Bab 31. Penyusup Di Keluarga Besar Wibawa
=======
Suasana berbeda di rumah Fajar. Lelaki itu baru saja menerima telepon dari sahabatnya, Raja. Sesuatu yang telah direncanakannya, kini sudah mulai berjalan begitu sempurna. Sengaja dia meminta Raja agar menerima Desy bekerja di kantor yang dimiliki oleh keluarga temannya itu. Alisya juga ada di sana.
Fajar sama sekali belum bisa terima, Alisya telah mencampakkannya. Alisya adalah miliknya, selamanya akan menjadi miliknya. Berharap Alisya urung menggugat cerai dirinya. Akan direngkuhnya kembali wanitanya, bagaimanapun caranya. Fajar yakin, ada seseorang di sana yang sedang berusaha mengambil hati istrinya. Belum tahu pasti siapa, tapi Fajar berusaha akan mencari tahu secepatnya. Tidak akan ada siapapun yang bisa memiliki Alisya. Alisya dici
Bab 32. Rena Tenggelam di Kolam Renang=======Alisya membisu di sepanjang perjalanan, begitupun dengan Deva. Kalau Alisya membisu karena merasa sangat kaku dan takut salah di hadapan sang Bos, maka berbeda dengan Deva. Lelaki itu membisu justru karena sedang sibuk menetralisir degupan aneh di dalam dadanya. Kian hari degup itu kian menyiksa saja.Pesona Alisya tak mampu lagi ditepis. Hadir perempuan itu tak dapat dia cegah. Alisya mengisi penuh relung hati yang sempat kosong sejak Sonya mengkhianatinya. Setahun yang lalu. Ya, tepat setahun yang lalu Deva memergoki istrinya sedang berada di dalam rengkuhan Theo. Mereka memang tidak melakukan hubungan layaknya suami istri, tetapi melihat keduanya sedang menyatukan bibir sambil saling berpelukan, membuat Deva ta
Bab 33. Kecurigaan Alisya Kepada Perawat Pribadi Alina=======Dua puluh menit, mobil yang dilajukan Deva sudah memasuki halaman parkir Rumah sakit Swasta paling terkenal di kota Medan. Rumah sakit langganan keluarag Haga Wibawa Gle* Eg***s. Deva langsung memgarahkan mobilnya ke parkiran yang paling dekat dengan gedung UGD.Seorang anggota Papanya langsung berlari menyambut mereka, begitu melihat mobil Deva.“Lapor, Pak. Sudah ditangani! Tidak usah khawatir!” lapornya seraya meletakkan tangan di pelipis, seperti orang menghormat.“Baik! Terima kasih.”Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Alisya. Alisya mengangguk sebagai ucapan terima kasih.Deva keluar dari mobil. Lalu bersisian dengan Alisya menuju ruang UGD.
Bab 34. Kedatangan Fajar ke Rumah Sakit=======“Gak bisa dibuka, Sya! Pakai sandi,” kata Deva.“Minta sama dia, Pak! Beri tahu apa sandinya!” perintah Alisya menatap tajam perawat yang kian memucat itu.“Tidak mau! Itu HP aku, hak aku, privasi aku! Kalian gak bisa memaksa aku!”“Pak Deva majikan kamu! Kamu harus turut perintahnya, bukan?”“Iya, tapi tidak untuk kata sandi di HP aku!”“Ok, kita tunggu saja!” Kau akan tetap di sini, tak bisa ke mana-mana!”“Aku mau pulang, aku mau liat Ibu! Bu Alina membutuhkan rawatanku!”“Diam! Kua diam!” Alisya menghentakkan lengan pere
Bab 35. Signal Dari Deva Mulai Terasa========“Rena Sayang! Ini mama, Nak!” Wanita itu membelai lembut pipi putrinya.Mata sang bocah mengerjap lemah.“Jangan dipaksa dulu, Bu! Biar putri ibu lebih tenang dulu, ya! Yang penting dia sudah melihat keberadaan Ibu di sini. Itu akan membantu dia segera kuat kembali,” ujar salah seorang Dokter yang menangani Rena.“Baik, Dok! Tetapi anak saya udah baik-baik saja, kan, Dok?”“Sudah, Bu. Cairan yang sempat merendam seluruh organ tubuhnya sudah kita keringkan. Tinggal masa pemulihan saja. Selanjutnya kita akan berusaha menyembuhkan traumanya.”“Pasti Rena kaget banget, Dok.”
Bab 36. Genderang Perang Mulai Ditabuh======“Ok, aku tanya kamu, andai suami kamu memenangkan hak asuh anak kamu, apakah kamu akan memaafkan dia, mau membatalkan gugatan perceraian demi Rena?”Alisya tercekat.“Jawab, Alisya!”“Entahlah, Pak. Saya sangat menyayangi Rena. Semoga saya bisa memenangkan hak asuh anak saya.”“Pasti, pengacaraku akan memperjuangkan kamu. Anak di bawah umur, hak ibunya untuk mengasuh. Itu sebab Tasya ikut Sonya. Tapi, aku yakin, dengan kasus ini, aku akan menuntut balik.”“Maksud Bapak?”“Ya, Aku pastikan Sonya akan mendekam di penjara karena telah mencelakai Rena.&nb
Bab 37. Alina Mendapat Serangan========Deva memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Menyenderkan tubuh di sandaran sofa, sembari terpejam. Mencoba menikmati perih dan kecewa di dalam dada, sekaligus menyiapkan hati dan jiwa untuk menghadapi perang besar di keluarganya. Perang dengan Mama, pasti seluruh keluarga akan berada di pihak Ibunya. Deva sendirian, ya, sendirian.Seperti dulu saat dia dikucilkan dan diperangi karena menceraikan Sonya. Kali ini, terulang lagi karena memenjarakan Perempuan yang sama. Sama sakitnya. Tetapi, kali ini ada yang berbeda. Jika dulu Deva merasa sakit dan hampa. Kali ini sakit tetapi hatinya lega. Ada rasa yang membuncah di dada. Seperti bahagia yang luar biasa.Alisya, wanita itu mampu membuatnya begitu bahagia. Meski belum ada signal apa-apa dari Alisya, pun Deva belum jua menyatakan ap
Bab 38. Goresan di Hati Alisya=====“Alisya!”Lirih suara Deva menyebut nama itu.Alisya yang kini duduk di sisi ranjang Rena menoleh ke arah sofa. Wajah tegang dan kusut lelaki itu tak jua membuatnya terenyuh. Dia tak ingin terlibat apapun lagi dengan keluarga Haga Wibawa. Tidak juga dengan Deva yang memang seperti akan membelanya. Alisya bisa merasakannya, Deva seperti akan membela dirinya.Namun, hati wanita itu telah terlanjur tergores. Rasa curiga dan benci kepada keluarga itu membuat dia membekukan hati. Alisya khawatir, jika dia menaruh kepercayaan pada Deva, maka tipuan selanjutanya akan dia terima. Alisya tak mau menjadi korban permainan orang kaya.“Mama masuk rumah sakit, Sya. Mama kena seran
Bab 39. Permintaan Tasya Buat Alisya=======“Ndak mau tuntik, Mamma!”“Iya, suntiknya di selang ini aja, ya. Janji jangan lasak, ya!”“Iya, Mammma. Lena ndak yacak. Lena endak nakan yagi. Lena ndak mau main di koyam yagi.”Rena tiba-tiba menangis sesegukan. Alisya memeluknya, membenamkan kepala putrinya di dada.“Lena ndak mau te toyam yagi, Mama! Lena ndak mau mandi yagi. Lena tatut, Mamma. Lena ndak mau mandi yagi!” ucapnya terisak-isak.“Gak mau mandi lagi?”“Iya, Mamma. Lena tatut ain, ain nya dahat, ainnya tekik Lena. Lena tatut, Mamma!”“Iya, Sayang. Ini mama peluk, jangan takut, ya!”