“Apa Anda mau minum? Mau kubuatkan jus?” tanya Ilona.
“Tidak. Aku tidak ingin apa pun. Cukup temani saja diriku.”
“Hei, ap-“
Ilona melotot dengan perbuatan Kent yang tiba-tiba berbaring dan menaruh kepalanya di atas paha Ilona.
“Mr. Kent!” pekik Ilona.
“Biarkan seperti ini,” ucap Kent. Pria itu langsung menutup wajah dengan tangan kanannya.
Ilona menarik napas. Bahunya ikut terangkat secara alamiah. Belum pernah ada yang tidur di pangkuannya selain Gregory. Gadis itu makin merindukan kekasihnya.
“Dia kekasihmu?”
Ilona mengerutkan dahi. “Kau bisa baca pikiran orang lain?”
Kent tiba-tiba menyingkirkan tangannya. “Jadi kau sedang memikirkannya?” hardik pria itu dengan mata yang melebar.
Ilona menarik punggungnya. Ia memanyunkan bibir. “Kenapa? Dia kekasihku,” jawab gadis itu dengan polos.
Kent mendengkus lantas menarik dirinya. Ia terduduk kembali. Napas gusarnya kentara sekali. Oh ya Tuhan. Ilona m
Jangan lupa mampir di cerita keduaku judulnya The Bastard Wants Me bergenre Adult Romance. Ayo dikepo dulu :)
“Sial!” geram Kenedict. Ia mendorong kepalan tangannya kebawah. Tubuh pria itu berbalik. Ia berlari menghampiri kolam renang. Tak berpikir lagi, pria itu langsung menjatuhkan dirinya kedalam kolam. Tangan jenjangnya langsung meraih tubuh mungil yang tak lagi bergerak di dalam air.“Sial!” Ia mengumpat lagi. Kent mengangkat tubuh mungil itu hingga ke pinggiran kolam. Ia bergegas naik. Duduk di samping tubuh mungil itu dengan perasaan cemas. Kent bergegas memberikan pertolongan. Ia tahu jika gadis ini masih bernapas. Lagi pula hanya beberapa menit. Tidak mungkin ia mati.Kent meletakkan kedua telapak tangannya di depan dada Ilona. Ia menarik napas dan membuangnya seiring dengan menekan kedua tangan yang tumpang tindih di atas dada Ilona. Ia menekannya sebanyak tiga puluh kali dan ia melakukannya dengan cepat. Setiap dorongan membutuhkan waktu sebanyak satu detik. Untuk tiga puluh kali dorongan, pria itu melakukannya dalam waktu tiga puluh detik.
‘Tahu apa kalimat yang cocok untukmu?’Lagi-lagi Kent menengok bayangan itu. Ia semakin kesal.‘Jatuh cinta.’Kent terkekeh sinis. Ia menggelengkan kepala kemudian tertawa.“Astaga …,” gumamnya.Pria jenius itu tak percaya jika sekarang dia sedang berdebat dengan batinnya. Lagi pula apa-apaan pemikirannya barusan.“Jatuh cinta?” Kent mengulang kalimat itu, kali ini dengan bibirnya. Ia tersenyum kecut kemudian menertawai dirinya sendiri. Sambil berkacak pinggang, pria itu terus saja menggoyangkan kepala.“Jangan gila,” gumamnya lagi. Masih dengan menggelengkan kepala.Bergulat dengan batinnya sendiri. Namun, di saat bersamaan jantungnya malah berdetak dua kali lebih cepat. Rasanya begitu gugup saat membayangkan wajah Ilona yang seolah berada tepat di depannya. Pria bermata zamrud itu menepis bibirnya. Ia menggeleng untuk terakhir kali lalu bergegas meninggalkan d
Ilona mengernyit kemudian terdengar suara serak yang berubah menjadi erangan lirih. Bulu matanya tampak bergerak begitupun dengan kelopak mata yang perlahan terbuka. Ilona mengusap tenggorokkannya yang tersekat dan terasa begitu kering.Tubuhnya sangat lemas, demikian dengan napasnya. Terasa begitu panas di depan wajah. Ilona menarik napas lalu membuangnya dengan cepat. Sekuat tenaga ia berusaha untuk membalikkan tubuh, berharap ada segelas air di atas nakas.“Eh?” Gadis itu kembali mengernyit saat melihat tangan seseorang melingkari pingganggnya. Segera setelah dia membalikkan tubuh sepenuhnya, ia jadi begitu kaget.“Mr. Kent?” gumamnya dengan suara parau.Ilona menatap pria yang sedang tertidur dengan posisi terduduk di atas lantai. Hanya wajahnya yang berada di tepi ranjang sementara tangan kanannya berada di atas tubuh Ilona. Melingkar pada pingang rampingnya.“Mr. Kent,” bisik Ilona. Ia kembali mengernyit sa
Ilona menarik napas dalam-dalam. Ada senyuman yang menghiasi wajah itu, walau kelopak matanya masih tertutup. Kesadarannya belum terkumpul sempurna, hanya saja pagi ini hatinya begitu lega. Ada perasaan senang juga, yang mungkin datang dari alam bawah sadar sang gadis.Semalam ia bermimpi jika dirinya sedang sakit dan Kenedict berubah menjadi pria baik hati yang bersedia memberikannya makan malam. Rasanya Ilona tidak ingin bangun. Bermimpi saja seperti ini sepanjang hari. Mimpi ini terlalu indah. Ia tak ingin sadar dan menghadapi kenyataan. Tidak begini saja untuk beberapa lama.Senyum makin lebar di wajah gadis berdarah Indonesia itu. Namun ketika bunyi gordeng yang di tarik paksa terdengar dan membuat cahaya matahari masuk serentak, Ilona harus menutup wajahnya dengan bantal. Ia menggeram.Pasti itu Kent. Memangnya siapa lagi. Tidak mungkin Louis. Namun, saat mendengar suara ketukan sepatu tak seperti langkah kaki Kent, Ilona langsung menyibakkan bantal yang m
TING TONG ….Suara bel pintu makin terdengar. Ilona berlari menggapai pintu raksasa berwarna putih di depannya. Tanggan gadis itu tepat berada pada gagang pintu. Ia menarik napas seraya menarik gagang pintu.Sekelabat angin menerpa wajah Ilona ketika ia berhasil membuka pintu rumah. Senyum selebar wajah ia pertahankan.“Hai …,” sapa seseorang. Pria bertubuh tegap atletis tepat berada di depan Ilona. Tak kalah dengan senyumannya, pria itu juga memberikan senyum terbaik untuk Ilona.Namun, bukannya semakin senang, wajah Ilona malah berubah murung. Senyumannya perlahan memudar. Dalam hati ia merasa begitu kecewa.‘Ternyata bukan dia. Lagi pula kenapa aku sangat berharap dia ada di sini. Tidak mungkin dia kembali secepat itu.’ Batin gadis itu. Tanpa sadar ia pun berdecak kesal membuat pria di depannya mengerutkan dahi.“Kenapa? Kau seperti kecewa melihat aku yang berdiri di sini. Apa kau menantikan ses
Roskilde – Denmark11.27 PM_________________Kenedict membanting tubuh ke atas sofa persegi panjang. Hari ini ia benar-benar lelah. Well, setiap hari memang melelahkan bagi seorang konglongmerat muda setara Kenedict Archer hanya saja hari ini entah kenapa menjadi satu dari sekain banyak hari melelahkan –yang paling melelahkan– baginya.Berkeliling ke tiga negara di Eropa dalam sehari sebenarnya hal yang biasa. Bagi Kent, terjun ke perusahaan bukan sekedar untuk melihat bagaimana kinerja para pekerja di perusahaannya namun juga melihat tingkat keberhasilan dari setiap perusahaan yang ia kelola. Sebagai Presiden Direktur, Kenedict Archer selalu memposisikan dirinya sebagai pengendali. Semua harus sesuai porsi dan standar dari sang bos.Jadi, semua perusahaan yang bernaung di bawah nama besar Archer’s Group, mau tidak mau harus mengikuti keinginan sang Presdir. Dan ia juga cukup bangga, mengetahui teknologi yang di
Christian akhirnya berhasil membawa Ilona ke Indonesia menggunakan pesawat jet miliknya. Selama dalam perjalanan pulang, Ilona hanya bicara seperlunya. Wajah gadis itu terus saja murung. Ilona benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Kenedict. Sekedar untuk memastikan jika keputusan yang telah ia ambil telah benar.‘Semoga Mr. Kent baca surat yang kutulis,’ gumam Ilona.****Sam Ratulangi, International Airport09.33 PM______________Hampir 17 jam berada dalam pesawat terbang, membuat Ilona mengalami jet lag. Maklum saja, gadis itu tidak pernah naik pesawat sebelumnya. Ketika ia di bawa ke San Diego, Ilona tidak sadarkan diri di tambah konflik yang ia alami setelah terbangun di Pub The Lion. Serangan jet lag seolah tertutup dengan siksaan bertubi-tubi yang ia alami saat itu.“You okay?” tanya Christian. Ilona merespon dengan anggukkan kepala. “Ayo, kau masih bisa berjala
Ilona bergegas memakai pakaian yang di berikan oleh Chris. Setelah memakainya, gadis itu berniat untuk menghampiri Christian untuk segera berpamitan. Walau bagaimanapun, Chris telah menolongnya. Ilona tidak enak pergi begitu saja tanpa pamit.“Louis,” panggil Ilona. Ia mengerutkan dahi saat melihat Louis supir pribadi Christian tengah berdiri di depan pintu kamarnya.“Tuan Chris menyuruhku menjemput Anda,” ucap Louis dengan ramah.“Baiklah.” Ilona mengangguk.Louis pun berbalik. Ilona mengikuti pria itu. Naik ke lift dan turun di lantai 1. Di sana, Christian telah menunggu. Ia duduk di salah satu tempat tersudut di restoran.Manik berwarna biru milik Christian telah menanti-nanti kedatangan Ilona hingga ketika pintu lift berbunyi, mata mereka langsung bertabrakan. Christian tersenyum sumringah. Ia melambaikan tangan ke udara sekedar untuk memperjelas keberadaannya dan memanggil gadis itu untuk segera menghampirin