Home / Romansa / Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku / 2. Malam Pertama Tanpa Gairah

Share

2. Malam Pertama Tanpa Gairah

last update Last Updated: 2024-02-06 18:24:12

‘Tidak! Hentikan! Cara ini salah!’

Teriakan Elena hanya bisa keluar di dalam hati. Sementara kenyataannya, Elena Cuma menggigit bibir dengan mata terpejam saat Reviano mulai membuka kancing piyama berbahan satin yang ia kenakan.

Apa yang terjadi sekarang, sungguh sulit dipercaya secara akal sehat.

Bagaimana mungkin ada seorang mertua yang berniat menggauli menantunya hanya karena alasan keturunan?

Benarkah sudah tak ada cara lain?

Dan Elena merasa heran dengan dirinya sendiri. Kenapa mulutnya seakan terkunci untuk bisa menolak tangan kekar yang kini sedang membuka pakaiannya?

“Apa kau masih perawan, Elena?” suara Reviano membuat Elena membuka matanya.

“Apa?” seakan tak percaya dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut sang mertua.

“Maaf kalau aku bertanya begini. Tapi aku hanya ingin memastikan sesuatu. Tolong jawab, apakah kau masih perawan?”

Elena meneguk ludah. Antara malu dan ragu untuk menjawab pertanyaan yang sensitif seperti itu.

“Jawab saja pertanyaanku.” Reviano mendesak seakan tak ingin dibantah.

“Aku masih perawan. Karena memang sejak dulu aku bertekad akan memberikan kesucian hanya pada suamiku saja.” Elena terdengar jujur, membuat Reviano membuang nafas kasar.

Sesaat mereka sama-sama terdiam. Reviano menurunkan tangannya yang tadi sempat hendak menurunkan tali bra Elena.

“Sebenarnya, aku tidak minta persetujuanmu untuk melakukan ini. Karena bagiku, menyambung garis keturunan adalah yang terpenting saat ini. Hanya saja, karena aku mendengar kalau kau masih perawan, aku meminta izin untuk menyentuhmu malam ini dan malam-malam berikutnya. Sampai aku dapat memastikan kalau kau positif hamil.”

Reviano memang terdengar seolah sedang meminta izin secara sopan. Namun Elena merasa kalau dia sedang didikte dan diatur hidupnya oleh keluarga Lawrence.

Sampai positif hamil? Berarti dia akan terus-menerus digauli oleh mertuanya sendiri? Haruskah hidupnya menjalani hal absurd seperti ini?

“Kenapa harus aku, Dad?” serak suara Elena bertanya, nyaris tak tertangkap di telinga Reviano.

“Karena kau istri sah Leon. Aku tak bisa menghamili sembarang wanita. Tak mungkin tiba-tiba saja aku akan membawa bayi dari luar untuk masuk ke rumah ini. Tapi kalau kau yang melahirkan, semua orang juga tahu kalau anak yang kau kandung mengalir darah Lawrence.”

“Lalu, kenapa harus sampai aku positif hamil?” Elena memberanikan diri untuk bertanya.

“Karena usiamu yang sudah tak muda lagi. Kudengar kalau wanita sudah memasuki usia kepala tiga, rahimnya tak sesubur gadis remaja. Karena itu, mungkin tak cukup hanya melakukannya sekali.”

Elena menelan saliva yang terasa tajam menusuk tenggorokan.

“Berbaringlah,” titah Reviano dengan nada datar namun tegas.

Elena bergeming. Tubuhnya berat meski hanya untuk sekedar menggerakkan ujung jari.

Reviano membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Hanya tersisa celana boxer pendek yang membalut ketat area kejantanannya.

“Kau mau melakukannya dalam keadaan terang atau gelap?”

“Te-terserah.” Akhirnya hanya itu kata yang bisa keluar dari bibir Elena.

Reviano bergerak ke sudut ruangan, mematikan lampu.

Elena merasa ranjang yang ia duduki sedikit terbenam saat Reviano ikut naik ke atasnya.

Elena pasrah saja saat lelaki itu membaringkannya. Ia memejamkan mata saat Reviano menindihnya dari atas.

“Ah, sial!” Terdengar umpatan. Reviano yang tadi sudah berada di atas Elena menarik tubuhnya kembali.

“Dia tidak mau bereaksi.” Lelaki itu memainkan senjatanya dengan tangan.

Elena hanya diam. Berdoa semoga yang ia takutkan tak terjadi.

“Aku tak bisa main kalau tanpa pemanasan,” gumam Reviano. “Maafkan aku.” Reviano kembali mendekati Elena.

Anehnya, Elena tak merasakan apa-apa. Ia seakan terhipnotis, seolah tak menyangka ini semua terjadi.

Elena seperti sebuah boneka yang hanya bisa memandang langit-langit kamar. Sementara Reviano telah bergerilya bebas di setiap inchi tubuhnya.

Hanya air mata mengalir, yang menandakan kalau Elena masih bergulat dengan perasaannya. Ia ingin menolak, tapi tak bisa.

Ia sudah dibeli oleh keluarga Lawrence, dengan saham dan beberapa aset yang kini dinikmati ayah kandungnya.

“Tahan, jangan keluarkan suaramu. Aku akan pelan-pelan.” Reviano berbisik di telinga Elena.

Rasa sakit yang teramat sangat hanya bisa ia tahan dengan menggigit bibir dan memejamkan mata. Sungguh Elena merasa sangat tersiksa.

Ruangan yang nyaris gelap membuat Elena tak bisa melihat ekspresi wajah Reviano yang kini sedang menghentak pinggulnya tanpa henti. Hanya terdengar suara erangan halus dan geraman tertahan dari mulut Reviano.

Apakah mertuanya itu menikmati keperawanannya? Padahal ia setengah mati sedang menahan rasa sakit, baik di organ intim maupun di hatinya.

Harga diri Elena seakan sedang dicabik-cabik tanpa perasaan.

Elena kembali memejamkan mata sambil menarik nafas, saat Reviano telah mencapai puncaknya.

Terdengar lelaki itu membuang nafas lega. Ia tak langsung bangun, seakan membiarkan apa yang berada di dalam sana bertahan sedikit lebih lama.

Setelah beberapa saat, Reviano melepaskan diri. Menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang Elena yang masih membeku tanpa ekspresi.

Pria itu memakai kembali pakaiannya di dalam gelap. Dan tanpa bicara sepatah kata pun ia pergi keluar kamar, meninggalkan Elena.

Setelah beberapa menit, Elena duduk sambil menahan rasa sakit di bawah sana. Kini, ia baru bisa menangis meratapi diri. Itu pun dengan membenamkan wajahnya di bantal.

Setelah puas mengeluarkan air mata, Elena bangkit dari tempat tidur untuk menutup pintu kamar. Sepertinya Reviano tadi tak menutupnya dengan rapat.

Saat hendak menarik gagang pintu, tanpa sengaja Elena melihat seseorang dalam kegelapan yang sedang menatap ke arah kamar, berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang.

Orang itu, apakah dia tadi melihat Reviano keluar dari dalam kamarnya? Kalau memang iya, kejadian ini akan menjadi sangat gawat!

“Hei, si-siapa di sana?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    34. Leon Yang Bahagia

    “Selamat Nyonya, bayi Anda perempuan. Dia sehat dan sangat cantik.” Seorang perawat wanita menyerahkan bayi yang telah dibersihkan dan tampak tidur nyenyak dalam balutan selimut bayi yang hangat.Elena mengulurkan kedua tangan dan menyambut dengan perasaan bahagia. Ia tak menyangka bisa melewati proses persalinan secara normal dan melahirkan bayi yang sehat pula.‘Kau cantik sekali.’ Gumamnya dalam hati sambil terus mengelus pipi gebu dan putih putrinya itu.“Anda sekarang akan dipindahkan ke ruangan lain agar lebih tenang dan memudahkan sanak famili yang mau menjenguk. Di mana suami Anda, Nyonya?” perawat wanita bernama Daisy itu heran karena sejak masuk ruang bersalin, tak terlihat sama sekali keberadaan suami Elena.Wanita itu hanya sendirian tanpa ada seorang pun yang mendampingi.“Sepertinya masih di rumah untuk mengambil beberapa perlengkapan bayi. Karena ternyata aku melahirkan lebih cepat dari perkirakan, kami belum sempat mempersiapkan semuanya.” Elena menjilati bibirnya yang

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    33. Tanda-Tanda Melahirkan

    Billy terus tertawa, seakan mengejek Elena. Membuat wanita itu memandang Billy dengan tatapan sebal.“Aku tak punya maksud apa-apa bertanya seperti itu. Apakah salah, kalau aku hanya sedang berusaha untuk beramah-tamah padamu, Nona Elena? Kau terlalu mengambil serius semua ucapanku. Padahal aku hanya ingin tahu berapa usia kandunganmu.” Billy terus saja membuat Elena gerah dengan nada kalimatnya yang ambigu.“Kalau begitu kau tak usah beramah-tamah apalagi ingin tahu apa pun tentang aku, karena itu adalah sesuatu yang sangat tak menyenangkan bagiku,” cetus Elena.“Baiklah kalau begitu. Lebih baik aku sekarang masuk ke dalam, karena ada keperluan dengan Nyonya Caitlyn.”“Untuk apa kau menemuinya?” pertanyaan Elena membuat Billy tersenyum dan langkahnya terhenti seketika.“Sekarang sepertinya Anda yang ingin tahu tentang urusanku, Nona Elena,” sindir Billy.Elena berdehem. “Aku hanya tak mau urusan kalian berdua itu bisa menggangguku di kemudian hari,” jawabnya pendek.“Bagaimana urusan

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    32. Tugas Billy

    “Sejauh mana kau mengenal Elena? Selain Nazarina, apakah ada orang lain yang mungkin bisa aku gunakan untuk menyulitkannya?”“Aku tak begitu mengenal Elena, Nyonya. Sudah kubilang kalau kami hanya pernah bertemu beberapa kali.” Billy membetulkan rambutnya yang agak berantakan. Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan karena sejak dulu ia memang selalu perfeksionis dalam hal penampilan. Tak pernah sekalipun membiarkan visualnya berantakan.“Tapi kau bilang menyukai Elena. Apakah ada sesuatu yang membuatmu terkesan dengan wanita yang jauh lebih tua? Atau mungkin, kalian dulu pernah melakukan cinta satu malam?” Caitlyn lagi-lagi memancing jawaban Billy. Padahal pertanyaannya itu sudah berulang kali ia ajukan.Billy tertawa kecil. “Nyonya, apakah benar perasaanku, kalau Anda masih begitu penasaran dengan hubungan kami? Bukankah sudah aku katakan dengan jelas, walau aku setuju bekerja padamu untuk menyulitkan Elena, tapi pertanyaan seperti itu tak akan pernah kujawab.”“Baiklah...” Caitlyn m

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    31. Rencana Antara Billy Dan Caitlyn

    Reviano memandangi Billy dari atas hingga ke bawah. Sedangkan Elena diam-diam mencuri pandang sambil sesekali menunduk karena khawatir.Bagaimana bisa Billy menjadi asisten Reviano? Apakah ini semua adalah rancangan licik Caitlyn? Mengingat yang merekomendasikan Billy adalah wanita itu.Hanya saja pertanyaannya, bagaimana mereka bisa saling mengenal? Dari sekian miliar manusia di muka bumi ini, mengapa Caitlyn harus membawa Billy masuk ke dalam lingkaran hidup mereka?Elena tak tenang, meski status Billy hanya sebagai pekerja, tetap saja posisinya bisa terancam kalau sampai pria itu mengatakan hal yang pernah mereka lakukan.“Sebenarnya aku tak memerlukan asisten atau apa pun itu. Aku lebih nyaman sendiri,” ujar Reviano, setelah sempat memindai dengan cermat penampilan Billy.“Tolong berikan saya kesempatan, Tuan Rev. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Tuan tak akan kecewa dengan kinerja saya,” ucap Billy yakin.“Datang saja ke kantorku. Aku akan meminta Marion untuk memberimu posisi yan

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    30. Gairah Panas Di Kamar Caitlyn

    Caitlyn seketika mematung di hadapan Elena karena keterkejutan yang tak terduga. Dia merasa kecolongan dengan apa yang kini telah diketahui oleh menantunya itu.Bagaimana mungkin Elena bisa tahu kalau ia telah membayar Nazarina untuk menguntit suaminya?Apakah semudah itu Nazarina mengakui?Dan soal pertemuannya dengan Evan di hotel Argeous, bagaimana bisa terendus?“Temanmu yang tua itu telah mengadu ya padamu? Huh, padahal aku sudah membayarnya dengan uang yang banyak,” ujarnya sinis.“Dia tak mengadu sama sekali. Tapi aku yang terlalu beruntung sehingga bisa mendapatkan petunjuk atas apa yang telah terjadi. Jadi, apakah kau akan meminta uangmu dikembalikan? Tapi ini terbongkar bukan karena kesalahannya. Jadi kuharap kau tak akan menyusahkan Nazarina lagi. Kecuali kalau kau ingin Revi tahu soal ini,” ancam Elena.“Baiklah, jadi.... Karena kau merasa telah memiliki kelemahanku, sekarang kau yang berhak mengancam?” Caitlyn memandang Elena dengan tajam, berusaha menunjukkan kalau ia ta

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    29. Perang Dingin

    Marion menyerahkan lembaran kertas pada Reviano.“Nomor itu terdaftar atas nama Andrew Nelson. Alamatnya tercatat di desa Archenwill.”“Berarti kita sudah mengantongi nama dan tempat tinggalnya. Lantas, hal apa yang mengejutkan, Marion?”“Masalahnya, setelah kami selidiki dengan lebih detail melalui data kependudukan dan aktivitas terakhirnya, nama Andrew Nelson dengan alamat dan nomor ponsel yang sama ternyata sudah meninggal beberapa tahun lalu.”Reviano seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tak masuk akal! Tak mungkin yang menelepon waktu itu adalah hantu gentayangan.” Reviano bersungut-sungut. Ia memang tak percaya takhayul sama sekali.Kalau memang ada hal seperti ini, pasti akan ada penjelasannya secara logis dan masuk akal.“Memang tak mungkin, Tuan Rev. Bisa saja yang memakai nomor itu sekarang adalah anak atau ahli waris yang tak mengganti data pemakai barunya.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status