Bab 155. Ancaman Ardho Sangat Dekat
=========
“Ya, itulah dunia yang sengaja dia ciptakan untuk dirinya. Dia menjalani hari-harinya sebagai seorang dokter sekarang. Setiap hari dia datang ke sini, seolah-olah sedang bertugas. Untung teman-teman di sini bisa memaklumi keadaanya. Untungnya lagi, dia tak pernah berbuat ulah di sini. Dia hanya menumpang masuk ke rumah sakit ini. Jalan-jalan, keliling-keliling dengan seragam Dokter. Lalu pulang lagi.”
“Oh, ya.”
“Begitulah, Pak.”
“Boleh saya tahu, apa penyebabnya, Dok?”
&
Bab 156. Kecupan Bibir Alisya di kelopak Mata Deva======“Sya ….”“Ya, Mas? Kenapa, Sayang?”“Aku kangen, Sya!”“Kangen sama siapa? Tasya?”“Kamu.”“Aku di sini, Sayang. Aku tak pernah meninggalkan kamu seditikpun.”“Aku masih hidupkah? Aku mendengar suara kamu, Sya. Apakah ini hanya hayalanku, atau benar-benar nyata? Aku takut membuka mataku, Sya.
Bab 157. Cairan Maut Gagal Disuntikkan============Aisyah ingat sekarang. Pria tampan itu adalah adik kandung Deva Wibawa, pria yang baru saja menjalani operasi kanker otak, pria yang menjadi target utamanya, seperti yang diperintahkan Ardho. Seniornya, dosennya, lelaki pujaannya, atau lebih tepatnya kekasih hayalannya.Wanita sembilan belas tahun itu meraba saku gamisnya, cairan itu masih ada di sana. Cairan yang akan dia suntikkan ke selang infus Deva. Seperti yang diperintahkan oleh Ardho kepadanya. Janji pengacara itu, begitu keluar dari penjara, akan segera menjemput Aisyah, menikahi gadis itu, seperti impiannya.
Bab 158. Penyelidikan Di Mulai========“Boleh temani saya cari sarapan, enggak, ya? Dari kemarin siang belum makan apa-apa saya. Boleh, ya, Dok! Kami keluar sebentar dengan Dokter Aisyah?” Raja mengedipkan mata kirinya kepada Dr. Ilham.“Oh, boleh, dong! Silahkan!” Dr. Ilham terlihat pasrah. “Aku masih jaga, belum boleh keluar. Aku juga lapar, sebenarnya. Tolong belikan sekalian, ya!” pintanya untuk meyakinkan adiknya.“Go Food, aja, deh! Pesan lewat aplikasi!” Aisyah terlihat gelisah.“Pagi-pagi gini masih susah,
Bab 159. Masa Lalu Aisyah=========“Bu Dokter manis sekali kalau tersenyum, maaf, saya jujur! Tapi saya harus mengatakannya.” Raja mulai memancing lagi.Aisyah menunduk.“Maaf, jika kata-kata saya dianggap lancang. Tapi saya memang suka kejujuran. Dokter marah?”“Ti-tidak.” Datar dan dingin jawaban Aisyah.Pesanan datang. Pelayan menghidangkan di atas meja. Lontong khas Medan, jujur sangat menggugah selera Raja. Tetapi perintah yang dikirim Joni barusan lewat aplikasi hijau, membuatnya menelan saliva.
Bab 160. Pengakuan Aisyah===========“Ai ….”“Ai tak peduli dengan harga diri, Ai yang menawari diri untuk Mas Ardho nikahi. Ini karena rasa di hati ini tak lagi dapat Ai bendung. Ai tak sanggup lagi menahan rasa ini. Rasa yang lebih dulu Mas Ardho semai, Mas sirami, tetapi tanpa perasaan sekarang Mas bunuh secara kejam.”“Aku tak bermaksud membuatmu kecewa, Ai! Maaf!”“Kalau memang sejak awal Mas Ardho gak cinta, kenapa mesti menumbuhkan rasa di hati aku?” Aisyah mulai sesegukan.
Bab 161. Jaga Aisyah Untukku===========Kalimat Aisyah terdengar begitu tegas. Suara manja dan kolokan hilang lenyap. Aisyah telah kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Seorang mahasiswi jurusan hukum yang pandai mengungkapkan fakta, menindak kejahatan, menyingkap ketidak jelasan. Itu sebab dia mengambil kuliah jurusan hukum. Meski papanya menginginkan dirinya menjadi Dokter juga seperti sang Papa dan Dr. Ilham Kakaknya. Aisyah sebenarnya wanita tegas, mandiri dan tangguh, meski kadang kelewat manja.Cinta sempat membutakannya. Ardho sengaja mempermainkan perasaanya sebagai pelampiasan karena penolak Alisya. 
Bab 162. Tiara Meminta Ardho Bebas========“Tunggu aku, ya!” Deva berucap pelan.“Iya, Sayang. Aku gak akan pernah ke mana-mana. Sebentar, ya, biar kita pindah ke ruangan.”“Hem.”Alisya melepas pelukan di lengan yang lemah itu. Meletakkannya pelan di sisi badan setelah mengecupnya sekali lagi.*“Sya!” Tiara menyambutnya di depan pintu ruangan.“Hey.”&ldq
Bab 163. Mata-mata Ketahuan==========“Maaf, Tiara. Abang kamu itu seorang psikopat! Maaf banget, ya. Bukan maksudku menyakiti perasaan kamu. Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Jadi kutegaskan sama kamu, bahwa sampai kapanpun Alisya tak akan pernah mencabut perkara Ardho. Bahkan kami berencana menuntut lagi, karena rencana pembunuhan lanjutan terhadap Mas Deva. Kamu upayakan dia membusuk di penjara, sampai dia benar-benar bertobat. Maaf, Tiara. Jika kalimatku terlalu kejam.” Raja menegaskan.“Apalagi yang telah dilakukan oleh Mas Ardho, Mas?” Tiara bertanya lirih.“Kamu mau tahu apa?”&n