Share

Bab 5 Tempat Pertemuan

Marsha kembali pulang ke rumahnya, saat hampir tiba dirumah, Marsha melihat dua pria berbadan besar di depan pintu rumahnya.

"Kenapa harus hari ini," keluh Marsha.

Marsha tidak bisa masuk kedalam rumahnya, dia bersembunyi ke dalam gang kecil, jika sampai terlihat oleh mereka, maka habislah Marsha. 

Kedua pria itu tidak kunjung pergi, mereka malah duduk di depan rumah Marsha sambil merokok, terlihat asap mengepul di udara, sudah beberapa batang rokok habis, kedua pria itu tidak juga bergerak disana.

Jika bukan karena besok Marsha berencana bertemu dengan lelaki kaya itu, pastilah Marsha akan menghadapi mereka, tapi Marsha tidak ingin wajahnya babak belur hari ini saja. Tapi dia juga tidak bisa terus-terusan diluar. 

"Apa yang harus aku lakukan, aku harus mencari cara agar bisa menghadapi mereka," pikir Marsha.

Marsha mulai muncul dan berjalan perlahan. Kedua pria itu langsung menunjukkan sikap arogannya, dia membuang puntung rokok itu, sambil berdecak marah.

"Eh, wanita sialan! Bayar hutangmu!" Pria dengan perangai yang lebih galak mendekat ke arah Marsha.

"Tenanglah, hari ini aku mendapatkan tangkapan yang besar, jika kamu bersabar sampai besok, aku akan membayar hutangku semuanya," ucap Marsha sambil melangkah mundur.

Marsha menjaga jarak dari pria itu, agar jika mereka menyerang, Marsha bisa berlari dengan cepat.

"Kamu pikir kami bisa ditipu!"

"Aku sungguhan. Besok aku akan bertemu dengan pria kaya. Jika kalian tidak percaya. Kalian bisa datang kesini," menyerahkan kartu hotel.

Pria itu melihat, sepertinya perkataan Marsha ada benarnya, pria yang satu lagi merebut kartu nama itu dari temannya. Melihat nama hotelnya, dia tahu hotel itu sangat terkenal dan mewah. 

Keduanya tersenyum sumengeriah, dan salah satunya mulai menginterogasi Marsha. "Apa kau yakin bisa mendapatkan uangnya." Menatap sinis.

"Sangat yakin. Bukan sudah aku katakan kalian juga bisa ikut. Jadi hari ini aku hari memakai masker agar terlihat wajahku bersinar. Jika kalian menghalanginya, kalian akan rugi besar," ucap Marsha.

Mereka berpikir, melihat Marsha berbicara dengan percaya diri, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk melepaskan Marsha hari ini. 

Setelah orang-orang jahat itu pergi, Marsha menghembuskan nafas dengan kasar. Sampai kapan dia harus terus bersembunyi seperti, dia seperti buronan yang selalu dicari kemanapun dia pergi. 

Sudah tiga tahun, Marsha harus bersembunyi dari penagih hutang itu. Dia harus hidup berpindah-pindah untuk menghindari para penagih hutang, dan setiap kali mendapatkan perlakuan kasar. 

Marsha masuk kedalam rumah, jika dilihat itu bukan seperti rumah, semua barang-barang Marsha berantakan dimana-mana, bahkan sebagian masih di kardus karena baru saja dia pindah. Marsha menggelengkan kepala, merasa hidup memang sangat sulit.

Perut Marsha bahkan tidak bisa diajak untuk bersahabat, dia begitu lapar. Dengan kesal Marsha mencari sesuatu yang dapat dimakan, hanya ada sebungkus mie instan di dapur, Marsha tidak punya pilihan selain memasak mie itu.

Setelah mengisi perutnya, Marsha berbaring di tempat tidurnya, pikirannya terus melayang-layang, besok dia akan menemui pria tua dan menawarkan dirinya.

***

Keesokan harinya.

Marsha seperti biasa kembali bekerja, kali ini jadwalnya bekerja di kantor sebagai office girl, dia harus mengerjakan pekerjaannya dengan cepat hari ini agar bisa pergi ke salon untuk berdandan.

"Pekerjaan telah selesai, hari ini aku izin pulang," ucap Marsha mengambil barang-barangnya.

"Aku tidak bisa mengizinkan kamu seenaknya, bahkan pemilik perusahaan ini belum pulang," seru Bu siti sebagai penanggung jawab.

"Please. Hari ini sangat penting bagiku, jika aku berhasil, aku akan membalas kebaikanmu," pamit Marsha langsung pergi.

Meski Ibu siti berteriak untuk kembali bekerja, Marsha tidak peduli.

Marsha berjalan dengan terburu-buru sehingga dia menabrak orang.

"Aduh, maaf," ucap Marsha menundukkan kepala.

Pria itu menatap dengan dingin, melihat Marsha dari kaki sampai rambut, seterusnya dia berjalan sangat angkuh.

Marsha menghela nafas, bertemu dengan pria itu sangat menekan dirinya, pantas saja pria itu sukses di usia muda. Pria itu hanya tergila-gila dengan pekerjaan dan tidak pernah tersenyum sama sekali.

Marsha sudah tidak peduli dengan pria itu, hidupnya saja sudah sangat sulit.

Marsha pergi ke salon yang terdekat. "Apa kamu bisa membuat orang terlihat sexy?" tanya Marsha pada tukang salon.

Tukang salon itu mempunyai penampilan yang sangat menjolok, bahkan bagian dadanya terbuka lebar, hanya bagian puting saja yang tidak terlihat di dadanya.

"Tentu Nona, aku akan membuat sangat sexy, semua pria akan tergoda denganmu," senyumnya meyakinkan.

Marsha menyerahkan dirinya untuk dihias, dia hanya berharap terlihat cantik, setelah cukup lama, make up nya telah terpoles diwajah.

"Silahkan Nona berkaca, aku yakin Nona pasti menyukainya," ucapnya.

Marsha membuka matanya, wajahnya sudah terlihat di cermin, sungguh dia terlihat berbeda. Lipstik berwarna merah yang melekat di bibirnya terkesan seperti wanita pemberani, bulu mata lentik, polesan merah di pipinya, mengubahnya menjadi wanita sepenuhnya.

"Wauuu. Aku suka ."

Marsha membayar tukang salon itu, tinggal memilih gaun yang tepat. Setelah pergi dari salon, Marsha membeli gaun di mall.

Gaun merah yang terbuka di bagian atasnya, dan bagian bawahnya terbelah, hingga menampakkan setengah paha Marsha.

"Apa ini cukup menggoda?" tanya Marsha pada karyawan toko.

"Nona sungguh cantik dan sexy, apa Nona akan pergi ke suatu tempat dengan penampilan itu?" Karyawan toko tampak penasaran.

"Ah, aku akan menggoda seorang pria," saut Marsha sambil bercermin dan membolak-balikkan gaunya, melihat arah sisi kiri dan kanan, melihat postur tubuhnya. 

"Pacar Nona pasti akan langsung tergoda," puji karyawan toko.

"Bukan pacar, tapi pria yang sudah berumur, menurutmu apakah dia akan menyukai wanita muda seperti diriku," ucap Marsha menunjuk diri.

Karyawan toko berubah ekspresi, tatapannya sinis. Mengira bahwa Marsha pasti wanita malam.

Marsha yang sudah merasa cocok langsung melakukan pembayaran. 

Marsha keluar dari mall, tepat jam 7.00 malam, Marsha memesan taxi online lewat ponselnya, setelah menemukan taxi, dia langsung bergegas pergi ke hotel.

Marsha tiba tepat di depan hotel, dia turun dengan gaun merahnya, Marsha melihat ke hotel. Kakinya masih ragu melangkah. Jika Marsha masuk ke dalam, maka takdir tidak akan bisa diubah. Marsha harus menikah dengan pria tua. Bahkan wajahnya saja Marsha belum tahu setua apa pria itu, mungkin saja pria tua itu memakai kursi roda, atau pria tua dengan sikap yang kasar, Marsha harus menerimanya.

Marsha mengubah pikirannya, dia berbalik badan dan menjauh dari hotel itu.

Dia tidak pergi melainkan berjalan-jalan disekitar hotel. Ketika dia berjalan, ada air mancur di depan hotel. Marsha mendekati air mancur itu. Dia berdiri tepat di depan air mancur.

Sesekali air mancur menyembur ke atas, lalu turun lagi ke bawah, seperti hujan besar saja. Marsha melihat bayangan di air mancur.

Marsha mengingat masa kecilnya, dia yang hidup sendirian di dunia ini tanpa orangtua, kerabat, bahkan tanpa uang. Setiap hari menjalani kehidupan yang sulit. Sungguh hari-hari menyesakkan itu membuat Marsha meneteskan air matanya.

Air mata itu bahkan belum sempat terjatuh, dua pria yang tempo hari mendatangi sudah datang.

"Dimana uangnya." Tagihnya dengan bengis.

"Tunggu disini, aku akan segera kembali," ucap Marsha.

Marsha pergi meninggal kedua pria itu, tapi salah satu dari mereka menahan Marsha. "Berapa lama kami menunggu," tahannya dengan kuat.

"Jika kamu ingin uangnya, maka kamu harus sabar." Marsha menepis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status