Marsha kembali pulang ke rumahnya, saat hampir tiba dirumah, Marsha melihat dua pria berbadan besar di depan pintu rumahnya.
"Kenapa harus hari ini," keluh Marsha.Marsha tidak bisa masuk kedalam rumahnya, dia bersembunyi ke dalam gang kecil, jika sampai terlihat oleh mereka, maka habislah Marsha. Kedua pria itu tidak kunjung pergi, mereka malah duduk di depan rumah Marsha sambil merokok, terlihat asap mengepul di udara, sudah beberapa batang rokok habis, kedua pria itu tidak juga bergerak disana.Jika bukan karena besok Marsha berencana bertemu dengan lelaki kaya itu, pastilah Marsha akan menghadapi mereka, tapi Marsha tidak ingin wajahnya babak belur hari ini saja. Tapi dia juga tidak bisa terus-terusan diluar. "Apa yang harus aku lakukan, aku harus mencari cara agar bisa menghadapi mereka," pikir Marsha.Marsha mulai muncul dan berjalan perlahan. Kedua pria itu langsung menunjukkan sikap arogannya, dia membuang puntung rokok itu, sambil berdecak marah."Eh, wanita sialan! Bayar hutangmu!" Pria dengan perangai yang lebih galak mendekat ke arah Marsha."Tenanglah, hari ini aku mendapatkan tangkapan yang besar, jika kamu bersabar sampai besok, aku akan membayar hutangku semuanya," ucap Marsha sambil melangkah mundur.Marsha menjaga jarak dari pria itu, agar jika mereka menyerang, Marsha bisa berlari dengan cepat."Kamu pikir kami bisa ditipu!""Aku sungguhan. Besok aku akan bertemu dengan pria kaya. Jika kalian tidak percaya. Kalian bisa datang kesini," menyerahkan kartu hotel.Pria itu melihat, sepertinya perkataan Marsha ada benarnya, pria yang satu lagi merebut kartu nama itu dari temannya. Melihat nama hotelnya, dia tahu hotel itu sangat terkenal dan mewah. Keduanya tersenyum sumengeriah, dan salah satunya mulai menginterogasi Marsha. "Apa kau yakin bisa mendapatkan uangnya." Menatap sinis."Sangat yakin. Bukan sudah aku katakan kalian juga bisa ikut. Jadi hari ini aku hari memakai masker agar terlihat wajahku bersinar. Jika kalian menghalanginya, kalian akan rugi besar," ucap Marsha.Mereka berpikir, melihat Marsha berbicara dengan percaya diri, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk melepaskan Marsha hari ini. Setelah orang-orang jahat itu pergi, Marsha menghembuskan nafas dengan kasar. Sampai kapan dia harus terus bersembunyi seperti, dia seperti buronan yang selalu dicari kemanapun dia pergi. Sudah tiga tahun, Marsha harus bersembunyi dari penagih hutang itu. Dia harus hidup berpindah-pindah untuk menghindari para penagih hutang, dan setiap kali mendapatkan perlakuan kasar. Marsha masuk kedalam rumah, jika dilihat itu bukan seperti rumah, semua barang-barang Marsha berantakan dimana-mana, bahkan sebagian masih di kardus karena baru saja dia pindah. Marsha menggelengkan kepala, merasa hidup memang sangat sulit.Perut Marsha bahkan tidak bisa diajak untuk bersahabat, dia begitu lapar. Dengan kesal Marsha mencari sesuatu yang dapat dimakan, hanya ada sebungkus mie instan di dapur, Marsha tidak punya pilihan selain memasak mie itu.Setelah mengisi perutnya, Marsha berbaring di tempat tidurnya, pikirannya terus melayang-layang, besok dia akan menemui pria tua dan menawarkan dirinya.***Keesokan harinya.Marsha seperti biasa kembali bekerja, kali ini jadwalnya bekerja di kantor sebagai office girl, dia harus mengerjakan pekerjaannya dengan cepat hari ini agar bisa pergi ke salon untuk berdandan."Pekerjaan telah selesai, hari ini aku izin pulang," ucap Marsha mengambil barang-barangnya."Aku tidak bisa mengizinkan kamu seenaknya, bahkan pemilik perusahaan ini belum pulang," seru Bu siti sebagai penanggung jawab."Please. Hari ini sangat penting bagiku, jika aku berhasil, aku akan membalas kebaikanmu," pamit Marsha langsung pergi.Meski Ibu siti berteriak untuk kembali bekerja, Marsha tidak peduli.Marsha berjalan dengan terburu-buru sehingga dia menabrak orang."Aduh, maaf," ucap Marsha menundukkan kepala.Pria itu menatap dengan dingin, melihat Marsha dari kaki sampai rambut, seterusnya dia berjalan sangat angkuh.Marsha menghela nafas, bertemu dengan pria itu sangat menekan dirinya, pantas saja pria itu sukses di usia muda. Pria itu hanya tergila-gila dengan pekerjaan dan tidak pernah tersenyum sama sekali.Marsha sudah tidak peduli dengan pria itu, hidupnya saja sudah sangat sulit.Marsha pergi ke salon yang terdekat. "Apa kamu bisa membuat orang terlihat sexy?" tanya Marsha pada tukang salon.Tukang salon itu mempunyai penampilan yang sangat menjolok, bahkan bagian dadanya terbuka lebar, hanya bagian puting saja yang tidak terlihat di dadanya."Tentu Nona, aku akan membuat sangat sexy, semua pria akan tergoda denganmu," senyumnya meyakinkan.Marsha menyerahkan dirinya untuk dihias, dia hanya berharap terlihat cantik, setelah cukup lama, make up nya telah terpoles diwajah."Silahkan Nona berkaca, aku yakin Nona pasti menyukainya," ucapnya.Marsha membuka matanya, wajahnya sudah terlihat di cermin, sungguh dia terlihat berbeda. Lipstik berwarna merah yang melekat di bibirnya terkesan seperti wanita pemberani, bulu mata lentik, polesan merah di pipinya, mengubahnya menjadi wanita sepenuhnya."Wauuu. Aku suka ."Marsha membayar tukang salon itu, tinggal memilih gaun yang tepat. Setelah pergi dari salon, Marsha membeli gaun di mall.Gaun merah yang terbuka di bagian atasnya, dan bagian bawahnya terbelah, hingga menampakkan setengah paha Marsha."Apa ini cukup menggoda?" tanya Marsha pada karyawan toko."Nona sungguh cantik dan sexy, apa Nona akan pergi ke suatu tempat dengan penampilan itu?" Karyawan toko tampak penasaran."Ah, aku akan menggoda seorang pria," saut Marsha sambil bercermin dan membolak-balikkan gaunya, melihat arah sisi kiri dan kanan, melihat postur tubuhnya. "Pacar Nona pasti akan langsung tergoda," puji karyawan toko."Bukan pacar, tapi pria yang sudah berumur, menurutmu apakah dia akan menyukai wanita muda seperti diriku," ucap Marsha menunjuk diri.Karyawan toko berubah ekspresi, tatapannya sinis. Mengira bahwa Marsha pasti wanita malam.Marsha yang sudah merasa cocok langsung melakukan pembayaran. Marsha keluar dari mall, tepat jam 7.00 malam, Marsha memesan taxi online lewat ponselnya, setelah menemukan taxi, dia langsung bergegas pergi ke hotel.Marsha tiba tepat di depan hotel, dia turun dengan gaun merahnya, Marsha melihat ke hotel. Kakinya masih ragu melangkah. Jika Marsha masuk ke dalam, maka takdir tidak akan bisa diubah. Marsha harus menikah dengan pria tua. Bahkan wajahnya saja Marsha belum tahu setua apa pria itu, mungkin saja pria tua itu memakai kursi roda, atau pria tua dengan sikap yang kasar, Marsha harus menerimanya.Marsha mengubah pikirannya, dia berbalik badan dan menjauh dari hotel itu.Dia tidak pergi melainkan berjalan-jalan disekitar hotel. Ketika dia berjalan, ada air mancur di depan hotel. Marsha mendekati air mancur itu. Dia berdiri tepat di depan air mancur.Sesekali air mancur menyembur ke atas, lalu turun lagi ke bawah, seperti hujan besar saja. Marsha melihat bayangan di air mancur.Marsha mengingat masa kecilnya, dia yang hidup sendirian di dunia ini tanpa orangtua, kerabat, bahkan tanpa uang. Setiap hari menjalani kehidupan yang sulit. Sungguh hari-hari menyesakkan itu membuat Marsha meneteskan air matanya.Air mata itu bahkan belum sempat terjatuh, dua pria yang tempo hari mendatangi sudah datang."Dimana uangnya." Tagihnya dengan bengis."Tunggu disini, aku akan segera kembali," ucap Marsha.Marsha pergi meninggal kedua pria itu, tapi salah satu dari mereka menahan Marsha. "Berapa lama kami menunggu," tahannya dengan kuat."Jika kamu ingin uangnya, maka kamu harus sabar." Marsha menepis.Marsha dengan hati gugup masuk ke dalam hotel. Dia mendatangi resepsionis dan memberikan kartu berwarna hitam. Petugas resepsionis mengecek data Marsha, lalu meminta rekannya agar menghantarkan Marsha ke nomor kamar yang dituju.Marsha berjalan dengan anggun. Dia melihat-melihat sekilas lalu berfokus ke depan."Ini kamarnya, silahkan masuk." Petugas hotel pergi setelah mengantarkan Marsha.Marsha berjalan masuk kedalam ruangan itu, anehnya ruangan itu gelap, pandangan Marsha tidak jelas melihat. Tetapi Marsha bisa melihat seorang pria tinggi sedang berdiri dekat jendela. Marsha sedikit ragu untuk menyapa."Kamu sudah datang," suara berat menyambar ke telinga Marsha."Sesuai janji, aku datang tepat waktu." Marsha berjalan mendekat."Jangan bergerak!"Sontak Marsha terkejut, kakinya menjadi lemas dan tubuhnya kaku. Jika pria itu butuh seorang wanita, seharusnya dia menoleh dan melihat seperti apa wanita yang akan dinikahinya. Bukannya bersikap acuh."Bukankah seorang pria dan wanita b
Axton membawa Marsha ke kasur, perlahan membuka penutup tubuh Marsha.Marsha bisa merasakan sentuhan itu, rasanya sangat panas. Axton mengecup leher Marsha, dan turun ke bagian dada Marsha, milik Axton sudah tidak bisa berkompromi lagi. Dia yang didalam sudah merasa sesak dan hendak ingin diluncurkan.Marsha sendiri sudah mulai basah, suara erangan memenuhi ruangan.Suara desahan mulai memenuhi seisi kamar, sejurnya Marsha belum berpengalaman, ini kali pertamanya dia merasakan disentuh oleh lawan jenis. Arghhh. Desahan kuat dari sudut bibir Marsha membuat milik Axton sudah bergerak liar di daerah milik Marsha.Axton melirik wajah yang saat ini sudah berubah menjadi merah merona, Marsha sedikit merasa malu dan tertekan. Axton juga terpesona dengan tubuh Marsha, kulit putih dan mulus sungguh membangkitkan gairah keperkasaanya.Axton ikut menggeram lalu menyodok semakin kencang. Axton bergerak semakin brutal hingga kasur bergoyang kuat.Saatnya Axton menelusuri bagian itu, Axton denga
Axton membawa Marsha ke mansion miliknya.Marsha mengekor dari belakang, Axton disambut oleh para pelayan-pelayan yang ada di rumah.Ketika Marsha masuk ke dalam. Ada wanita paruh baya duduk di sofa sambil bercengkrama lewat ponselnya.Saat melihat Axton datang wanita itu langsung menutup ponselnya."Siapa wanita ini?" tanya dengan sinis.Nada suaranya agak lain. Marsha yang berpikir itu Ibu Axton membungkuk memberi salam."Selamat pagi Ma." Mencoba bersikap manis."Berhentilah bicara yang aneh-aneh, dia itu bukan Ibuku, dia itu hanya seorang bibi, " ucap Axto melirik Marsha.Wanita itu bibi Axton bernama Mery penampilannya sangat rapi seperti ibu pejabat saja.Lalu dari atas nampak seorang pria turun yang seumuran dengan Axton."Wanita baru lagi," ucapnya remeh.Pria itu sepupu Axton bernama Tom, anak dari bibinya."Perkenalkan dia calon istriku, kami akan segera menikah." Ax
Marsha tidak menunggu lagi, dia langsung mendorong Axton dan bergegas pergi dari sana. Melihat tingkah Marsha membuat Axton semakin tertarik dengan Marsha. ***Ngiiingg.Suara dengungan terdengar di telinga Marsha, pandangannya kabur, kepalanya terasa diputar-putar."Bangun Nona!"Marsha mengerjapkan beberapa kali matanya. Diliatnya langit-langit kamar tidurnya, kemudian diliatnya dua wanita berpakaian seragam pelayan."Masih jam berapa ini, kalian membangunkanku, cepat pergi sana!" Marsha kembali berbaring dan menarik selimutnya.Dua wanita itu tidak menyerah, dia kembali membunyikan alaram dan meletakkan di telinga Marsha."Maaf Nona, ini perintah dari tuan Axton. Mulai dari sekarang anda harus bangun lebih awal."Marsha mengabaikan perkataan pelayan itu, dia tetap menutup matanya dengan rapat.Kedua wanita saling menatap satu sama lain, setelah itu mereka saling mengangguk.Kedua p
Marsha ditinggalkan di kantor, Axton sudah pulang lebih dulu.Marsha sedang menunggu bus, dia menatap ke arah jalan. Kenapa tidak ada yang berubah? Marsha masih menunggu bus. Seharusnya dia sudah menjadi nona cantik dan menikmati hari-harinya dengan tenang, namun nyatanya dia dipaksa untuk bekerja.Axton tidak berada di rumah, dia berada di villa pribadinya, villa yang hanya dia yang tahu.Marsha harus banyak belajar jika ingin bertahan di dunianya.Setibanya dirumah, Marsha melihat Mery duduk di ruang tengah dengan tatapan mematikan."Buatkan aku jus," perintah Mery langsung.Marsha langsung mendesah berat. "Aku bukan pembantu, aku ini calon istri keponakanmu." Marsha kembali berjalan."Dasar wanita jalang!" Mery menarik rambut Marsha dengan kuat. "Beraninya wanita sepertimu membantahku," teriaknya keras.Beberapa pelayan merasa takut jika kemarahan Mery mengenai mereka."Ck, aku hanya ingin tenang, ta
Malam hari.Hotel bintang lima terlihat sangat berkilau, meski dari jarak jauh, hotel itu menjulang sangat tinggi, hanya orang kaya yang bisa masuk ke dalam hotel.Axton dan Marsha turun dari mobil bersamaan. Setiap tahun Axton akan menghadiri pertemuan khusus.Pertemuan itu diperuntukkan untuk kalangan pebisnis di seluruh dunia.Axton memasan nomor kamar. Sebelum pertemuan, Axton akan beristirahat lebih dulu.Axton mengambil rokok elektrik yang ada di sakunya, menghisapnya dan menghembuskan ya berkali-kali.Marsha sangat tertekan ketika bersama Axton, sebulan bersama Axton tidak menjadikannya sebagai wanita kesayangan Axton.Pria itu tetap mengabaikan Marsha, bahkan untuk bercinta saja pria itu tidak sempat.Marsha berdiri tegak di sisi jendela, dia melihat ke arah luar, sungguh hotel ini sangat tinggi, Marsha bisa melihat sisi kota."Jangan mengacau di pertemuan ini, aku akan memperkenalkanmu sebagai
Marsha sudah tidak sadarkan diri, semua orang yang ada di aula pesta berbisik-bisik tentang apa yang terjadi dengan wanita tuan Axton. Axton menahan tubuh Marsha dengan tangannya, di tatapnya wanita itu, terlihat bahwa wajah Marsha habis dipukul oleh seseorang. Dengan segera Axton menggendong Marsha dan membawanya keluar dari gedung itu. Diletakkannya Marsha di dalam mobil, kemudian Axton sendiri menyetir menuju rumah sakit. Sedangkan Tom berada di balik pintu. Tom bersembunyi dari Axton. "Sial! Wanita itu berhasil melarikan diri. "Setelah tiba di rumah sakit, Axton memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Marsha, untungnya gadis itu baik-baik saja. Untuk semenatara waktu Marsha akan di rawat dirumah sakit, Axton menarik kursi dan duduk di samping Marsha. "Aku tidak yakin bahwa kamu wanita yang tepat untuk menjalankan rencanaku, " memandang wajah Marsha dengan seksama. Axron mendapat telepon dari Pak Han.Pak Han menjelaskan bahwa Marsha dibawa Tom ke kamarnya lalu he
Pagi hari yang cerah, di sebuah rumah mewah, Marsha sudah terbangun dari tidurnya, orang yang tidur bersamanya telah pergi entah kemana. Perlahan Marsha menurunkan kakinya. Ia beranjak ke arah jendela kemudian ia membuka jendela dan melihat pemandangan langit yang membiru dari dalam kamarnya. Marhsa melirik jam lewat ponselnya. Sudah hampir siang. Lalu Marsha ingat malam panas bersama Axton. "Hanya dia yang diuntungkan. " Marsha melemparkan ponselnya ke kasur, dengan nafas kasar, ia menghempaskan kembali dirinya ke atas kasur yang empuk itu. Ada yang mengetuk pintu. "Nona, tuan meminta anda pergi ke kantornya hari ini, " ucap pembantu menyampaikan pesan dari Axton. Mendengar itu, Marha membuka pintu. "Untuk apa ke kantor? ""Tidak tahu Nona, tuan hanya berpesan kalau Nona sudah bangun harus bersiap untuk kekantor. " Marsha tidak mengerti dengan pria itiu, apalagi yang diinginkan darinya. "Baiklah, kamu boleh pergi, " setelah itu menutup pintu. Ketika Marsha membuka le