Ilona mengernyit kemudian terdengar suara serak yang berubah menjadi erangan lirih. Bulu matanya tampak bergerak begitupun dengan kelopak mata yang perlahan terbuka. Ilona mengusap tenggorokkannya yang tersekat dan terasa begitu kering.
Tubuhnya sangat lemas, demikian dengan napasnya. Terasa begitu panas di depan wajah. Ilona menarik napas lalu membuangnya dengan cepat. Sekuat tenaga ia berusaha untuk membalikkan tubuh, berharap ada segelas air di atas nakas.
“Eh?” Gadis itu kembali mengernyit saat melihat tangan seseorang melingkari pingganggnya. Segera setelah dia membalikkan tubuh sepenuhnya, ia jadi begitu kaget.
“Mr. Kent?” gumamnya dengan suara parau.
Ilona menatap pria yang sedang tertidur dengan posisi terduduk di atas lantai. Hanya wajahnya yang berada di tepi ranjang sementara tangan kanannya berada di atas tubuh Ilona. Melingkar pada pingang rampingnya.
“Mr. Kent,” bisik Ilona. Ia kembali mengernyit sa
Ilona menarik napas dalam-dalam. Ada senyuman yang menghiasi wajah itu, walau kelopak matanya masih tertutup. Kesadarannya belum terkumpul sempurna, hanya saja pagi ini hatinya begitu lega. Ada perasaan senang juga, yang mungkin datang dari alam bawah sadar sang gadis.Semalam ia bermimpi jika dirinya sedang sakit dan Kenedict berubah menjadi pria baik hati yang bersedia memberikannya makan malam. Rasanya Ilona tidak ingin bangun. Bermimpi saja seperti ini sepanjang hari. Mimpi ini terlalu indah. Ia tak ingin sadar dan menghadapi kenyataan. Tidak begini saja untuk beberapa lama.Senyum makin lebar di wajah gadis berdarah Indonesia itu. Namun ketika bunyi gordeng yang di tarik paksa terdengar dan membuat cahaya matahari masuk serentak, Ilona harus menutup wajahnya dengan bantal. Ia menggeram.Pasti itu Kent. Memangnya siapa lagi. Tidak mungkin Louis. Namun, saat mendengar suara ketukan sepatu tak seperti langkah kaki Kent, Ilona langsung menyibakkan bantal yang m
TING TONG ….Suara bel pintu makin terdengar. Ilona berlari menggapai pintu raksasa berwarna putih di depannya. Tanggan gadis itu tepat berada pada gagang pintu. Ia menarik napas seraya menarik gagang pintu.Sekelabat angin menerpa wajah Ilona ketika ia berhasil membuka pintu rumah. Senyum selebar wajah ia pertahankan.“Hai …,” sapa seseorang. Pria bertubuh tegap atletis tepat berada di depan Ilona. Tak kalah dengan senyumannya, pria itu juga memberikan senyum terbaik untuk Ilona.Namun, bukannya semakin senang, wajah Ilona malah berubah murung. Senyumannya perlahan memudar. Dalam hati ia merasa begitu kecewa.‘Ternyata bukan dia. Lagi pula kenapa aku sangat berharap dia ada di sini. Tidak mungkin dia kembali secepat itu.’ Batin gadis itu. Tanpa sadar ia pun berdecak kesal membuat pria di depannya mengerutkan dahi.“Kenapa? Kau seperti kecewa melihat aku yang berdiri di sini. Apa kau menantikan ses
Roskilde – Denmark11.27 PM_________________Kenedict membanting tubuh ke atas sofa persegi panjang. Hari ini ia benar-benar lelah. Well, setiap hari memang melelahkan bagi seorang konglongmerat muda setara Kenedict Archer hanya saja hari ini entah kenapa menjadi satu dari sekain banyak hari melelahkan –yang paling melelahkan– baginya.Berkeliling ke tiga negara di Eropa dalam sehari sebenarnya hal yang biasa. Bagi Kent, terjun ke perusahaan bukan sekedar untuk melihat bagaimana kinerja para pekerja di perusahaannya namun juga melihat tingkat keberhasilan dari setiap perusahaan yang ia kelola. Sebagai Presiden Direktur, Kenedict Archer selalu memposisikan dirinya sebagai pengendali. Semua harus sesuai porsi dan standar dari sang bos.Jadi, semua perusahaan yang bernaung di bawah nama besar Archer’s Group, mau tidak mau harus mengikuti keinginan sang Presdir. Dan ia juga cukup bangga, mengetahui teknologi yang di
Christian akhirnya berhasil membawa Ilona ke Indonesia menggunakan pesawat jet miliknya. Selama dalam perjalanan pulang, Ilona hanya bicara seperlunya. Wajah gadis itu terus saja murung. Ilona benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Kenedict. Sekedar untuk memastikan jika keputusan yang telah ia ambil telah benar.‘Semoga Mr. Kent baca surat yang kutulis,’ gumam Ilona.****Sam Ratulangi, International Airport09.33 PM______________Hampir 17 jam berada dalam pesawat terbang, membuat Ilona mengalami jet lag. Maklum saja, gadis itu tidak pernah naik pesawat sebelumnya. Ketika ia di bawa ke San Diego, Ilona tidak sadarkan diri di tambah konflik yang ia alami setelah terbangun di Pub The Lion. Serangan jet lag seolah tertutup dengan siksaan bertubi-tubi yang ia alami saat itu.“You okay?” tanya Christian. Ilona merespon dengan anggukkan kepala. “Ayo, kau masih bisa berjala
Ilona bergegas memakai pakaian yang di berikan oleh Chris. Setelah memakainya, gadis itu berniat untuk menghampiri Christian untuk segera berpamitan. Walau bagaimanapun, Chris telah menolongnya. Ilona tidak enak pergi begitu saja tanpa pamit.“Louis,” panggil Ilona. Ia mengerutkan dahi saat melihat Louis supir pribadi Christian tengah berdiri di depan pintu kamarnya.“Tuan Chris menyuruhku menjemput Anda,” ucap Louis dengan ramah.“Baiklah.” Ilona mengangguk.Louis pun berbalik. Ilona mengikuti pria itu. Naik ke lift dan turun di lantai 1. Di sana, Christian telah menunggu. Ia duduk di salah satu tempat tersudut di restoran.Manik berwarna biru milik Christian telah menanti-nanti kedatangan Ilona hingga ketika pintu lift berbunyi, mata mereka langsung bertabrakan. Christian tersenyum sumringah. Ia melambaikan tangan ke udara sekedar untuk memperjelas keberadaannya dan memanggil gadis itu untuk segera menghampirin
Ilona berlari menyusuri koridor lantai lima sambil berderai air mata. Perkataan Claudia masih jelas terasa dalam rungunya. Sekejap Ilona merasa dunianya telah hancur.‘Gregory udah nikah.’‘Mereka nikahnya diam-diam.’‘Gila yah, nikahnya ama janda pula.’“Gak!” Ilona menjerit dalam kepedihan. Ia mendorong pintu di depannya dengan kuat. Membanting daun pintu dengan kasar lalu menabrakan punggungnya di sana. Gadis itu sengaja melukai punggungnya sendiri untuk melampiaskan rasa sakit yang saat ini ia alami.Air mata terus saja bercucuran di wajahnya. Sakit. Hatinya mencelos perih bagai terkena sayatan pisau. Ilona membawa kedua tangan semakin menekan dadanya. Ia membiarkan tubuhnya merosot lemah hingga jatuh ke lantai.Seperti baru kemarin Gregory memegang kedua tangannya. Masih teringat jelas bagaimana pria itu hampir setiap hari mengatakan jika Ilona adalah wanita yang akan menjadi ibu dari anak
Waktu terus berputar. Siang kini telah berganti malam dan sepanjang hari, Ilona hanya berbaring di atas ranjang dengan kedua mata yang terjaga. Lelah seharian ia habiskan dengan menangis tapi tetap tak sanggup membuatnya terlelap dalam tidur. Ilona tidak bisa memejamkan mata walau hanya sekejap. Semua rasa bercampur aduk membuat kepalanya pening.Terdengar suara dari pintu pertanda seseorang kembali memasuki kamar itu. Suara ketukan sepatu yang berbenturan dengan lantai marmer cukup terdengar jelas di telinganya. Suara itu berhenti tepat di belakang punggung Ilona yang berbalut selimut tebal. Terdengar hembusan napas berat dari belakang punggungnya.“Ilona ….”Ilona menutup matanya. Ada kekecewan ketika yang ia harapkan ternyata salah. Lagi pula mana mungkin suara Christian berubah seperti suara baritone berat milik seseorang.Ilona diam tak menyahut. Terasa ujung kasur yang bergerak pertanda seseorang tengah duduk di sana. Sedetik kemu
“Akan kubuat kau menjadi milikku. Hanya diriku yang layak berada di sisimu,” bisik Chris.Christian pun mendekat dan lebih dekat untuk mengeliminasi semua jarak yang tersisa. Satu helaann napas panjang untuk meredam detak jantung yang kian berpacu kencang. Kedua pipinya terasa panas begitu pun dengan darahnya yang seperti di masak.Christian tahu ini tidak benar namun, akal sehat dan pemikiran warasnya menghilang saat kedua tangannya mulai menaikkan kaos oblong milik Ilona hingga lolos melewati kepala. Christian menunduk, menelan ludah susah payah.Ia menatap wajah yang terlelap itu sekilas kemudian kembali bergerak. Membuka kancing celana jeans milik Ilona lalu melucutinya perlahan hingga melewati pergelangan kaki sang gadis.Sungguh, Christian makin di bakar oleh gairah. Ia tak lantas memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana untuk menyatukan dirinya bersama dengan Ilona agar tak ada la