Beranda / Romansa / Benih Haram Sahabatku / Janji Seorang Lelaki

Share

Janji Seorang Lelaki

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 14:04:59

Wisnu mengucap doa dalam hati agar kedatangannya kali ini bisa diterima dengan baik. Sudah beberapa kali dia mengunjungi Dimas di kantor dan masih berharap agar lelaki itu mau menemui Reisa.

"Maksud Om, aku harus nikahin Rei?" tanya Dimas keberatan. 

Wajah Wisnu menegang. Dia menarik napas panjang dan mencoba menahan emosi yang hendak meluap. 

"Kalau kamu memang mencintai Reisa, Nak." 

"Reisa sudah kotor, Om. Dia mengandung benih Andra. Anak itu hasil perkosaan. Kenapa aku yang harus menanggung semuanya?" 

"Om rela melakukan apa saja kalau kamu bersedia."

Dengan pengharapan yang besar Wisnu datang kepada Dimas untuk menerima Reisa. Dia bahkan menekan harga diri demi kebahagiaan putrinya.

Hanya Dimas yang satu-satunya menjadi harapan menyembuhkan Reisa dan menutupi aib. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan. Harinya juga sudah dekat, hanya tinggal menunggu waktu. 

"Maaf, aku gak bisa, Om." 

Dimas berlalu begitu saja meninggalkan Wisnu yang terdiam mematung. Dia menolak dengan tegas. Hatinya sungguh terluka atas apa yang telah Andra lakukan terhadap calon istrinya. 

Dimas sudah mempersiapkan semua dengan baik. Berkerja keras untuk masa depannya bersama Reisa. Menyiapkan pernikahan impian, bahkan mempekerjakan seseorang untuk menjaganya. Namun semua hancur. 

Dimas memilih untuk pergi, meninggalkan tanah air dan mengobati luka hatinya sendiri. Harga dirinya telah dilecehkan. Dia sudah tak punya muka untuk bertemu keluarga dan orang terdekatnya.

Wisnu tertunduk pasrah. Penolakan Dimas tadi telah menegaskan bahwa harapan mereka sudah sirna. 

***

Wisnu menatap Sarah dengan gamang. Saat ini mereka sedang berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

"Mas. Baiknya kita sudahi saja perkara ini," sarannya. 

"Kasihan Reisa kalau sampai aku menyetujui hasil mediasi waktu itu," tolaknya. 

Wisnu tak mau jika Reisa harus hidup bersama Andra, sementara putrinya menderita trauma yang berkepanjangan.

"Keluarga Dimas juga gak ada itikad baik," desak Sarah. 

"Tapi--"

"Mas. Nikahkan Reisa dan Andra setelah bayinya lahir. Hanya itu satu-satunya cara," pinta Sarah.

Wisnu tertegun dan menimbang lama. Akhirnya dengan berat hati dia menganggukkan kepala dan menyetujuinya.

"Untuk sementara, pindahkan Reisa ke rumah lain untuk menghindari gunjingan. Dia sudah cukup menderita karena ini. Jangan sampai ada mulut lain yang ikut mencela dan menambah traumanya."

Sarah mengucapkan itu sembari menangis. Banyak bisik-bisik yang santer terdengar tentang keponakannya. Ada yang menyalahkan Wisnu karena membiarkan Reisa bergaul terlalu dekat dengan Andra sehingga semua ini terjadi. 

Ada juga yang mengatakan ini azab karena Wisnu pernah nakal di usia muda

sebelum menikah. Sarah hampir saja melabrak orang yang menyebarkan isu, karena merasa kecewa setelah mengetahui bahwa pelakunya berasal dari keluarga mereka sendiri.

"Lalu, siapa yang bakal jagain Reisa?"

"Andra."

"Kenapa harus dia?" tanya Wisnu geram. Nada suaranya kembali meninggi karena emosi 

"Karena cuma dia yang bisa ngembaliin keadaan supaya jadi normal kayak dulu."

"Tapi gak bisa begitu, Sarah. Dia--"

"Mas, kita udah coba berbagai cara. Hasilnya apa? Gagal."

Mereka sudah membayar psikiater, juga mencoba berbagai macam pengobatan alternatif. Sayangnya, semua hanya sia-sia. Reisa masih saja seperti orang yang kehilangan ingatan, kerap kali termenung dan menangis di malam hari. 

Wisnu menatap adiknya dengan gamang dan berkata, "Kamu yakin ini akan berhasil?"

Sarah mengangguk dan itu membuat Wisnu menghela napas panjang. 

"Berikan kesempatan kepada Andra, Mas."

"Baiklah kalau begitu. Mas akan cabut gugatannya," ucapnya dengan berat hati.

Wisnu datang ke rumah tahanan itu. Bertemu dengan lelaki yang sudah menodai putrinya untuk meminta pertanggungjawaban. Membunuh calon bayi di dalam kandungan Reisa sama saja dengan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Sehingga, dia memilih untuk memaafkan Andra. 

Andra menyanggupinya karena memang itulah yang diharapkannya sejak dulu, hanya saja itu tak pernah terucap. Tanpa berpikir panjang, dia malah melakukan sesuatu yang merusak semua.

Wisnu menetapkan hati. Jalan keluarnya hanyalah satu, agar bayi itu tetap memiliki ayah saat dia lahir nanti. Itu bukanlah orang lain. Itu haruslah ayah biologisnya. 

***

"Masuk ke dalam, yuk. Di sini dingin." 

Bisikan dan hembusan napas Andra di telinganya membuat Reisa merinding. Wanita itu menunduk dan tak berani bergerak. 

"Rei." 

Andra menyentuh pipi Reisa yang sejak tadi dibasahi oleh air mata, lalu meletakkan tangannya di bahu wanita itu. Dia ingin merengkuhnya ke dalam pelukan, tetapi tak punya nyali. 

"Maafin gue."

Andra membalik tubuh Reisa dan menuntunnya ke kamar. Beribu kata maaf telah dia ucapkan, tetapi itu belum mampu mengubah keadaan. 

Setelah menutup pintu, Andra memilih keluar dan meninggalkan Reisa dalam tangis. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk saat ini. Berada di dekat wanita itu hanya akan menambah lukanya. 

Andra hendak menuju kamarnya sendiri, ketika sebuah tepukan bersarang di bahunya. 

"Belum tidur, Ndra?" tanya Wisnu dengan tenang. 

"Belum, Om." jawabnya singkat. 

Andra tidak tahu harus bicara apa. Apa pun yang pernah dia lakukan tidak hanya melukai hati Reisa, tapi juga lelaki gagah di sampingnya ini. 

"Reisa masih nangis?" 

"Tiap kali aku deketin," jawabnya.

Wisnu membuang pandangan. Hatinya begitu sakit setiap kali melihat Andra. Lelaki yang bertahun-tahun dia percayakan untuk menjaga Reisa, tetapi justeru merusak masa depannya.

Hati Wisnu lebih sakit saat mengetahui kenyataan lain bahwa Dimas, orang yang dia harapkan bisa menerima Reisa apa adanya, justru menolak untuk menikahi putrinya karena sudah cacat. Walaupun pernikahan mereka sudah direncanakan jauh-jauh hari. 

"Biarkan saja dulu, Ndra. Jangan kamu paksakan." 

Ucapan terakhir itu penuh tekanan dan Andra tahu apa maksudnya.

"Aku ngerti, Om."

"Tolong jangan ganggu Reisa dulu. Biarkan dia tenang. Ini semua sangat sulit untuk di terima." 

Tepukan kedua di bahunya membuat Andra bergetar. Ini peringatan keras agar dia tak gegabah dalam bertindak.

"Iya, Om," jawabnya singkat.

"Kamu bersungguh-sungguh mencintai anakku?" tanya Wisnu. 

"Sejak dulu. Gak pernah berubah. Karena itu aku selalu jagaian dia. Mungkin ... caraku mencintainya salah," jawab Andra mantap. 

Kali ini mereka berbicara sebagai dua orang lelaki yang mengasihi satu wanita yang sama, Reisa.

"Apa benar Dimas--"

"Iya. Aku udah jelasin semua sama om waktu itu. Aku juga udah bilang ke Reisa berkali-kali. Tapi gak ada yang percaya. Dimas tidak sebaik yang kalian kira."

Wisnu menatap sosok di hadapannya dengan lekat. Hari itu ketika mereka bertemu di rumah tahanan, Andra menceritakan banyak hal mengenai Dimas. 

Andra membongkar segala tindak tanduknya, bahkan menyanggupi untuk memberikan bukti-bukti agar Wisnu percaya. Dia mengakui kalau sengaja menjebak Reisa agar pernikahannya dengan Dimas dibatalkan.

Wisnu kembali melayangkan tinju di wajah Andra ketika mendengar penuturan yang terakhir. Sehingga penjaga tahanan melerai dan mengusirnya pulang agar tak menimbulkan keributan. 

"Aku merestui kalian dengan perjanjian yang sudah kita sepakati. Ingat itu!"

Andra telah menanda-tangani selembar kertas di depan seorang pengacara. Jika dia sampai berani menyentuh Reisa sebelum waktunya, maka Wisnu akan memisahkan mereka. 

Andra harus berhasil merebut hati Reisa dan menyembuhkan traumanya. Barulah setelah bayinya lahir, mereka akan dinikahkan. Jika lelaki itu tidak berhasil, maka Wisnu akan memindahkan putri dan cucunya ke luar negeri agar mereka tak bisa bertemu lagi. 

"Tapi aku gak akan ninggalin Reisa dan anakku sampai kapan pun."

Dua lelaki itu saling menatap tajam. Mengukur kekuatan satu sama lain. Mereka sama kuat, karena mereka sama-sama seorang ayah. Lelaki sejati akan melindungi keluarganya bahkan jika harus bertaruh nyawa.

Wisnu tersenyum. Bukan kalah atau mengalah, tetapi ingin melihat sejauh apa kesungguhan lelaki di hadapannya ini.

"Kalau begitu, buktikan!" 

Wisnu melangkah pergi meninggalkan Andra yang masih berperang dengan batinnya sendiri. 

"Aku akan pertahankan mereka. Gak akan aku biarkan Om pisahkan kami!" tegasnya.

Andra menatap hamparan rumput luas di hadapannya dengan gamang. Rumah ini akan mereka tempati sampai tiba waktunya Reisa melahirkan.

Tugas Andra saat ini sangatlah banyak. Menyembuhkan luka yang sudah dia toreh. Mempersiapkan diri menjadi seorang ayah. Merebut kembali cinta Reisa. Juga menepati janji kepada Wisnu untuk membahagiakan putrinya. 

Janji sebagai seorang lelaki.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Benih Haram Sahabatku   Ending Extra Part

    Andra benar-benar gelisah. Sejak kamarin perasaan lelaki itu tak menentu. Dia bahkan tak berselera makan. Semakin dekat hari pernikahan Reisa, mereka bahkan tak bertemu sama sekali. Sahabatnya itu sempat mengangkat teleponnya. Namun tak lama, katanya masih sibuk mempersiapkan acara.Andra meminta untuk video call dan Reisa mengabulkannya. Namun, saat berbincang, raut wajah gadis itu tak seperti biasa. Sebelum ada Bimo, Reisa masih sama seperti dulu. Bersikap hangat dan bersahabat. Namun, semua berubah ketika sang pujaan hati memiliki pengawal sendiri. Andra bahkan tak dilibatkan apa pun dalam persiapan pernikahan Reisa. Padahal lelaki itu bersedia jika direpotkan. Lelaki itu bagai tak dianggap sama sekali. Dan itu membuat Andra kecewa. "Den Andra gak makan? Inah masak enak, loh."Inah menegur tuannya. Sejak pulang tadi Andra tak menyentuh hidangan yang dimasaknya sama sekali. Hal itu membuatnya heran.Biasanya Andra akan lahap setiap melihat sajian di meja makan. Maklum, sejak ke

  • Benih Haram Sahabatku   Merasa Indah

    Reisa turun dari tangga dengan langkah anggun. Hal itu membuat Dimas terpana. Lelaki itu menelan ludah akan hasratnya yang muncul saat melihat sang kekasih.Sudah beberapa kali Dimas mengajak Reisa bermesraan. Namun, gadis itu menolak secara halus. Reisa yang lahir dan besar di kota kecil, memang selalu dituntut untuk menjaga diri.Hal itulah yang membuat Dimas kesal, lalu melampiaskannya kepada wanita lain. Hanya untuk bersenang-senang dan bukan cinta. Namun, kebiasaannya ini sudah terjadi sejak lama, dari mereka sama-sama kuliah. "Sudah siap?"Suara Wisnu memecah keheningan. Reisa menoleh ke arah papanya, lalu mengangguk. Gaun yang dia pakai kali ini berwarna silver dengan model sederhana. Gadis itu tak memakai perhiasan berlebihan. Hanya sepasang anting mutiara yang menambah keanggunannya. "Siap, Papa," jawab gadis itu senang.Wisnu menatap putrinya dengan bangga. Reisa tak hanya berprestasi di sekolah, tetapi bekerja dengan baik di kantornya. Apalagi setelah bertunangan dengan

  • Benih Haram Sahabatku   Mencuri Kesempatan

    Bimo memarkir mobilnya di sebuah gedung bertingkat. Dimana Reisa berkantor di perusahaan milik papanya. Siang ini Bimo akan mengantar Reisa makan siang, karena gadis itu ingin mencoba menu baru di sebuah restoran. "Hai, Bim."Reisa menyapa Bimo dengan ramah. Walau di hatinya ada rasa risih jika harus berdekatan dengan orang baru. Apalagi lelaki itu anak menemaninya sepanjang waktu hingga hari pernikahan tiba."Siang, Mbak Rei.""Kamu udah makan?" "Sudah, Mbak," jawabnya pendek. Tadi sebelum ke sini, Bimo mampir di sebuah tempat makan untuk mengisi perut. Selama Reisa bekerja, lelaki itu tak boleh mengikuti. Sehingga job desknya sekarang lebih ke supir pribadi. "Kalau gitu jalan."Setelah menutup pintu mobil Reisa menarik napas panjang dan meletakkan tasnya di samping. Dia mengambil ponsel dan mengabari Dimas bahwa akan makan siang.Reisa merasa hidupnya sekarang dikekang. Namun, dia hanya menuruti apa maunya Dimas demi kebaikan bersama. "Mau ke mana kita ini?" Bimo bertanya. Me

  • Benih Haram Sahabatku   Bimo

    Hari itu, Dimas membawa Reisa bertemu dengan seorang lelaki, saat menjemputnya sepulang dari bekerja. Dia mempunyai rencana untuk melindungi sang kekasih. Dari orang-orang yang berniat jahat dan dari Andra tentunya.Ini tak bisa dibiarkan. Pembicaraannya kemarin dengan Andra membuat Dimas cemas. Dia khawatir jika lelaki itu nekat dan benar-benar akan menggagalkan pernikahan nereka. "Rei, kenalin. Ini Bimo." Reisa menjabat tangan Bimo. Jika diperhatikan dengan jeli, tampilan fisik Bimo mirip seperti orang yang pernah mendapat pendidikan militer. "Siapa ini?"Mata Reisa penuh tanya, tapi tak berani menduga. Entah apa maksud Dimas memperkenalkan lelaki ini kepadanya. "Bimo ini tadinya kerja di kantor papa. Tapi mulai sekarang dia bakal jadi supir pribadi sekaligus ngejagain lu." Dimas menjelaskan dengan pelan agar Reisa mau menerima. Dia tahu jika bicara dengan kekasihnya ini harus penuh dengan kelembutan.Reisa selalu diperlakukan baik oleh orang tuanya. Namun, hal itu menjadikanny

  • Benih Haram Sahabatku   Dimas

    Pintu ruangan Andra terbuka. Sesosok lelaki gagah masuk dengan santainya tanpa permisi."Sibuk?"Dimas tampak santai saat bertamu, menganggap Andra tidak akan berani melawannya."Gak juga. Jadi masih punya waktu buat Reisa," sindir Andra.Suasana menjadi tegang. Andra bahkan enggan meninggalkan kursinya. Lelaki itu bahkan tak mempersilakan Dimas duduk. Sehingga tunangan Reisa itu masih berdiri di hadapannya. "Gak usah nyindir gue," ucap Dimas sembari tersenyum mengejek."Gue cuma bicara fakta."Dimas terkekeh, lalu menatap Andra dengan sinis. Pandangan matanya begitu tajam. Namun, justru menambah ketampanannya. Wajar jika Reisa jatuh dan cinta setengah mati kepada lelaki itu. "Lu tadi makan siang sama Reisa?" Andra berhenti mengerjakan laporan, lalu meletakkan mouse yang sedari tadi setia menemani."Iya. Kenapa?" jawab Andra singkat. "Sering banget kayaknya.""Soalnya cuma gue yang bisa nemenin. Lu gak ada gunanya jadi tunangan," ucap Andra sarkas.Dimas mengepalkan jari. Amarah b

  • Benih Haram Sahabatku   Bujuk Rayu

    Panggilan telepon masuk, Andra segera mengambil ponselnya. Reisa is calling."Ya, Rei? Apaan?" Andra menutup laptopnya dan menjawab telepon. Laporan sedang banyak yang harus dikerjakan hari ini. Dia sedang fokus menyelesaikannya sedari pagi, saat tiba di kantor. "Ndra. Temenin aku makan siang, dong. Aku sendirian nih." Terdengar suara syahdu wanita di seberang sana. Si pemilik suara adalah seorang wanita cantik, mungil dengan rambut panjang tergerai. Bulu matanya lentik dengan suara manja. "Dimas mana?" Nada suara Andra terdengar malas. Selalu begini, hampir setiap hari terjadi dan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Sekalipun status Reisa adalah tunangan dari orang lain. Namun, Andra lah yang selalu menemani. "Lagi meeting sama klien. Dia gak sempet nemenin aku katanya. Tadi barusan aku telepon. Kamu mau kan, Ndra?"Suara manja Reisa kembali terdengar. Wanita itu berusaha membujuk dan merayu sahabatnya. Andra menarik napas panjang. Entah sudah untuk yang ke berapa kalinya i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status