Share

April 2009

Seharusnya April menjadi waktu yang indah bagi Aileen, karena terik matahari seakan penuh menyinari hidupnya. Tetapi berbeda dengan April kali ini. Seperti musim hujan, hati Aileen dipenuhi kemendungan yang tak berkesudahan. 

Sehari selepas pembicaraan di antara Aileen dan Malvin mengenai kepergian pemuda itu, membuat Aileen harus bersiap dengan jarak di antara mereka.

Kini ia hanya berteman dengan kasur lapuknya, tak mau keluar bahkan untuk sekedar menyapa orang. Ia merasa muak berpura-pura bahwa dia baik-baik saja. 

Hanya tinggal menghitung hari, kepergian Malvin terasa semakin dekat. Ketika Aileen masih bermalas-malasan, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamarnya, dan ternyata orang itu adalah Malvin, orang yang paling ia hindari untuk saat ini.

" Keluarlah, Kakak mau bicara!" Ucap Dante

Aileen pun bergegas menghampiri Malvin

" Ada apa Kak?" tanya Aileen 

" Apakah kau sakit? Sudah beberapa hari ini kau hanya berdiam di kamar, memangnya tidak pergi ke sekolah?" tanya Malvin cemas

" Aku tidak mengikuti ospek sekolah. Aku akan masuk sekolah jika pembelajaran di mulai" jawab Aileen

" Syukurlah, Kakak cemas sekali. Oh ya, tiga hari lagi Kakak akan pergi ke London"

Dalam hati, Aileen mencoba menguatkan diri toh dia tak punya hak apa-apa atas hidup Malvin. 

" Secepat itu Kak?" tanya Aileen

" Kakak juga tak mengira akan secepat ini. Tapi Kakak bersyukur, bukankah lebih cepat lebih baik" ucap Malvin

" Semoga semua hal di mudahkan, aku turut bahagia Kak" ucap Aileen tersenyum

" Oh ya, Kakak membelikanmu sepatu baru. Kakak membelinya dari hasil tabungan selama ini. Sepatu ini merupakan yang terbaik di dunia hanya untukmu Aileen, adikku tersayang" ucap Malvin lalu memberikan sepatu yang masih terbungkus itu. 

Aileen menyangkal kata 'adik' yang dilontarkan Malvin, menurut Aileen perasaannya sudah melampaui lebih dari itu. 

" Kakak harap sepatu ini awet sampai 4 tahun kemudian, sampai kakak kembali lagi. Mustahil memang, tetapi sepatu ini akan menemani semua langkahmu Aileen. Kau suka kan? " ucap Malvin

Sepatu hitam dengan garis manis berwarna pink itu sangat pas ketika Aileen mencobanya. 

" Aku sangat suka. Terima Kasih Kak" ucap Aileen senang

" Sama-sama Aileen" jawab Malvin sembari mengacak rambut Aileen gemas.

** 

Hari itu pun tiba.

Hari di mana orang-orang di panti harus melepas kepergian Malvin ke London. Mereka semua berkumpul dan berdoa bersama untuk kesuksesan Malvin. Bu Lusi menangis, anak-anak pun ikut bersedih atas perpisahan itu. Tak terkecuali Aileen, ia sangat remuk sekarang, ia sangat ingin egois dan menghalangi kepergian 'Kakak'nya namun Aileen tak boleh melakukan itu.

" Semuanya Malvin pamit" ucap Malvin

Pecah tangisan Bu Lusi, melepas Malvina adalah pilihan sukit baginya.

"Bu tidak usah terlalu bersedih, kau bisa menelepon ku sewaktu-waktu. Aku akan kembali lagi dengan versi Malvin yang lebih hebat yah Bu" ucap Malvin pada Bu Lusi sembari memegang pundak beliau

" Kau harus selalu berdoa dalam setiap langkah hidupmu dan bersikaplah baik pada Bu Diva dan Pak Edward" ucap Bu Lusi

" Saya dan keluarga pamit bu" ucap Bu Diva pada Bu Lusi.

Ketika mereka selesai berpamitan dan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Aileen berteriak memanggil Malvin.

" Kak tunggu" teriaknya

Malvin pun keluar dari mobil.

" Ada apa Aileen" tanya Malvin 

" Sarung tangan untukmu Kak, kalau musim dingin datang pakailah ini " ucap Aileen lalu memberikan kotak kecil berisi sarung tangan

" Terima Kasih Aileen. Tumbuhlah menjadi gadis yang baik kelak" ucap Malvin dengan mata memerah menahan tangis

Aileen pun sama berjuangnya untuk tak mengeluarkan air mata.

** 

Setelah perpisahan itu, semua hal yang ada di panti tidak sama lagi bagi Aileen. Ia tak mau pergi ke taman dan duduk dibangku yang selalu mereka duduki bersama, ia sangat malas untuk bersepeda ke taman lagi. Segalanya tampak kosong tanpa seorang Malvin Saputra.

Bulan ke Bulan dan musim pun telah berganti, Aileen lalui tanpa kabar dari Malvin. Gadis itu selalu menunggu kotak pos di depan rumah panti dan selalu menunggu telepon rumah berdering. Berharap Malvin akan menghubungi Bu Lusi dan semua orang di panti, namun hal itu tak kunjung datang.

Beberapa kali Aileen meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ' kakak' nya baik-baik saja dan hidup bahagia di London sana. Ia berusaha menghilangkan kegusarannya mengenai Malvin dan melanjutkan hidupnya kembali di Panti Muara Kasih.

Lalu apakah benang merah kali ini akan putus seperti jarak yang memisahkan mereka berdua? 

To Be Continued.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status