery sambil melihat lemari pakaian Mery, semuanya sudah kosong.

Marsha terus menghubungi Mery, dia berjalan mondar-mandir, dan tepat pandangannya ke mengarah ke meja di kamar Mery, sebuah surat terletak di atasnya.

"Surat?"

Marsha langsung membukanya dan melihat isi surat itu. Rupanya Mery memilih untuk meninggalkan Marsha agar tidak terlibat ke dalam masalahnya.

Setelah membaca surat itu, Marsha menjadi sedih, dia memegang surat sambil mengingat semua kenangannya bersama Mery.

"Mery, dimanapun kamu sekarang, semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja," meneteskan air mata.

***

Axton saat ini sedang menikmati secangkir kopi di ruang pribadinya. Kakinya bergoyang tetapi pikirannya melayang entah kemana.

"Tuan, apa anda sudah putuskan, siapa wanita yang akan menjadi istri anda," ucap sekretaris Deo.

Axton belum menjawab, tapi dia membayangkan pertemuannya bersama Marsha saat di club, dan juga saat malam itu.

"Sudah. Aku ingin wanita office girl itu menjadi istriku," ucap Axton meletakkan cangkirnya.

"Dia, tapi dia punya banyak masalah. Rencanamu pasti bisa akan berantakan," jelas sekretaris Deo.

"Karena itu aku ingin memastikannya sekali lagi. Jebak dia, buat dia datang dengan sendirinya padaku, aku yakin dia akan cocok dengan rencanaku," ucap Axton.

"Jika itu mau Tuan, akan aku lakukan," ucap sekretaris Deo.

Sekretaris Deo langsung melaksanakan perintah, dia pergi memeriksa latar belakang Marsha dan mengetahui bahwa Marsha hidup seorang diri dengan hutang.

***

Di hari sabtu dan minggu, Marsha bekerja paruh waktu sebagai sales, dia sedang menyebarkan brosur pada orang-orang yang tengah lewat.

"Aku sangat haus, seharusnya aku membawa botol minum," keluh Marsha.

"Hei, kenapa hanya diam disitu, cepat sebarkan lagi." Seseorang berteriak ke arah Marsha, dia adalah tim penjualan.

"Baiklah," saut Marsha.

Marsha kembali bekerja, dia mengejar setiap orang, lalu menundukkan kepala sambil memberikan brosur.

"Ini produk bagus," ucap Marsha mempromosikan barangnya.

"Tidak, maaf."

Orang-orang tidak mau mendengarkan Marsha. Sudah lima jam dia berdiri disana sambil mondar-mandir, air minum bahkan tidak disediakan. Apa boleh buat, Marsha harus tetap melakukannya demi menambah pemasukannya.

"Kita akan pindah tempat, karena itu kau bisa istirahat selama 15 menit saja," ucap seorang wanita memberi perintah.

Marsha sangat haus, dia melihat kafe. Karena rasa hausnya dia ingin mendinginkan dahaganya dengan es americano dingin.

Marsha memesan minumannya, setelah mendapatkan minuman itu, Marsha mengambil tempat duduk.

"Aku mencari wanita yang bisa menjadi pengantin wanita untuk bosku, apa ada wanita yang kau kenal."

"Apa bosmu itu tidak masalah dengan wanita penghibur, karena kudengar pria itu cukup tua."

"Meski sudah tua, dia sangat kaya. Bayangkan saja jika dia mati, maka warisan itu akan jatuh pada istrinya."

Marsha yang tengah menyerut minumannya tidak sengaja mendengar perbincangan itu.

Dua pria yang sedang berbincang di sampingnya, dan Marsha mendengarnya dengan sangat jelas.

Marsha langsung berpindah tempat dan duduk diantara kedua pria itu.

"Maaf, aku tidak sengaja mendengar, apa kalian membutuhkan seorang wanita sebagai pengantin," ucap Marsha tanpa ragu.

"Nona siapa," pria itu melihat dengan heran.

"Oh, kenalkan nama saya Marsha. Umur 21 tahun, masih muda dan cantik," ucap Marsha sambil mengulurkan tangannya.

Kedua pria itu menyalam tangan Marsha. "Lalu apa maumu," ucap pria lainnya.

"Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak sengaja mendengarnya. Apa aku bisa mendaftarkan diri, aku masih gadis," ucap Marsha menekankan bahwa dia masih suci.

"Apa kau sadar dengan ucapanmu, kami bukan hanya butuh wanita, tapi kami harus mencarikan istri untuk bos kami," jelas mereka.

"Aku tahu itu, karena itu aku bersedia menjadi istri dari bosmu."

"Apa kau yakin, bos kami itu, pria yang sudah cukup tua. Apa kau bisa menerimanya," ucap mereka.

"Aku yakin. Asalkan bos kalian itu orang kaya dan bisa memberiku cukup banyak uang," ucap Marsha dengan tersenyum.

"Kalau soal itu, kamu tenang saja. Setelah menikah dengannya kau akan hidup dengan kemewahan," saut pria itu.

"Sungguh. Aku tidak meminta banyak. Hanya saja aku butuh uang, karena itu, jika dia bersedia memberiku rumah dan uang secukupnya itu tidak masalah bagiku."

Marsha menatap kedua pria itu dengan penuh keyakinan.

Salah satu pria itu berdehem. "Baiklah, datanglah ketempat ini. Dan kenakan pakaian yang paling sexy," ucap pria itu sambil menyerahkan secarik kartu.

"Ok."

Marsha pergi dari sana dengan kartu yang ada di tangannya, dia melihat kartu itu.

"Marsha. Segitu inginnya kau ingin menjadi kaya. Hingga bersedia bersama pria tua," ucap Marsha mengutuk dirinya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status