Archer’s Mansion
07.23 AM__________Terlihat Kenedict tengah menutup mata rapat-rapat. Pria itu terganggu dengan cahaya matahari yang tiba-tiba masuk. Bunyi gordeng yang di tarik paksa membuat Kent terpaksa membuka matanya. Ia mengernyit menatap siluet yang sedang berdiri menghadap jendela kamar. Kent mengerjap beberapa kali hingga akhirnya kelopak matanya terbuka sempurna. Kent menggeram. Siapa manusia yang berani membangunkan dirinya dari tidur? Tidak tahukah manusia di depan sana jika Kent tidur pukul lima pagi? Sial!
“Kau?” Kent berucap dengan suara parau.
Seseorang mendekat. Ia menarik senyum lebar di wajah. Entah apa yang membuatnya begitu ceria hari ini. Tak ada ketakutan disana, tergambar jelas dari wajah ovalnya yang seolah bersinar. Ia mendekat lalu tanpa di suruh, ia pun berlutut di samping ranjang.
“Selamat pagi, Tuanku.” Ia menyapa dengan kepala tertunduk.
Kent terkekeh. Ia memutar
Jangan lupa mampir di cerita keduaku judulnya The Bastard Wants Me bergenre Adult Romance. Ayo dikepo dulu :)
Ilona menelan ludah susah payah. Menatap punggung tegap di depannya membuat ia bergidik geli. Betapa susahnya gadis itu mengatur pernapasannya yang kembali tersekat. Kent menoleh sebelum tangannya mendorong pintu menuju kamar mandi. Ilona kembali menelan ludah sambil menarik napas panjang. Kent menjulurkan tangan kirinya. Senyum yang perlahan berkembang di wajah Adonis itu bagai cambuk yang langsung mengarah ke wajah Ilona, bukan lagi ke biritnya. Semakin menatapnya, semakin Ilona merasakan gelisah dan juga perasaan takut yang tiba-tiba muncul. Takut pada pemikirannya dan takut pada apa yang akan di tunjukan oleh Kenedict dan juga bagaimana reaksi tubuhnya nanti. Mengingat gadis itu seringkali kesulitan mengontrol tubuhnya saat ia berada dalam tawanan mata berwarna hijau zamrud itu. Membayangkan tubuh telanjang Kent, ya Tuhan … Ilona sungguh tak bisa bernapas dengan baik. Otaknya seolah terboklir oleh bayangan tubuh tegap telanjang di depannya. ‘Fuck!’ Ilona
“Kau mau coba merasakannya?” Ilona membelalak. Alam bawah sadarnya berhasil menampar gadis itu mengembalikan kesadarannya. “No!” tolak gadis itu dengan telak. Ia menggelengkan kepala sambil melotot pada Kent. Sadar jika semua ini semakin menjeremuskan dirinya pada hal yang tidak senonoh, Ia pun memalingkan wajah. Menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan cepat. Gadis itu mengangkat kakinya dan pergi dari sana. Meninggalkan Kent di bawah shower dengan perasaan kecewa. “FUCK!” Kent menggeram. Ia menonjok dinding di depannya. Lagi-lagi kesempatan itu hilang. Harusnya ia tidak perlu bertanya lagi. Harusnya ia langsung menyerang Ilona. Menyerbu bibir merah muda itu dengan lumatan, pasti dia akan langsung luluh dan akhirnya dia sendiri yang akan menjerit memohon pada Kent untuk segera menyetubuhinya. “Fuck you, silly girl!” umpat Kent lagi. Ia memutar lutut. Dengan cepat mematikan shower lalu beranjak mengambil handuk sekedar untuk me
“Mr. Kent,” panggil Ilona. Ia menghampiri Kent yang sedang duduk di ruang tengah sambil menatap iPad di depannya. Pandangan yang awalnya fokus itu, kini teralihkan. Ia menatap gadis di depannya. Meneliti penampilannya dari ujung rambut hingga kebawah. Dress midi berwarna dasar kuning dengan motif bunga-bunga. Rok bagian bawahnya terbuka membentuk huruf A selutut. Kent semakin menurunkan tatapan. Ilona terlihat sangat manis dengan pakaian itu. Di tambah hak setinggi lima senti yang membungkus kaki mungilnya. “Mr. Kent?” panggil Ilona lagi. Kent bergeming. Ia langsung membuang muka. Kent berdehem kemudian. “Kenapa lama sekali, hah?” tanya Kent tanpa menatap Ilona. “Maaf, aku harus memilih pakaian yang layak. Dan setelah mencari agak lama, akhirnya aku menemukan pakaian ini. Hanya ini yang nyaman di tubuhku,” ujar gadis itu. “Terserah kau!” Kent langung mematikan iPadnya. Ia menarik napas lalu membuangnya dengan cepat. Pria itu berdiri dari tempa
“Cepat!” “Oh ya Tuhan!” Ilona memilih untuk berlari. Tinggal beberapa langkah lagi dan dia akan sampai namun sialnya ia malah tersandung oleh kakinya sendiri. Tubuhnya melayang. Gadis itu refleks mengangkat tangannya dan …. BUKK Ilona melotot. Kent pun melotot. Sesuatu terasa basah. Astaga ini benar-benar gila! Ilona menarik dirinya dengan cepat. Ia berdiri. Jantungnya telah bertalu dengan kencang sejak dua detik yang lalu. ‘Sialan.’ Gadis itu mengumpat dalam hati. Tangannya bergerak sendiri merapikan pakaiannya kemudian ia menyeka bibirnya dengan kasar. “Hei!” teriak Kent. Dia masih terbaring di atas lantai. “Wh- what?” Ilona menggagap. Mendadak ia menjadi begitu panik. Antara memandang Kent atau memperbaiki berdirinya. Ia sungguh tidak bisa mengendalikan dirinya saat ini. Ya Tuhan, mengapa juga ia harus mendarat di atas tubuh Kenedict dan yang lebih penting, sebuah ciuman tercipta karena insiden barusan. “Bantu aku be
“Kau tunggu disini selagi aku mengikuti rapat. Ada TV di sana,” ucap Kent sambil menunjuk sudut kanan ruangan. “Kau bisa menonton, atau apa pun. Yang jelas kau tidak boleh berkeliaran di perusahaan ini. Oke?” Kent meraih tissue lalu membersihkan mulutnya dengan cepat. Pria itu kemudian berdiri dari duduknya. Tak ada kalimat lagi. Ia langsung keluar dari ruangannya dan bergegas menuju ruang rapat. Ilona masih duduk dengan perasaan campur aduk. Ia menepis bibirnya saat kembali mengingat perkataan Kenedict. ‘Kau cemburu?’ Hanya dua kalimat itu yang sanggup menimbulkan konflik dalam dirinya. ‘Untuk apa aku harus cemburu? Lagi pula jika ia, semua itu untuk apa? Cemburu pada Kent, untuk apa? Apa pria itu akan peduli?’ “Cih!” Ilona menertawi pemikirannya sendiri. “Sadar!” bentaknya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Ia berdiri. Menghampiri dinding bentangan di depannya. Ilona bersandar di sana selama beberapa saat. Memandangi Sillicon Vall
Kent memutar tubuh. Ada kekecewan di sana. Membentang luas dalam lubuk hati ketika bibirnya sendiri yang mengatakan janji itu. Memikirkan kembali apakah ia benar-benar telah siap melepas gadis yang belakangan ini mengisi hari-harinya. Apakah semuanya memang akan terlepas begitu saja ketika gadis itu bersedia bertelanjang dan menerima tubuh pria itu sepenuhnya. “Ayo,” ucap Kent. Ia kambali menoleh. Menjulurkan tangan yang kemudian di sambut oleh sang gadis. Berpegangan tangan namun entah mengapa kali ini Kent merasa berdebar-debar dalam hatinya. Kent berhenti tepat di samping kubikel sekertarisnya. “Layla, tolong batalkan semua rapatku hari ini. Termasuk wawancara dengan TV internasional,” ujar Kent. Layla mengerutkan dahi. Ia telah bekerja bertahun-tahun bersama Kent. Ia mengenal betul bagaimana sifat seorang Kenedict Archer. Pria itu tidak pernah membatalkan rapat apa pun selama ini. Dan hari ini, entah kenapa Kent jadi semakin aneh hanya karena seorang gadi
“Apa Anda mau minum? Mau kubuatkan jus?” tanya Ilona. “Tidak. Aku tidak ingin apa pun. Cukup temani saja diriku.” “Hei, ap-“ Ilona melotot dengan perbuatan Kent yang tiba-tiba berbaring dan menaruh kepalanya di atas paha Ilona. “Mr. Kent!” pekik Ilona. “Biarkan seperti ini,” ucap Kent. Pria itu langsung menutup wajah dengan tangan kanannya. Ilona menarik napas. Bahunya ikut terangkat secara alamiah. Belum pernah ada yang tidur di pangkuannya selain Gregory. Gadis itu makin merindukan kekasihnya. “Dia kekasihmu?” Ilona mengerutkan dahi. “Kau bisa baca pikiran orang lain?” Kent tiba-tiba menyingkirkan tangannya. “Jadi kau sedang memikirkannya?” hardik pria itu dengan mata yang melebar. Ilona menarik punggungnya. Ia memanyunkan bibir. “Kenapa? Dia kekasihku,” jawab gadis itu dengan polos. Kent mendengkus lantas menarik dirinya. Ia terduduk kembali. Napas gusarnya kentara sekali. Oh ya Tuhan. Ilona m
“Sial!” geram Kenedict. Ia mendorong kepalan tangannya kebawah. Tubuh pria itu berbalik. Ia berlari menghampiri kolam renang. Tak berpikir lagi, pria itu langsung menjatuhkan dirinya kedalam kolam. Tangan jenjangnya langsung meraih tubuh mungil yang tak lagi bergerak di dalam air.“Sial!” Ia mengumpat lagi. Kent mengangkat tubuh mungil itu hingga ke pinggiran kolam. Ia bergegas naik. Duduk di samping tubuh mungil itu dengan perasaan cemas. Kent bergegas memberikan pertolongan. Ia tahu jika gadis ini masih bernapas. Lagi pula hanya beberapa menit. Tidak mungkin ia mati.Kent meletakkan kedua telapak tangannya di depan dada Ilona. Ia menarik napas dan membuangnya seiring dengan menekan kedua tangan yang tumpang tindih di atas dada Ilona. Ia menekannya sebanyak tiga puluh kali dan ia melakukannya dengan cepat. Setiap dorongan membutuhkan waktu sebanyak satu detik. Untuk tiga puluh kali dorongan, pria itu melakukannya dalam waktu tiga puluh detik.