Bila terlalu menyakitkan, aku akan lebih memilih untuk tetap bertahan. Cukup dengan genggaman tanganmu saja, aku yakin jika aku bisa melalui semua ini.
Ilona Audrey~
_________________
Terdengar erangan rendah dari pemilik suara barriton berat. Kelopak matanya menekan dengan kuat kedalam saat pening yang hebat menghantam kepalanya. Ia meringis.
Di sisi lain, sayup terdengar suara desisan. Saat kesadaran mulai terkumpul, rasa sakit yang dirasakan semakin menyiksa. Memaksa sang pemilik membuka mata.
Dua pasang kelopak mata mulai terbuka, keduanya terlihat bingung.
Yang satu menatap ke langit-langit ruangan dan yang satunya menatap sesuatu yang gelap.
'Apa ini?' Batinnya bertanya. Refleks, ia pun menarik wajah tepat saat sepasang iris hijau menoleh ke arahnya.
"Astaga!" pekik keduanya bersamaan. Mereka refleks menjauhkan
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Kent.Ilona hanya mampu menelan ludah. Ia masih berusaha membetulkan napasnya. Manik berwarna coklat miliknya bergerak ragu, mencari celah menghindari sergapan mata Kent. Ilona menggelengkan kepalanya, pelan. Ia tak tahu harus menjawab apa."Mau merasakannya lagi?" tanya Kent.Sekali lagi Ilona menelan ludah setengah mati. Demi apa pun, jarak mereka sangat dekat hingga Ilona bisa merasakan napas Kenedict dalam tenggorokannya. Ilona bagai daun kering yang jika di sentuh sedikit saja, akan langsung jatuh. Luluh, tak berdaya."Hem?" Suara berat Kent menggema, disertai tatapan menuntut.Ilona makin tak berdaya hingga ia hanya mampu menganggukkan kepala. Kent tertawa berat, ia kembali mendapat penyerahan dari sang gadis. Pemuda Archer itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Ia bergerak cepat menerjang bibir Ilona. Ilona tersentak. Ia menghela napas menikmati keliaran mulut Kent.TOK TOKBola mata Ilona membes
Sehari sebelumnya~~~~~~San Diego — California, USAArcher's Mansion01.24 AM__________BRAKTerdengar bunyi dari botol yang menabrak dinding, memecah kesunyian di mansion milik Archer. Sepasang tangan mengepal dengan getaran di sekujur tubuh. Rahang yang mengencang dengan sorot mata nyalang.Berdiri tak jauh di belakangnya, dua orang pria bersetelan serba hitam. Mereka menunduk pias dengan kedua tangan tumpang tindih di depan perut."Jadi kalian tidak berhasil menemukan mereka, hah?"Seorang pria bertanya. Nadanya pelan namun raut wajahnya sangat menakutkan. Dua orang pria yang berdiri di belakangnya saling melempar tatapan."Jawab!" bentak sang bos, sontak membuat kedua anak buahnya kaget."Ma— maaf," gumam keduanya bersamaan."Maaf?" Ulang sang bos. Ia mendecih sinis. Sambil berkacak pinggang, ia pun mendekati dua anak buahnya.Wajah me
Roterdam Village — San Diego, USAVila milik Kenedict.___________________Kenedict menghela tangan Ilona dengan penuh kelembutan hingga mereka tiba di dalam sebuah ruangan yang lembab namun tetap terlihat elegan dan mewah seperti ruangan lainnya. Ilona sedikit merasa gugup. Semerbak aroma familiar merusuh di penciumannya. Perpaduan antara black musk dan citrus yang tajam selalu mampu mencekik Ilona namun semuanya luluh ketika berpadu dengan aroma rose wine yang begitu manis. Campuran aroma yg selalu membuat Ilona menegang dan tenang dalam satu waktu.Kent menuntun Ilona hingga ke dalam sebuah bilik kaca yang ruangannya tak lebih besar dari ukuran dua kali tiga meter. Pria itu sendiri berhenti di bawah pancuran air sementara Ilona disandarkannya ke dinding kaca.Jantung Ilona mulai memberikan hentakan keras. Ia menelan ludah. Sudah pernah terjebak dalam situasi seperti ini namun berbeda dari sebelumnya. Jika hari itu Ilona diper
Napas Ilona benar-benar terhenti. Seketika seluruh syarafnya menegang dan merasa canggung bahwa sebelumnya dia tidak pernah diterpa gairah membara seperti ini. Bibirnya kering dan matanya mendadak perih. Ia mencoba mencari-cari kesadarannya yang telah tercecer entah ke mana.Ilona membutuhkan waktu yang lama untuk menyeret alam bawah sadarnya kembali ke daratan sehingga ia bisa menghembuskan napas dan menarik kembali kesadarannya.Wanita muda itu ingin melepaskan dirinya namun, Kenedict sudah terlanjur terbakar oleh gairah dan ia bersumpah tak akan melepaskan gadis ini untuk kesekian kalinya. Dengan cepat Kenedict memutar tubuh. Ia menyergap kedua tangan Ilona dalam genggamannya lalu menyeret gadis itu ke bawah pancuran air. Mereka beradu tatapan di sana dengan kedua tangan Ilona dibungkus oleh tangan Kenedict lalu ditempatkannya ke depan dada."Tatap aku." Suara halus dengan nada serak itu menggema diantara gemericik air yang jatuh ke lantai.Ilona mendo
Hari ini aku tahu jika sebenarnya ada rasa yang tak mampu terungkap oleh kata. Namun biarlah semuanya mengalir apa adanya.Ilona Audrey~______________Ilona tersenyum menatap sepasang manik hijau yang tengah memandanginya dari pantulan cermin. Gadis itu tengah disibukkan dengan alat pengering rambut yang telah ia colokan ke listrik. Ia menekan tombol untuk menyalakan hair dryer lalu mulai mengarahkannya ke rambut Kenedict yang basah.Kent duduk di depan cermin. Handuk berwarna putih melingkari pinggangnya sementara Ilona memakai jubah mandi berwarna putih. Tentu saja Kenedict memberikan privasi untuk Ilona. Ia membiarkan gadis itu mengganti pakaiannya yang telah basah kuyup akibat perbuatannya.Setelah mengganti pakaian, Kenedict masih ingin dimanjakan oleh Ilona. Pria Adonis itu meminta Ilona mengeringkan rambutnya dan gadis Indonesia itu tentu akan dengan senang hati melakukannya.Kent menarik satu tangan Ilona
Di mataku, hanya dialah satu-satunya wanita terindah. Cantik tak cukup menggambarkan keindahannya. Dia indah. Bukan hanya parasnya saja namun semua keindahan itu terpancar dari dalam hati. Maka aku harus bersyukur menjadi satu-satunya manusia yang terpilih untuk memilikinya.Kenedict Archer~_________________Sambil menggenggam tangan Ilona, Kenedict berjalan keluar dari kamarnya. Dua orang muda itu terlihat saling memamerkan senyum sumringah. Dua-duanya tengah merasa begitu bahagia walau tak ada satu kalimat pun yang bisa menjelaskan status hubungan mereka saat ini.Semua itu tak penting lagi bagi keduanya. Sekarang ini, baik Kenedict maupun Ilona telah memasrahkan semua pada perasaan mereka tanpa menuntut lebih."Mr. Kent," sapa seseorang yang lantas membuyarkan adu saling tatap keduanya. Mereka kompak memutar pandangan menatap sumber suara. "Oh, maaf." Jane menunduk saat melihat keromantisan dua orang muda itu. Lantas membuatnya sadar jika
Di sanalah hatiku. Dimanifestasikan di luar tubuhku. Menyelimuti sebuah siluet besar dari pria dengan ketampanan yang tak biasa.Ilona Audrey~______________"Mr. Kent," panggil Ilona. Ia mendongak menatap Kent, termasuk pria itu ikut memandanginya. "Apakah keluargaku akan tetap di sini?" tanya gadis itu.Kent tersenyum. Sesuatu menarik perhatiannya. Ia pun menjulurkan tangannya. Ilona melirik dan mengikuti tangan Kenedict yang sedang mendekat padanya. Tangan Kenedict cukup panjang membuatnya sanggup meraih wajah Ilona dari tempat duduknya.Ditempatkannya tangan kekar pria itu ke samping wajah Ilona, meraih rahang gadis itu lalu ibu jarinya mengusap mayonaise yang menempel di sudut bibir si gadis. Kent menarik tangannya lagi lantas menghisap ibu jarinya.Oh astaga. Ini masih pagi dan Kenedict mulai menunjukan sesuatu yang entah ia sadari atau tidak, sengaja atau tidak, perbuatan Kent barusan sanggup membuat Ilona merona seketika. Gadis
Mengetahui jika pria yang sementara ini menggenggam tanganku ternyata adalah seseorang yang memiliki jangkauan lebih luas dari yang sempat aku bayangkan, seketika membuatku merasa begitu kecil. Dia lebih bersinar diantara kilauan berlian. Dia bercahaya. Membuatku berpikir jika seharusnya aku tetap berada di tempatku dan memandangi dirinya dari kejauhan.Ilona Aurdrey~_______________Ilona dibuat tercengang saat Kenedict kembali mengganti rencananya. Ketika mobil yang ditumpangi baru berjalan kira-kira lima kilo meter dari vila tempat mereka tinggal, Kent menyuruh Massimo untuk kembali. Baik Ilona maupun Massimo, tak ada yang berani bertanya mengapa mereka harus kembali saat telah menempuh setengah perjalanan. Namun, setibanya mereka di vila, Ilona dikejutkan dengan kemunculan sebuah helikopter yang rasanya tak asing lagi diingatan Ilona.Kenedict menatap gadis di sampingnya lalu segera meraih tangan sang gadis. Pria Archer itu