Share

Kau Egois Naina

Author: Sayonk
last update Huling Na-update: 2024-08-19 16:43:45

Keesokan harinya.

Sebuah tangan meraba tempat tidur di sampingnya. Saat merasakan tidak ada seseorang, ia membuka kedua matanya dan menoleh, dia melihat tempat di sampingnya tidak lusuh dan itu artinya suaminya tidak tidur di sampingnya. Kedua air matanya mengalir, baru pertama kedatangan Amira, Andreas sudah mengabaikannya. Dia meraba perutnya yang masih rata. Akankah ia kuat mempertahankannya atau sebaliknya, rasanya ia takut untuk melangkah ke depan. "Seandainya saja ada nenek, mungkin aku tidak akan takut untuk melangkah."

Dia pun beranjak turun dan bergegas membersihkan tubuhnya. Dia terburu-buru, biasanya ia bangun pagi dan dialah yang membangunkan suaminya dan menyiapkan sarapan untuknya. Akan tetapi kali ini rasanya waktu berlalu begitu cepat, dia ingin terbangun dari mimpi buruknya walaupun sebenarnya adalah kenyataan yang harus ia terima dengan paksa.

"Mas." Naina menatap ruang makan itu dengan kedua matanya yang menggenang, hatinya yang perih dan dadanya yang terasa sesak. Dia menatap sepasang kekasih yang baru bertemu itu. Keduanya belum menyadari keberadaannya seolah dia hanyalah dinding. "Melihat mu bahagia, rasanya aku ingin menyerah. Tapi, aku tidak bisa menyerah begitu saja."

Terlihat jelas wajah Andreas yang begitu bahagia, senyumnya begitu lebar. Amira menaruh roti yang di olesi selai oleh dirinya. "Akankah ia sanggup melihat semua ini setiap hari?"

"Nyonya." Bibi Rohya angkat suara. Dia membuat Naina yang menatap lurus ke depan menoleh padanya.

Seketika Andreas dan Amira mengangkat wajahnya melihat Naina. Andreas tersenyum, dia menghampiri Naina. "Nai, duduklah." Hari ini ia bahagia, rasanya sempurna hidupnya dengan kehadiran Naina dan Amira. Sahabat dan kekasihnya duduk bersama dengannya.

"Maaf aku bangun kesiangan," ucap Naina merasa bersalah. Ia tidak pernah bangun kesiangan, tapi karena menangis ia lelah dan kemudian tertidur.

Andreas terkekeh, sangat lucu melihat wajah Naina yang terasa bersalah. "Nai, mulai sekarang kau tidak perlu lagi menyiapkan sarapan. Kau ini adik ku, jadi biarkan Amira yang menyiapkan sarapan."

Deg

Naina meremas dressnya, hatinya di hujani oleh ribuan tombok. Senyum di wajah Andreas dan Amira yang saling bertatapan seakan membakar hatinya. Tanpa perasaan Andreas menjelaskan statusnya bahwa dirinya hanyalah istri di atas kertas.

"Benar Naina, sekarang biar aku yang meyiapkan." Amira menyela, ia senang Andreas menyukai masakannya. "Kalau kau mau, kau bisa memasak bersama ku."

"O iya kau harus berangkat kerja. Biar aku yang mengambilkan tas kerja mu." Tambah Amira. Ia lupa bahwa Andreas seorang CEO yang harus memperhatikan kedisiplinan dan mencotohkannya pada karyawannya.

Sekuat hati Naina menahan air matanya agar tidak terjatuh. Dia menggigit bibir bawahnya. Jadi semalam mereka menghabiskan waktu berdua. Bayangan yang terasa aneh melintas di pikirannya. Dia tidak bisa menahannya untuk tetap biasa saja berada di dekat Andreas. Dia pun beranjak dan membuat Andreas terkejut.

"Nai?" Andreas bingung dengan sikap Naina.

"Aku, aku ke taman. Sepertinya aku ingin mencari udara segar," ucap Naina dengan nada dingin.

Bibi Rohya menghela nafas. Pasti bukan hal yang mudah menghadapinya. Tidak ada seorang istri yang tak merasakan sakit ketika melihat suaminya bersama dengan kekasih masa lalunya. Dia pun mendatangi Naina dan melihat nyonya mudanya duduk di sebuah kursi sendirian. "Nyonya."

Naina menghapus air matanya. Dia tidak ingin terlihat sedih. Bibi Rohya ikut merasakan betapa sedihnya Naina. Wanita yang ceria ini kini terlihat rapuh bagaikan warna abu-abu.

"Bibi." Naina melihat Bi Rohya yang tersenyum padanya.

"Apa Nyonya baik-baik saja?" Tanya Bi Rohya. Dia duduk di samping Naina.

"Aku baik-baik saja, Bi." Naina tersenyum seakan tidak terjadi sesuatu.

Siapa pun tidak akan mempercayainya, kedua mata Naina menyimpan kesedihan yang mendalam. Sebagai seorang wanita ia tau betapa sakitnya melihat suami bermesraan dengan wanita lain. "Nyonya tidak bisa membohongi ku."

Naina meneteskan air matanya. Kini ia tidak bisa membendung air matanya. Ingin sekali ia berteriak. Dia memeluk Bi Rohya menumpahkan kesedihan yang ia tahan tadi.

"Nyonya harus bicara pada tuan," ucap Bi Rohya. Dia mengelus surai hitam milik Naina.

"Dia sudah memutuskan untuk bercerai dengan ku Bi." Dia merasa luluh lantah, seandainya saja Andreas tetap mempertahankan dirinya untuk menjadi istri kedua, ia lebih memilih dengan menjadi istri kedua karena masih ada harapan pria itu akan mencintainya dan buah hatinya.

Bibi Rohya terkejut, hanya karena kekasih masa lalunya datang tidka harus menjadikan kata perceraian mudah di ucapkan. Ia akan membantu Naina. "Aku bicara dengan tuan, Nyonya tenang saja," ucap Bibi Rohya dengan nada tegas.

"Naina." Panggil seorang wanita.

Naina menghapus air matanya dan menoleh. "Iya." Sahut Naina.

"Aku ingin berbicara berdua dengan mu." Dia harus menegaskan hubungannya dengan Andreas dan hubungan Andreas dengan Naina.

Bibi Rohya begitu enggan untuk meninggalkan Naina, mungkin saja wanita di depannya akan menyakiti Naina. Dia tidak ingin pergi. "Nyonya muda." Kedua matanya memberikan isyarat untuk tidak memenuhi ucapan Amira.

Naina mengangguk, dia memberi isyarat bahwa dia tidak apa-apa. "Pergilah Bi."

Bibi Rohya menurut, dia berlalu pergi. Dia pun sejenak menoleh ke arah belakang. Rasanya begitu enggan untuk meninggalkan Amira.

"Naina, aku tau bukan hal mudah bagi mu. Tapi kami saling mencintai, Andreas menikah dengan mu sebagai adik sekaligus baktinya terhadap ibunya. Aku tidak ingin berpisah dengan Andreas dan Andreas pun tidak ingin berpisah dengan ku. Kau lihat, betapa dia bahagianya bersama ku. Apa kau rela ingin membuat senyumannya yang indah memudar. Dulu dia tersenyum hanya bibirnya, tapi hatinya tidak. Naina aku meminta hak cinta ku, aku meminta Andreas."

Naina mengepalkan kedua tangannya. Hatinya luluh lantah."Amira bagaimana kalau aku tidak mau? Aku mencintai Andreas sekalipun dia tidak mencintai ku."

Seketika Amira menatap tajam ke arah Naina. "Kau egois Naina, kau hanya mementingkan kebahagian mu tanpa memetingkan kebahagian Andreas. Aku ingin lihat sampai kapan kau mempertahankan cinta mu itu?" Cemoh Amira.

Amira bergegas pergi, dia sudah meminta Andreas baik-baik. Ia kira Naina tidak mencintai Andreas, namun wanita itu sudah mencintainya. Ia tidak akan tinggal diam saja.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Naina Meninggal

    Naina menggunakan sebuah gaun berwarna hitam dengan taburan mutiara. Satu bahunya terlihat jelas dan rambutnya di gerai. Ia memolesi wajahnya dengan riasan tipis. Malam ini ia akan menghadiri pesta sebagai pasangan sementara Andreas. Tadinya ia tidak ingin ikut, tapi Giselle memaksanya ikut untuk menemaninya. "Hah, sudah."Naina tampil begitu memukau hingga Andreas tidak bisa mengkedipkan kedua matanya. Giselle pun tak kalah cantiknya, anak kecil itu begitu mirip dengan Naina. "Ayah." Sapa Giselle karena Ayahnya menatap bundanya begitu dalam hingga tak berkedip. "Issh, Giselle juga cantik."Andreas tertawa, ia melupakan suatu hal bahwa dua wanita bisa saja cemburu sekalipun memiliki hubungan darah. "Giselle yang tercantik.""Aku tau Ayah, sangat tau. Ayah hanya menyenangkan aku." Andreas mencium Giselle. Air matanya mengalir bahagia. Ia berharap waktu berpihak padanya. Keesokan harinya.Setelah mengetahui kabar bahwa Naina berada di Swiis bersama dengan Andreas. Kemarahan Amira se

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Cemburu

    Antonio merasa canggung dengan ucapan Naina padanya. Ia milirik Andreas, ia merasa kasihan pada Andreas. "Emm baiklah, aku memiliki urusan dengan mu.""Nanti malam aku akan menemui mu." Hari ini ia tidak memiliki waktu untuk menemani Antonio. Ia harus memiliki banyak waktu bersama dengan Giselle dan Naina. "Emm ... baiklah, aku pergi dulu." Andreas menggendong Giselle. Ia mencium pipinya bertubi-tubi. Rasa senang terpancar di wajahnya. "Sayang katanya mau jalan-jalan. Ayo Daddy akan membawa mu kemana pun yang kamu mau."Giselle mencium balik pipi Andreas. "Aku senang Ayah. Mari kita jalan-jalan." Andreas melangkah keluar dengan menggendong Giselle dan Naina mengekorinya. Para karyawan pun hanya melihat tingkah laku bos mereka. Mereka hanya tau bos mereka menikah dan tidak memiliki anak namun saat ini di hadapan mereka di suguhkan dengan kehadiran seorang anak dan Andreas memandnaginya dengan kasih sayang."Apa dia anak Tuan Andreas?" Tanya seorang karyawan wanita. Dia melihat betap

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Kami Tidak Akan Menikah

    Naina menyuapi Giselle. Putrinya memintanya untuk di suapi, mungkin karena merindukan suapannya. “Sayang ingin nambah lagi?” Tanya Naina. Giselle memakan dengan banyak dan begitu lahap. “Suapan ibu memang sangat enak.”“Naina, Giselle.” Sapa Andreas. Dia membawa beberapa paper bag untuk Naina dan Giselle. “Sedang di suapi Bunda? Suapan Bunda pasti enak.”“Benar Ayah sangat enak. Giselle selalu ingin menambah.” Giselle mengelus perutnya. “Tapi sudah kenyang.”Andreas tertawa lebar, ia melihat Naina yang tertawa. Rasanya ia kembali seperti dulu. “Oh iya Sayang, Naina. Aku ingin mengajak kalian ke Swiss. Sekalian aku mau melihat-lihat perusahaan ku di sana.”Giselle merasa asing dengan namanya dan ia merasa Swiss negara yang indah. “Bunda apa aku bisa ikut kesana?” “Tentu saja Sayang. Kita bisa kesana.” Ia tidak akan pernah menolak keinginan Giselle karena baginya, putrinya sudah cukup melalui penderitaan. “Swiis? Aku sangat senang. Apa malam ini Ayah akan menginap di sini?”Andreas m

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Di abaikan.

    Andreas mengepalkan tangan kanannya, wajahnya terlihat gelisah. Selama ini ia yakin bahwa Giselle sudah menerimanya tanpa ada rasa curiga atau kesalahpahaman namun ternyata pikirannya salah. “Giselle maafkan Ayah. Ayah bersumpah bahwa Ayah menyayangi mu.”Giselle tersenyum tipis, ia sangat ragu dengan ucapan ayahnya tersebut. “Ayah, Giselle tidak percaya pada Ayah. Ayah selalu mengatakan hal yang sama, tapi tidak sesuai dengan perkataan Ayah. Giselle mau tidur, Giselle lelah.”BipGiselle memutuskan panggilannya tanpa menunggu Andreas. Ia yakin ayahnya pasti akan mengelak jika ia mengatakannya. Naina menoleh dan kembali ke arah Giselle dan memeluk Giselle. Ia benar-benar telah gagal menjadi ibu yang baik untuk Giselle. “Giselle maafkan Bunda yang tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk mu.”Naina mengusap air matanya. Ia sangat merasa bersalah pada Giselle. Giselle mengusap air mata Giselle. Semua yang terjadi bukan kesalahan ibunya. “Bunda tidak salah apa-apa. Kita akan bahag

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Andreas Meninggalkan Rumah

    "Papa jahat! Papa tidak sayang pada Ayna." Teriak Ayna kemudian berlari ke kamarnya untuk menemui Amira. Amira menatap Ayna. Ia masih memiliki harapan selama Ayna bersamanya. Ia bisa mengekang Andreas hanya membuat Ayna yang menentang Andreas. "Ayna kita di perlakukan seperti ini karena wanita itu." “Benar Ma.” Ayna begitu benci pada wanita itu yang telah merusak kebahagiannya. Suatu saat nanti ia akan membalasnya. “Ayna akan membuat Giselle merasakannya.”Amira memeluk Ayna. “Kita bisa menjalaninya Sayang. Kita pergi bukan berarti kita mengalah pada wanita itu. Rumah ini, rumah kita. Bukan kita yang pergi, tapi mereka.” “Amira aku sudah membelikan rumah untuk mu dan Ayna kau ingin ikut dengan Papa atau Mama?” Tanya Andreas. Amira tidak mungkin melepaskan Ayna karena anak ini adalah kuncinya. “Biar aku saja yang merawat Ayna.” Dengan begitu ia masih bisa mengekang Andreas. “Aku akan ikut dengan Mama, Pa.” Ayna mengangkat wajahnya. “Tapi Pa biarkan kami tinggal di sini. Sekalipun

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Papa Ingin Hidup Bahagia

    "Apa?!" Amira melebarkan kedua matanya. Seakan kedua kedua bola matanya akan keluar. Detak jantungnya berdetak lebih cepat di iringi rasa panas, bahkan kedua telinganya mendengarkan detak jantungnya itu. "Ini tidak mungkin. Kita tidak bisa bercerai. Kau tidak bisa meninggalkan ku." Andreas menyilangkan kakinya, ia muak dengan kebohongan Amira. "Apa kamu pikir aku betah dengan semua kebohongan mu Amira?" Amira menggeram, ia berlutu di kaki Andreas. "Aku mohon Andreas jangan membuang ku. Kasihan Ayna, dia membutuhkan kehadiran kita. Aku sudah setuju membawa Naina ke sini. Kita bisa hidup bersama." Andreas mendekatkan wajahnya ke wajah Amira. "Setelah semua kejadian di masa lalu. Apa kamu pikir aku akan mempercayai mu Amira?" Ia menoleh ke arah lain. "Aku tidak tau apa yang akan kamu rencanakan kebelakangnya. Jadi aku tidak akan mengambil resiko." "Ayna tidak akan setuju Andreas." Ia berusaha menghancurkan kebekuan hati Andreas agar mencair begitu menyebut nama Ayna. "Aku men

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status